Atas apa yang Ecan perbuat minggu lalu, dia tanggung jawab kok. Ganti rugi motornya Jono karena dibuat bonyok abis mirip-mirip orang babak belur. Gini-gini Ecan aslinya gentleman. Cuma ketutupan doang sama tingkah absurdnya.
Dipikir-pikir puasa tahun ini kenapa bawaannya berat banget. Apalagi sepuluh hari terakhir di bulan puasa. Hawanya kerasa panas pas siang-siang, ketimbang waktu awal-awal puasa yang kala itu hujan. Sekarang panasnya yang bikin elus dada sambil ngucap istighfar.
Kondisi Jono sudah mulai membaik, mungkin hanya tinggal bekas bonyok aja. Untungnya juga nggak sebegitu parahnya setelah berminggu-minggu terobati salep. Yang penting, nggak menutupi ketampanan seorang Jono si anak teknik.
Di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tepatnya puasa ke dua puluh dia mendapat lagi undangan bukber dari teman-teman. Si Jono nya bingung, punya banyak teman sih bagus. Tapi, ada nggak enaknya. Nggak enaknya ketika ada acara bukber pasti kelimpungan sendiri mau ikut ajakan yang mana. Mau nolak juga sungkan.
Kelas siang hari ini berlangsung sangat lama. Bawaannya Jono pengin pulang mulu. Dia nggak betah gara-gara panasnya kerasa sampai ubun-ubun kepala dan hampir mbledos. Hingga pada akhirnya, jam menunjukkan pukul setengah tiga sore pertanda kelas telah berakhir. Buru-buru Jono keluar kelas barengan sama teman yang lainnya.
Setelah kelas berakhir, saat itu Jono lagi di pendopo. Niatnya pengin ngadem, berhubung pendoponya lagi sepi. Dia manfaatin waktunya buat rehat sejenak. Sekalian nunggu Ecan, soalnya Jono minta nebeng sebelum berangkat kuliah. Jono sebenarnya bisa bawa motor sendiri. Karena hawa panasnya mendominasi, dia jadinya malas. Belum lagi ketika di tempat parkirannya, Jono sendiri ogah.
"Hadeh, notif gue jebol bukber sana sini."
Waktu Jono mengaktifkan ponselnya, langsung diserbu pertanyaan seputar bukber. Yang dibahas bukber, bukber, dan bukber. Even isi chat WhatsApp nya bejibun seperti orang nawarin pinjol. Mulai dari alumni sekolahan, terus teman satu jurusannya, tambah lagi teman dari beda jurusan, tambah lagi satu circlenya.
"Besok kita jadi ya bukber di tempat yang sudah gue reservasi. Jangan sampai telat datang guys!"
"Kepada teman-temanku sekalian gue muak liat tulisan bukber sana bukber sini. Gue ini udah miskin anjrot, belum berpenghasilan, gue muak dengerin pencapaian orang-orang yang diomongin waktu bukber. HUUUAAAAHHHHHHH AING MAUNG."
Jono menutup aplikasi WhatsApp nya, setelah membaca isi chat group. Dia mendesah frustasi ditambah lelah hayati pusing tujuh keliling. Pening banget rasanya. Bisa nggak sih menghilang dari bumi?
***
"Turun woi nyampe kosan. Halusin nasi mulu." Ecan melakukan ancang-ancang untuk menggeplak keras paha Jono yang dibalut celana jeans.
"IYA IYA SABAR KEK."
Jono turun dari motor buat buka pagar, lalu Ecan memarkirkan motornya masuk dalam garasi. Setelah Ecan melepas pengait helm, dia melihat Jono hari ini tidak seperti Jono yang kemarin. Wajahnya suntuk, badannya sedikit bungkuk, aura semangatnya kelihatan hilang, tiba-tiba berubah? Kenapa gitu lho?
"Woi."
Jono jawab dengan dehaman. Suara napas lelahnya terdengar Ecan, lalu menghembuskannya dengan keras.
"Kenapa lu letoy amat. Ada masalah apa?"
"Nanti gue bilang, sekarang mau tidur. Pusing pala barbie."
"HEH NGGAK USAH TIDUR. ABIS INI KELUAR BARENG ANAK KOS. MASA SIH LUPA?"
"Ke mana, ke mana, ke manaaaa? Ku harus mencari ke manaaaaa?"
"BUKBEEEERRR BOSKU. MAKANYA SIAP-SIAP BURUAN MANDI, BIAR CAKEP DILIRIK CEWEK KOS SEBELAH SEKALI-KALI KITA TEBAR PESONA. JON, TUNJUKAN PESONAMU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warmindo Doremi | NCT Dream ✓
Fiksi PenggemarNgabuburit bareng pacar? Sori-sori jek, kita lebih pilih minum kopi sambil nunggu azan maghrib. Alias, puasa setengah hari. [edisi ramadan] © nanaaheng | march 23, 2023 bahasa non-baku, tw // harshword