10. Lebaran Ketemu Mantan (END)

64 15 40
                                    

Hal yang paling ditunggu-tunggu ketika menjelang lebaran, kalau nggak THR ya sajian makanan yang sudah disediakan. Berkunjung dari satu rumah tetangga ke rumah lainnya, saling bermaaf-maafan, foto bersama keluarga. Kira-kira seperti itulah lebaran kali ini.

Berbeda nasib dengan Injun dan Nana yang masih tetap tinggal di kosan, setelah tadi pagi melaksanakan salat Ied. Kebetulan, ada cerita sedikit tentang Injun. Injun kemarin mampir ke rumah Pakdhenya, untungnya dia nggak sampai lah dikunci terus disuruh tidur di luar.

Telat pulang sih iya, telat satu menit doang padahal. Injun pulang-pulang dikasih wejangan Nana ngomel-ngomel ini itu. Injun juga salah, diberi waktu pulangnya jangan telat. Malahan Injun bablas main nggak tahu waktu. Saking asyiknya main petasan ya gitu lah akhirnya.

Sekarang Injun sedang mengeluarkan motornya supaya nanti bisa naik bareng Nana. Bersama-sama menghampiri ke rumah Pakdhenya Injun.

Saat itu Injun lagi menghidupkan mesin motornya sambil nunggu Nana yang masih kebelet. "Oy cepetan dikit kek beraknya, keburu rame!"

Sebuah suara menginterupsi Nana yang lagi berak. Tentunya Nana yang baru saja keluar dari kamar mandi, dia berlari kecil kemudian membenarkan celananya. Buru-buru segera mengambil kunci kosan. "Iyaaaa sebentar, orang lagi berak belum selesai, mules ini loh tau gak."

***

Pada akhirnya Nana memilih mengalah dari pada mendengar Injun yang tetap ngotot mulu. Sepanjang perjalanan tadi ketika menuju rumah Pak Cahyono, mereka berdua anteng banget. Bahkan untuk sekedar obrolan basa-basi aja sama sekali nggak.

Diam-diam Nana nahan pantatnya yang kerasa panas gara-gara aktivitas pembuangan limbah di alam tadi belum tuntas. Pokoknya, sakit banget rasanya tuh pantat. Mau duduk aja susah.

"Njun, kita nyasar ya? Beneran mampir kemari?"

Kayak gak asing liat rumahnya.

"Yaiyalah, mau dimana lagi. Awas lo bertingkah macem-macem. Jaga perilaku sama sepupu gue, paham kan sampe sini sohibku?"

"Uh she up."

Selesai Injun ngomong, Nana dibikin kaget karena Injun menarik paksa tangannya biar anaknya nggak kelayapan kemana-mana. Soalnya kalau Nana nggak diawasin, dia ngalor ngidul terus ilang kan berabe. Bisa-bisa ntar di deketin ibu-ibu lambe turah.

Di hari pertama lebaran, Nana dan Injun memang berniat pengin berkunjung ke rumah Pak Cahyono. Kali ini mereka berdua menyempatkan diri untuk saling bermaaf-maafan. Tak lupa juga sebelum memasuki rumah, mereka melangkah berbarengan sambil mengucap salam.

Pas banget keadaannya. Kebetulan saat itu Pak Cahyono masih di rumah nemenin tamu-tamu yang lagi ngajak ngobrol. Namun, ketika ada seseorang yang barusan mengucap salam, Pak Cahyono refleks balik badan.

"Barakallah akhire sampeyan rene karo koncone. Pakdhe nyuwun ngapuro sing kathah nang sampeyan. Minal Aidzin Wal Faidzin ya, Dik."

"Minal Aidzin Wal Faidzin, Pakdhe!" - Injun.

"Pak, saya juga Minal Aidzin Wal Faidzin mewakili teman-temannya Injun. Maaf sebelumnya kalau kata yang saya ucapkan hari ini bikin Bapak tersinggung."

Pak Cahyono terheran-heran lihat Nana mengheningkan cipta.

Nana menarik napasnya. "Terutama untuk teman saya, Injun. Saya maafnya sungguhan, bukan settingan atau gimana-gimana. Masih inget kejadian sendal kamu ilang gak? Nah, pas kamu omong-omongan berdua sama Pak Cahyono, anak-anak ngomongin kamu di belakang. Katanya Pak Cahyono itu gembrot. Pak, maafin saya. Saya gak ikut-ikutan sebenernya demi Allah demi Ibu saya. Injun kalo mau ngamuk dikontrol dulu biar gak lepas kendali, kita habis maaf-maafan loh. Masa iya mau ngamuk, dosa tau."

Warmindo Doremi | NCT Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang