PESONA BRIAN?!!

15 4 1
                                    


E N J O Y Y O U R C H A P T E R

BRIAN CAKEP BANGET DI ATAS HAHA.

"Cha!" seseorang mengejutkan langkah Acha. Ia berbalik dan terkejut bukan main melihat sosok yang hadir menyapanya secara tiba tiba.

"Hai Cha!" serunya semakin keras.

Acha memutar bola matanya malas, bisa bisanya di supermarket ia masih melihat wajah sok ganteng Brian. "Lo apa apaan sih!" balas Acha.

Brian mengedikkan bahunya acuh, "Nggak tahu, gue iseng aja kesini, nggak taunya ketemu lo. Jangan jangan kita jodoh, Cha!" ucap Brian, ngelantur.

"Mimpi lo!" Acha mengacungkan jari tengahnya tepat di depan wajah Brian. Ia memutuskan untuk berjalan pergi meninggalkan Brian, sendiri.

Pria itu menampilkan wajah smirk, ia menempelkan kembali earpiece nya, rasa rasanya Acha perlu tahu siapa Brian sebenarnya.

"Aretha, dia mulai berani ngefuck ke gue." Brian mendengarkan ocehan Aretha di sambungan earpiece. Namun, Brian sudah menyiapkan segala resiko untuk mendapatkan Acha, meski nantinya seluruh kerabat di dekat Brian akan memutus pihak kontrak dengan jiwa Brian.

"Gue sabar kok, tenang aja, jangan kasih tahu Nathan, dia bisa laporin gue ke pria tua bangke itu," pesan Brian, sebelum akhirnya melepas kembali earpiece di telinganya. Brian dengan cepat mengejar Acha, ia tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini.

"ACHA!" panggil Brian, sangat bersemangat.

Acha mengencangkan volume lagu agar ia tidak bisa mendengarkan suara Brian. Muak rasanya mengenali pria seperti Brian.

"Cha, lo mau nggak gue traktir," tawar Brian. Acha melepas airpods agar bisa mendengar Brian lebih jelas.

"Boleh," tantang Acha, tak mau kalah. "Traktir apa emang?" lanjutnya.

"Everything you want baby," bisik Brian tepat di samping telinga Acha. Acha tertegun.

Brian terkekeh, "Tapi syaratnya, lo harus mau jadi pacar gue," lanjut Brian, yang mampu membuat Acha mengernyit heran.

"Gue bisa beli sendiri kalau gitu," ujar Acha, menolak tawaran dari Brian.

"No! sesuai dengan ucapan pertama!"

Acha menggeleng, ia menyingkirkan tubuh Brian agar tidak menghalangi jalannya, "Nggak, minggir lo, gue sibuk!"

Brian tanpa menunggu, langsung menarik Acha dalam dekapannya, ia menatap Acha secara intens. "Yang memutus kontak mata kita, harus turuti semua keinginan pemenang," gumam Brian. Ia semakin mengeratkan dekapannya, tangannya menyibak anak rambut di wajah manis Acha. Gadis itu sudah kehilangan kesadaran, ia terbius dengan semua pesona Brian. Tanpa ia sadari senyumnya mengembang kecil, dadanya berdegup tak karuan, respon sederhana itu langsung Brian rasakan. Pria dengan topi hitam itu terkekeh pelan. Ia membiarkan tangan Acha melingkar di lehernya, gadis itu masuk dalam jebakan Brian. Detik selanjutnya, gadis itu memainkan bulu mata indah milik Brian, hidung mancung, serta rahang tegas telah Acha telusuri sedari tadi, apakah ia lupa bahwa mereka sedang berada di tempat umum. Acha gila.

"Lo nggak tahu, betapa terobsesinya gue sama, lo, you look so gorgeous bitch," gumam Brian sambil terus menghirup aroma strawberry dari tubuh Acha.

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Acha memutus kontak mata mereka, dan ia dinyatakan kalah. Brian telah menang dalam kompetisi kecil ini.

"Damn, lo kalah, sekarang lo harus turuti semua keinginan gue," putus Brian.

Acha menggeleng, "Lo memutuskan secara sepihak, nggak sportif namanya!" balas Acha tak terima.

Brian mengedikkan bahunya, "Lo lupa beberapa detik yang lalu lo sudah berani menjamahi setiap inci muka ganteng gue, gak sopan itu namanya," ungkit Brian.

"Lo yang mancing, nggak gue gak terima," ujar Acha tetap keras kepala.

"Lo kalau banyak omong pengen gue cium rasanya!" ancam Brian yang mampu membuat Acha menutup mulutnya rapat rapat. "Udah, bawa barang belanjaan lo, ayo kita ke kasir, gue bayar semua bill nya," kata Brian, penuh percaya diri. Acha membulatkan matanya tak percaya, Brian benar akan membayari semua jenis skincare Acha? Acha benar benar tidak percaya.

"Eh, Bos Brian, pacar baru, bos?" tanya kasir yang sedang melayani belanjaan Acha.

Acha kembali terkejut, "Bos?" gumamnya sambil menatap Brian.

Brian menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?" tanya Brian.

Acha menggeleng cepat.

"Ini mau langsung dibayar apa dimasukin rekening aja, bos?" tanya si kasir lagi.

"Langsung aja, ni kartu gue," jawab Brian sambil menyerahkan kartu debitnya.

Acha lagi lagi terkejut, dari kartu yang Brian gunakan, telah menandakan bahwa ia merupakan nasabah kesayangan dari pihak bank. Black card dengan limit yang bahkan Acha tidak ketahui.

"Udah, bos, ini kartunya," si kasir memberikan kartu Brian kembali, sedangkan Acha masih melamun memutar kemungkinan yang terjadi selama beberapa menit terakhir yang ia lewati.

"Ayo, Cha," seru Brian, sambil mengaitkan jemarinya dengan jemari Acha. Acha tidak menggubris perlakuan Brian, ia terus menatap wajah Brian dari samping kemudian bergumam sesuatu yang tidak dapat Brian dengar. Pria itu geleng geleng melihat kelakuan aneh Acha.

Brian memasang earpiece lagi, ia memencet tombol penghubung. Suara retha langsung menyambut gendang telinganya. Brian meringis.

"Target terkunci, gue pulang harus lo ucapin congratulation, nanti malam kita party sama yang lain, ha ha ha" ucapan Brian berakhir dengan tawa kecil. Ia menatap Acha yang masih terdiam semenjak kejadian di kasir tadi, Brian sepertinya harus menjelaskan semua hal.

Setelah memasangkan seatbelt untuk Acha, memutar playlist favorit Acha, menyalakan pendingin sesuai dengan suhu tubuh Acha, mobil dengan tenaga listrik itu mulai membelah jalanan.

"Cha!" seru Brian.

Acha menoleh perlahan, "Apa?"

"Panggil gue sayang, bisa nggak?" tanya Brian, sambil tersenyum lebar.

"Apaan sih," sahut Acha, malas.

"Gini, Cha, supermarket tadi punya perusahaan keluarga gue," dusta Brian. Semua yang ia ucapkan hanyalah kebohongan untuk menenangkan pikiran Acha. Tentu saja supermarket itu kepunyaannya.

"Gak nanya," jawab Acha.

Brian terkekeh, Acha tetaplah Acha yang memiliki kadar gengsi sangat tinggi.

"Udahlah, babe, lo harus terima kalau lo sekarang punya gue," ucap Brian, seraya menarik tangan Acha lebih dekat supaya bisa ia genggam.

"Lo maksa, tapi, karena gue gak bisa melanggar peraturan permainan, gue turuti semua permintaan lo,"

Brian terkejut, ia menoleh, lalu mencubit gemas pipi Acha. Secepat itu kan dia mendapatkan hati Acha. Brian bukan cowok sembarang cowok. Ia memiliki pesona kuat yang tersimpan, tetapi sayangnya Acha tidak tahu pesona apa yang Brian miliki. Yang Acha tahu, Brian adalah laki laki pertama yang mendapatkan hatinya sedalam ini.

22.19 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang