SIAPA ARAFEI?

3 2 1
                                    

E N J O Y Y O U R C H A P T E R

MASIH TIDAK YAKIN DENGAN PESONA BRIAN?

"Bedakan, ini bukan soal cinta," sindir Aretha, yang tengah berdiri diantara kedua pria yang sama sama terdiam. Gadis itu memutar bola matanya malas, sedari tadi mereka tidak ada yang memulai pembicaraan. Aretha muak. "Sampai kapan kalian diem diem an terus!" Aretha menggebrak meja.

"AYOLAH JANGAN KAYAK ANAK KECIL!"

Nathan terdiam, matanya beralih menatap Brian yang tengah memainkan korek api.

"Jangan bawa masalah pribadi deh kalo di forum kerja!"

"OKE"

"OKE"

Aretha membelalakkan matanya, ia menahan tawa, "Aih, ngomongnya barengan," goda Aretha seraya menoel pipi Brian dan Nathan secara bergantian.

Brian melempar tatapan tajamnya, ia kemudian bangkit dan mendekati meja rapat. "Ayo, mulai!" bentak Brian.

Nathan mengedikkan bahu, dan mengikuti ritme langkah Aretha mendekati meja tersebut pula.

"Tugas kita selanjutnya mudah," Brian memulai penjelasannya dengan menyalakan layar hologram.

Nathan bersedekap, ia bersandar pada kursi, "Kapan sulitnya, gak seru."

"Dengerin dulu, bego!"

"Udah, woi, jangan berantem," lerai Aretha.

"Kasus korupsi, nomor seratus tiga, jalan nusantara indah, blok A7. Tersangka berbaju abu abu, satunya lagi merah, jumlah uang sekitar lima puluh juta, uang yang seharusnya , justru dipersalahgunakan," Brian mengakhiri penjelasannya, ia menatap Aretha mempersilahkan gadis itu untuk melanjutkan apa yang sudah menjadi tugasnya.

Aretha mengangguk, matanya terpejam, seketika badannya sedikit terguncang namun kembali tenang. "Sensor mendeteksi mereka sedang bertransaksi sejak lima belas menit yang lalu, kita udah dapat rekaman otaknya, untuk tiga puluh menit kedepan mereka masih bersikap tenang dan gak berontak, itu waktu yang bagus," jawab Aretha, singkat.

"Oke, strategi mau dibicarain atau langsung eksekusi?" tawar Nathan.

Brian terkekeh, ia menggambarkan bentuk peta di udara, kemudian menarik antara benang merah satu persatu.

Nathan memasang kaca matanya, ia menunjuk pada peta. "Dari sini, ada pos polisi sejauh lima kilometer, sebaiknya kita hati hati," ujarnya, seraya menunjuk letak pos polisi yang belum tertulis.

Mereka tiba tiba terdiam, kala langkah kaki itu mendekat. Kedua Netra hitam yang masih beradu Nasib itu saling melempar tatapan kecemasan. Bisu.

Sedang Aretha sangat Bahagia dibuatnya.

Brak!

Pintu terbuka lebar, seorang gadis dengan dress hitam memasuki ruangan. Semua orang teralihkan pandangannya.

Brian berdesis, kepalanya berdenyut. Degup jantung yang kala itu Acha rasakan kini kembali terdengar. Oksigen disekitar tersedot habis, dan menyisakan deru napas yang saling beradu. Pria dengan balutan headband itu memilih untuk memejamkan mata.

"Hai,"

Brian terdiam.

Nathan menatap kedatangan sosok itu dengan tatapan tajam.

"Hai, semua, kalian pasti kangen gue, apalagi-"

Gadis itu berjalan kearah Brian, jemarinya bergerak lincah menyibak rambut pria itu, "Apalagi, Brian."

22.19 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang