13 - Hospital Diary (2)

3K 282 2
                                    

Natha mengeratkan jaket yang dikenakannya sebelum melangkah masuk ke dalam gedung itu, tempat dimana banyak harapan yang menggantung di tiap pilarnya. Tentang keselamatan, kebahagiaan, dan kesembuhan.

Tangan itu membuka pintu dengan perlahan, keheningan yang semua mendominasi tiap langkahnya tadi, kini berganti menjadi riuh yang menghangatkan. Belasan tangan mencoba meraih Natha, memintanya untuk memberikan pelukan. Natha tak menolak, dia melakukannya dengan senanghati, ada banyak senyum yang terukir karenanya.

"Maaf, ya, kak Natha baru datang lagi kemari." Natha berucap. Kesungguhan tercetak jelas di wajah manis anak itu.

Berbagai kalimat penenang didapatkan Natha secara percuma, para penghuni di ruangan itu tak mempermasalahkannya. Mereka tak masalah jika Natha hanya datang ketika bosan atau ketika hujan deras di luar yang mengharuskannya menunggu sekejap. Asal mereka tetap bisa bertemu kembali, itu sudah cukup.

Bangsal anak akan selalu jadi tempat favoritnya Natha, sekalipun rumah sakit adalah mimpi buruk baginya. Melihat anak-anak yang meramaikan ruang kosong itu membuat Natha bersyukur. Tidak, Natha tidak mensyukuri nasib "tidak baik" yang menimpa mereka. Natha hanya bersyukur karena dia masih hidup, masih bisa datang untuk berkunjung dan bermain.

Anak-anak itu tidak seberuntung anak-anak lain di luar sana, begitupun Natha. Rasanya dia memiliki teman seperjuangan disini.

"Kak Natha, aku kemarin baru selesai kemo lho," ucap salah satu anak perempuan dengan beanie kucing di kepalanya. Natha tersenyum hangat, dia membawa anak itu duduk dipangkuannya.

"Oh ya? Terus gimana? Karin nangis nggak?"

Karin. Nama anak perempuan itu menggeleng dengan cepat, "Nggak dong! Karin kan anak hebat!"

Natha hanya membalas dengan usapan pada penutup kepala anak itu. Karin adalah salah satu dari sekian banyak anak-anak penyintas kanker di rumah sakit ini. Terkadang Natha menangis sendiri jika mengingat ada begitu banyak anak seusia Karin yang harus bertarung dengan waktu, merelakan ribuan momen yang seharusnya mereka rasakan sebagai anak-anak.

Natha merasa sedang bercermin, dulu dia juga sama. Natha selalu menangis di pelukan ayah ketika pria itu melarangnya untuk bermain, padahal saat itu dia ingin ikut mengelilingi komplek perumahan bersama kedua saudaranya dengan sepeda.

Natha ingat dulu dia pernah membuat 1000 bangau dari origami untuk membuat sebuah permohonan, Natha ingin bebas. Natha tidak berharap akan kesembuhannya, karena dia sadar bahwa itu adalah sebuah ketidakmungkinan. Natha hanya ingin merasakan kebebasan, selayaknya burung camar atau burung liar lainnya.

"Dek.."

Lamunan Natha buyar saat Arya memanggilnya dari ambang pintu. Natha memberikan pelukan singkat untuk anak-anak di ruangan itu sebelum dia beranjak pergi.

"Nanti kesini lagi ya, kak?"

Natha tersenyum, "Semoga bisa ya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Broken Piece of Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang