03 - I Will Die

6K 453 39
                                    

Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit dan 2 hari bedrest di rumah, akhirnya Natha bisa kembali ke sekolah. Seperti biasa, Natha berangkat bersama Juna naik mobil. Leon tidak suka kendaraan roda empat, jadi anak itu sudah melaju lebih dulu dengan motornya.

Sebenarnya Juna juga tidak terlalu suka membawa mobil ke sekolah, karena jelas saja itu akan menarik perhatian semua orang nantinya. Tapi, demi keamanan sang adik yang tidak bisa berhubungan langsung dengan asap ataupun polusi di jalanan, Juna tidak peduli jika nantinya menjadi bahan obrolan siswa/i disana.

"Kak, hari ini upacara 'kan?" Tanya Natha pada Juna yang tengah fokus menyetir.

"Iya." Juna menjawab dengan singkat, sebelum kemudian melirik kearah Natha. "Jangan ngelakuin hal macem-macem, stay aja di UKS kayak biasanya," lanjutnya.

Natha menghela napas kasar, dia menyesal sudah bertanya. Rencananya untuk ikut upacara jadi ketahuan. Tapi, memangnya Natha anak yang sepenurut itu?

Mobil hitam yang membawa mereka akhirnya tiba di sekolah, setelah diparkirkan di tempat yang sudah disediakan disana, Juna dan Natha keluar bersamaan. Benar saja dugaan Juna, sesaat setelah dirinya dan Natha keluar dari mobil, keduanya langsung menjadi pusat perhatian. Juna segera menarik tangan Natha untuk beranjak pergi.

Bukan Arjuna namanya kalau tidak menjadi buah bibir setiap kali dia berjalan. Tidak, tidak ada hujatan atau semacam negative comment yang diperuntukan untuknya. Juna malah mendapatkan banjir pujian, entah memuji wajahnya yang tampan, badannya yang proposional, atau sikapnya yang dingin namun masih tetap sopan pada guru. Pokoknya banyak pujian untuk Juna.

Tapi, berbeda dengan yang didapatkan Natha.

"Lihat deh adiknya Juna itu, badanya kurus banget."

"Bukannya adik Juna sama Leon itu penyakitan?"

"Kok bisa ya Juna gak malu jalan sama adiknya itu?"

"Jomplang banget ya perbedaan tubuh mereka hahaha."

Juna hampir saja mengeluarkan sumpah serapahnya mendengar ucapan-ucapan itu kalau saja Natha tidak memegang tangannya. Walaupun terdengar seperti bisikan, tapi baik Juna maupun Natha sama-sama bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kak, udah.. Aku gapapa kok," ucap Natha seraya memberikan senyum terbaiknya.

Bukannya ikut tersenyum, Juna malah merasa hatinya sakit sekali. Adiknya tetap memaksakan diri untuk tersenyum disaat seharusnya dia memukul semua orang itu, adiknya terlalu baik untuk mendapatkan perlakuan semacam ini.

Setibanya di depan UKS, Juna mengusap rambut Natha singkat sebelum pamit untuk pergi ke lapangan. Upacara sebentar lagi dimulai.

Setelah punggung Juna menghilang dari pandangannya, Natha lantas melangkahkan kakinya menjauh dari UKS. Ya, Natha akan tetap mengikuti upacara. Tak peduli jika nantinya Juna atau Leon memarahinya. Natha hanya ingin tau rasanya jadi "normal" untuk kali ini, lagipula upacara saja tidak akan membuatnya mati 'kan?

Natha berdiri di barisan kelasnya, paling belakang. Tidak ada satupun teman yang menoleh kearahnya, seolah kehadiran Natha tidak berarti bagi mereka. Natha menghela napas, dia masih belum terbiasa dengan semua ini.

Sejak masa orientasi, Natha yang tidak bisa mengikuti rangkaian acara secara full pasti saja mengundang banyak pertanyaan dari teman sekelasnya. Setelah mengetahui fakta bahwa Natha sakitㅡyang tidak bisa sembuh hanya dengan paracetamol, teman sekelasnya tiba-tiba menjauhinya tanpa sebab.

Mereka pasti tidak mau direpotkan jika sewaktu-waktu Natha kambuh, begitulah isi pikiran anak yang masih berada di kelas 1 itu.

Natha melirik kearah lain, mencari keberadaan kedua saudaranya. Juna dan Leon sekelas, mereka berada di kelas 3 sekarang. Natha bisa melihat kakak dan abangnya itu tampak bersinar dibarisannya, mereka dikelilingi banyak teman, diajak mengobrol dan tertawa bersama. Natha juga ingin seperti itu.

Broken Piece of Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang