Tandai typo!
Leno berjalan lunglai ke arah sepedanya yang berada di parkiran. Sinar sore kali ini terasa menusuk bagi Leno, seolah mencerminkan perasaannya yang campur aduk. Mentari sudah mulai menurun di ujung horizon, mewarnai langit dengan nuansa jingga keemasan yang menakjubkan, namun, tak mampu mencairkan sedikitpun kegelapan yang menyelimuti hati Leno. Bayangan kejadian pagi tadi masih berputar-putar di pikirannya, menjadikan suasana senja ini semakin mendung dan menyeramkan. Angin sepoi-sepoi berhembus membawa bau tanah basah yang menyegarkan, namun tak mampu menghilangkan rasa sunyi yang menyergap Leno.
Revan, Rahesa, dan Nandra, menatap Leno dari kejauhan dengan wajah iba. Seolah mereka ingin menyerap segala kesedihan yang terpancar dari wajah teman mereka itu. Saat di kantin, mereka berbicara banyak dengan Leno, tetapi tak lama kemudian lelaki itu di panggil ke ruang kepala sekolah. Mereka yang sedang asik pun, raut wajah mereka berubah. Lantas Leno pergi meninggalkan kantin menuju ruang kepala sekolah. Bermenit-menit mereka menunggu, hingga masuk tiba, Leno tak muncul kembali.
"Leno!" seru Nandra, menghampiri Leno yang baru saja akan meninggalkan sekolah. Diikuti oleh kedua temannya, Revan dan Rahesa.
Leno, yang sudah siap untuk pulang, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ketiga temannya. "Ada apa?" tanyanya.
"Kita mau tanya ke lo, habis dari ruang kepsek, lo kemana?" tanya Nandra to the point.
"Gue ke taman sekolah," jawab Leno dengan kekehan kecil. "Kenapa?"
"Lo gakpapa, kan? Tumben banget tadi telat masuk kelas. Terus di kelas tadi keliatan murung," ujar Rahesa dengan wajah serius.
"Kalian kenapa sih? Tiba-tiba banget nanya gitu," kata Leno sembari membenarkan kacamatanya yang sedikit merosot. Sedikit bingung dengan temannya yang berkata seperti itu.
"Lo yang tiba-tiba banget. Di ruang kepsek lama, telat masuk. Tiba-tiba banget, kan? Kenapa sebenarnya?" imbuh Revan. Mendengarnya Leno terdiam sejenak, lantas menggeleng. "Gue gakpapa, kali. Tadi tuh gue emang lagi pengen ke sana."
"Alasannya gak logis, Len. Kita bukan anak kecil yang bisa di bohongi, dan lo gak pinter ngebohong," desis Rahesa. "Kita teman, kan? Berbagi cerita ke kita itu gak ada salahnya." Rahesa menatap Leno dengan serius, nada bicaranya terdengar penuh keprihatinan.
"Lo anggap kita apa, sih? Kalau ada apa-apa cerita ke kita. Kalau kita bisa, kita bakal bantu," kata Nandra. "Akhir-akhir ini lo beda."
"Maaf, mungkin lain kali gue ceritanya. Hari ini gue mau ke kafe, gue duluan." Leno tersenyum kecil, berlalu pergi meninggalkan parkiran sekolah dengan sepedanya. Ketiga temannya itu menatap aneh punggung Leno yang mulai menjauh.
"Leno kenapa, sih? Bisa-bisanya dia bilang kayak gitu. Kayak bukan dia aja," celetuk Nandra masih menatap Leno yang menghilangkan dari balik gerbang sekolah.
"Tau, dah. Mungkin emang dia belum mau cerita." Revan berjalan ke arah motornya, lalu memakai helm, siap untuk pulang. Nandra langsung duduk di jok belakang motor Revan. Begitupula dengan Rahesa dengan motornya sendiri.
—oOo—
Leno duduk di bangku tinggi yang biasa digunakan barista, tepat di belakang meja kayu yang menghadap ke rak kopi. Cahaya lampu neon yang remang-remang menciptakan suasana hangat, seperti ruangan yang tengah menanti sebuah cerita. Aroma kopi yang baru diseduh tercium samar, bercampur dengan bau kayu manis dari kue yang dipajang di etalase. Aroma itu biasanya membuat Leno merasa tenang, tapi hari ini tak ada efeknya.
Di luar jendela kaca, jalan raya bagaikan sungai yang mengalir tanpa henti. Kendaraan berlalu-lalang dengan kecepatan tinggi, klakson berbunyi nyaring, dan deru mesin seolah ingin menerobos dinding kaca yang tipis. Hiruk pikuk kota itu seakan merangkak masuk ke dalam, mencampuri ketenangan yang seharusnya ada di kafe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leno Alendra [Terbit]
Fiksi RemajaPart lengkap! Lebih lengkapnya ada di versi cetak. Hasil rombakan! 99,9% berbeda dengan alur yang dulu. Ini adalah kisah tentang Leno Alendra, atau yang akrab disapa Leno, seorang pemuda berusia 17 tahun yang hidup sendirian di kota besar Jakarta. L...