Chapt. 2

35 10 2
                                    

"Weh ini jam berapa?" Tanya Jesselyn.

"Jam 4." Jawab Greza singkat.

Jesselyn mengangguk lalu Greza, Wilona dan Jesselyn saling berpamitan dan melambaikan tangan satu sama lain. Mereka sudah ditunggu oleh orang tua mereka di depan gerbang. Tapi entah kenapa, Greza melambatkan jalannya dan akhirnya dia tidak sengaja menabrak lengan kiri dari seorang siswa baru.

"Aduh!"

Greza menabrak lengan kiri Liam karena otaknya yang berpikiran kemana-mana yang menjadi tidak fokus.

"Liat-liat kalo jalan."

"Dih, serah gue lah."

Greza merasa tidak terima ketika ia diingatkan oleh Liam. Hal yang biasa, karena "pms".

"Iya deh, cewe selalu bener."

Greza meninggalkan Liam begitu saja tanpa rasa bersalah. Tapi ia teringat sesuatu, ia berbalik lalu menatap dan akhirnya menghampiri Liam. Ia menyodorkan uang 70 ribu dari sisa uang yang Liam berikan tadi.

"Nih."

"Sama-sama."

"Gue udah ngomong dari awal, kalo gak denger ya urusan lo."

"Kena mental gue." Canda Liam yang tetap memasang ekspresi datar.

"Cowo kek lo bisa kena mental? Tumben."

Oke, kali ini Liam tidak bercanda. Setelah Greza berkata seperti itu, dia benar-benar kena mental. Orang sedingin Liam saja bisa terkena mental seperti itu.

"Berarti, lo punya hutang sama gue."

"Ya, besok gue lunasin."

Keheningan terciptakan di antara mereka berdua dan Liam berinisiatif untuk membuka percakapan.

"Lo ngapain di ruangan taekwondo tadi?"

"Sewot banget lo."

"Cuman nanya."

"Yaudah, gue tadi cuman liat-liat perlengkapannya taekwondo doang yang biasanya dibuat tanding."

"Oh."

"Gue capek-capek jelasin lo malah bilang "oh" doang?"

"Terus gue harus bilang apa?"

"Basa basinya busuk banget." Gumam Greza yang nyaris tidak terdengar.

Greza kesal dengan Liam dan langsung pergi meninggalkan Liam. Liam kebingungan dan mencoba untuk melihat Greza beberapa saat. 15 menit kemudian, Liam menyerah dan menghampiri Greza.

"Lo ngapain disini?"

"Mau gue disini, mau gue di bulan ya terserah gue lah. Kan gak ada urusan sama lo."

"Ngapain?"

"Ck, nungguin gojek."

"Lo aja belum pesen gojek nya."

"Lah, iya kah?"

Greza melihat ponselnya dan ternyata dia memang belum pesan gojeknya itu. Jika orang-orang biasanya malu karena hal itu, Greza malah frustasi karena ia telah menunggu 15 menit lebih dan pastinya itu sia-sia.

"Kasian."

"Diem."

"Gue boleh minta nomer lu gak?"

Greza tidak paham sejenak dari perkataan Liam. Butuh beberapa detik baginya untuk mencerna perkataan Liam. Akhirnya, ia paham juga.

"Serah lo."

"Lah, gima-"

"Bentar gue kasih nomernya dulu."

She's Our GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang