Idul Fitri (fix)

180 25 4
                                    

Seperti kebiasaan kebanyakan orang ketika mendekati idul fitri. Ada yang membeli baju, sepatu bahkan kendaraan baru. Besok sudah idul Fitri dan ada banyak macam tipe manusia ketika mempersiapkan hari esok. Untungnya para anak-anak laki-laki di sana sudah melakukan takbir. Mereka tahu tidak bisa membeli di toko secara offline maupun online jadi mereka bergegas mencari barang-barang lebaran yang tidak pernah mereka pakai.

"Goo, sepatu lu-"

"Lu jadikan bahan tawuran tahun lalu, hilang di sawahnya pak mamat," potong Jungoo masih dendam akan sepatunya. Tidak rela dia, mana merk Guc*i lagi.

"Oh iya, sorry gue lupa."

"Jihoon masih marah sama lu?"

"Masih, nantilah gue cari cara. Deketin Hyungseok aja susah apalagi di maafin Jihoon."

Jungoo hanya mengangguk paham. Dia tahu Jihoon memang silent treatment kalau sudah marah, doakan saja keduanya bisa berbaikan.

Sementara itu di tempat lain.

"Yohan, Jichang. Shopping."

"Gass!!"

Hangyeol dan Yoojin yang melihat hal tersebut sudah paham. Memang hanya ketiga orang itu yang paham bahasa mereka sendiri.

"Besok, ikut gue sukem sama pak Jinyoung sekalian ketemu sama dedek," ucap Hangyeol membersihkan kacamatanya, "minta thr, mumpung jihoon pulang kampung."

"Takut bener."

"Utang gue tahun lalu belum gue bayar, bayar-"

"Bentar, abang gue manggil," Yoojin langsung pergi meninggalkan sohibnya

"Temen bangsat."

Idul fitri

Setelah selesai shalat ied, para anak-anak pak Dodo langsung berbondong-bondong menyerbu pak Jinyoung karena ingin sungkem dan thr, apalagi Hangyeol yang ingin cepat-cepat bayar hutang dengan Jihoon

"Nih," ucap pak Jinyoung memberikan 500 rb pada Hangyeol, "saya tau kamu ada hutang sama Jihoon," ucapnya tersenyum

"Akhirnya, ya Allah. Makasih pak Jinyoung, adek mana pak?" Tanya Hangyeol tidak melihat Hyungseok

"Ada di dalam sama mbak, bantu di dapur," jawab Jihoon yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah pak Dodo, "oy, bayar hutang lu," ucap nya dengan tatapan mengancam

"Bukannya lu pulkam?"

"Gak jadi, keluarga gue katanya yang mau ke sini," Jawab Jihoon, matanya beralih ke arah Jonggun yang ada di belakang Yoojin

"Bang ..."

Mendengar panggilan dan tatapan mata Jinyoung, Jihoon sudah paham dan hanya mengangguk

"Gun, gue minta maaf sama lu. Gue emang kecewa tapi waktu liat lu mau minta sama Hyungseok walaupun tu anak takut sama lu, gue hargain perjuangan lu," ucap Jihoon duduk di samping pak Jinyoung, "sungkem sama pak Jinyoung terus sama gue, gue 5 tahun lebih tua dari lu," lanjutnya dengan bangga

"Oh, lu sadar diri lu itu tua?" Tanya Jungoo yang berdiri di samping Jihoon

"Lu tanya kek begitu, thr lu gue tahan," ucap Jihoon dengan mengancam Jungoo

"Jangan dong, maafin gue bang Hoon. Hehe," Jungoo langsung ikut sungkem bersama yang lain.

"Ayah, rendangnya sudah selesai, mau makan dulu?" Tanya Hyungseok dengan lembut menghampiri ayahnya

"Boleh, kamu urus mereka ya." Dengan begitu, pak Jinyoung berdiri dan berjalan ke ruang makan untuk mencicipi rendang masakan dari Soojung dan Hyungseok

"Hyungseok," panggil Jonggun segera duduk di samping Hyungseok dan menyandarkan kepalanya di pundak Hyungseok, "jangan kasi tahu Jihoon, oke," Jonggun memberikan uang 600 rb pada Hyungseok

"Ini kebanyakan."

"Gak apa-apa, untuk kamu beli mainan nanti," ucap Jonggun tiba-tiba merasakan tubuhnya terangkat, kerahnya ditarik oleh seseorang

"Lo siapa? Kurang ajar gitu sama adek gue," ucap laki-laki yang tingginya sama dengan Jonggun, dia terlihat kesal. Tangannya terkepal ingin memukul wajah Jonggun

"Woy, lu bukannya assalamualaikum dulu langsung ajakin orang berantem," laki-laki di sampingnya memukul kepalanya cukup keras, "lu liat adek kita ketakutan," ucapnya tersenyum manis memeluk dan mencium pipi Hyungseok, "halo adekku tersayang."

"Bang Kiel, abang kapan pulangnya? Kok gak beritahu adek?" Hyungseok terlihat sangat bahagia dengan kehadiran kedua kakak laki-lakinya tersebut. Dia juga hampir menangis karena merindukan kakak laki-lakinya tersebut

"Ya Allah. Dan, dia nangis anjir," Kiel tertawa melihat adek kesayangannya yang menangis sesenggukan sambil memeluknya, "sumpah ini, nangis sesegukan dia."

Danny yang menyadari hal tersebut melepaskan cengkeramannya pada kerah Jonggun dan beralih menenangkan adiknya tersayang

"Adek ... sshh ... kenapa nangis sayang?" Tanya Danny dengan senyuman lembut dan menenangkan. "Adek kangen abang?"

"Iya ..." jawab Hyungseok dengan suara serak karena menangis, "abang gak pernah pulang semenjak kuliah, adek gak ada teman di rumah ...."

Danny dan Kiel yang menyadari hal tersebut, bersamaan memeluk Hyungseok

"Adek, Abang minta maaf. Lain kali kalau semisalnya Abang ada waktu, abang bakal telepon kamu atau chat, oke?"

"Janji?"

"Ya," ucap keduanya serempak menjawab dan mencium pipi Hyungseok.

"ayah mana?" tanya Danny melepaskan pelukannya bersamaan dengan Kiel

"Bentar, gue tahu cara memanggil pak tua itu," ucap Kiel dengan senyuman licik mengeluarkan pengeras suara, "Ayah, mama kawin lagi!"

"Apa?! Dengan siapa? Kapan?" Jinyoung langsung keluar dari rumah pak Dodo dengan piring di tangannya

Kiel tertawa terbahak-bahak karena bisa ngerjain ayahnya tersebut. Dasar pak tua gamon, batinnya. Danny hanya bisa menahan tawa melihat hal tersebut, Pak Jinyoung langsung menatap kesal putra keduanya tersebut sebelum menyadari sesuatu

"Ya Allah. Kalian berdua kapan sampai? Kok ayah gak tau kalian berdua sudah di sini? Kenapa gak telpon?" Pak Jinyoung Mendekati kedua putranya dan tersenyum hangat

"Tadi malam, cuman nginep bentar di rumah pak Gabryong sekalian ketemu sama mama Minseon," Kiel tanpa ragu memeluk ayahnya dan mencium punggung tangannya, "ayah tinggal disini? Rumah ada masalah?"

"Bukan masalah besar, biasalah itu," Jawab Jinyoung membawa kedua putranya masuk.

"Cok, sombong klen berdua ternyata gak nyapa aku," ucap Gimyung baru sadar bahwa dia dan Hyungseok ternyata sepupu-an

"Ih, lu siape," balas Kiel masuk ke dalam rumah tanpa rasa bersalah.

"Bang?"

"Hm?" Danny menoleh dan mengangkat alisnya "adek gue banyak yang deketin?"

"Tidak terhitung," Jawab Gimyung, "abang tinggal di sini?"

"Iya, kangen gue. Abang lu apa kabar?" Tanya Danny menepuk pundak Gimyung

"Baik, pulang-pergi dia. Biasalah orang sibuk," jawab Gimyung. Keduanya malah asik ghibah soal abang Gimyung yang memang sekarang sudah kerja, lebih tepatnya dia memilih kerja dari pada kuliah.



End season 1

Kos-Kosan pak DodoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang