Bagian ke 3 | Euphoria

84 11 4
                                    

🎵Play month to a flame - swedish house mafia and the weekend 🎵

" Tak ada kesialan saat kau dilahirkan di dunia ini, semua memiliki timbal balik"
.
.
.

"ngeliatin mangkuk bakso gabakalan bikin lu kenyang the."

Secara tiba tiba seorang cowok bermata amber duduk di depan mejaku.

Aku tak tau mengapa aku terlalu banyak memikirkan si anak baru itu sampai tak sadar dengan apa yang kulakukan sedari tadi. Sampai orang asing bermata amber itu memecahkan lamunanku. Kupikir dia Salah satu teman Thea, mengingat sikapnya yang sok akrab.

Kulirik sebelah meja kantin, oh ternyata shopia. Sepertinya shopia yang memesankan semangkuk bakso dan es tehnya.

"Eh the lu nggak lagi kerasukan kan?" tanya si mata amber itu dan melambaikan tangannya tepat didepan wajahku.

"Iya setannya elu."ungkapku menatap tajam kearah matanya.

"Wah sakit banget dada gue the." Katanya sambil memegang dadanya.

Dia setipe dengan Sophia, seorang yang hiperaktif dan sedikit tak waras. Aku ragu Thea berteman dengan mereka secara tulus.

                               ****

Menit berikutnya aku bergelut dengan angka angka sialan yang tak kutau apa fungsinya untuk keberlangsungan hidupku dari Bu Hera.

Aku mulai menghafalkan nama nama perangkat sekolah dari website yang untungnya memuat semua detail guru aktif. beralih pada papan tulis, sebenarnya aku tuh cukup pandai dalam matematika.

Tetapi itu dulu, SD agaknya, sebelum x dan y menyerang hidupku. Namun saat ini aku Thea dan sepertinya aku mewarisi otak cerdasnya hingga tak ada rasa kantuk yang dulu selalu saja ku dapati. Sepertinya ini pertobatan atas sikapku dulu.

Aku mencatat seluruh rumus dan materi penjelas yang guru tulis di papan tulis. Aku ingin serius kali ini dan tak mau membuat ranking yang dipertahankan Thea selama ini turun. Dia punya ambisi yang cukup kuat.  Aku tak akan menghancurkan ambisinya yang susah payah dia capai.

Aku sedikit tercekat ketika seseorang menepuk bahuku pelan. Aku baru tersadar jika dibelakangku adalah Eric duplikat dari Alex sahabatku. Aku menoleh dengan ragu.

"Sorry, tapi boleh gue pinjem pena, gue lupa bawa."mata hijaunya bersinar bukan dari cahaya neraka namun seperti cahaya surga yang tak pantas dilihat oleh pendosa sepertiku.

Aku gugup. Apa yang dibilang olehnya tadi. Pensil penggaris atau penghapus. ayolah kenapa sebagian otak tak warasku ikut ikutan bertransmigrasi kesini. Dia menunggu jawabanku. dan aku hanya pasrah mencoba mencerna sisa sisa pendengaran ku.

Buru buru aku berbalik menyerahkan kotak pensil ku. Sekalian saja biar tidak keliru. Aku sudah cukup malu dengan muka bodohku.

"Thanks."dia tersenyum tipis saat mengembalikan kotak pensilku.

Wajahku berangsur angsur merona akibat senyum manis Eric.Ya Tuhan, selama aku hidup aku menghabiskan banyak waktu bersama Alex, bekerja paruh waktu bersekolah belajar makan dan tumbuh bersama Alex.

Dia seperti malaikat pelindungku. Alex adalah cowok gentle dan sangat hangat. Dan aku dengan tak tau dirinya mencintainya.yang seharusnya tugasku hanya berperilaku seperti seorang hamba yang dijaga oleh malaikat.

Well aku cukup beruntung dengan menemukan Alex kedua yang juga ada kehidupan kedua ku berbentuk Eric.

Wajah mereka sangat mirip, bahkan proporsi tubuh mereka juga sama.

Namun entah mengapa walau pun wajahnya menunjukkan keramahan. Perasaanku mengatakan dia adalah orang yang cukup dingin.

****

Aku mendengus kesal. Sudah lima belas menit sejak kukirimkan pesan ke pak yudha , supirku. Aku tak suka membuang buang waktu dan menunggu. jadi kuputuskan untuk memesan ojek online.

Tepat saat aku ingin memesan, deruman sebuah sepeda motor berhenti didepan tempatku duduk.

Aku mendongak melihat siapa yang berhenti didepan ku. Kepalanya tertutup oleh helm full face dengan kaca hitam. Namun sepertinya aku tau pemilik motor Aerox dengan modifikasinya.

Yah dari sekian ribu anak yang sekolah disini kenapa harus Kenzo.

"Kata ayah pak yudha sakit jadi gue diminta jemput lo, jangan kepedean." ucap Ken dengan membuka kaca helmnya.

"Gue ga bilang apa apa juga." balasku tak terima.

"Buruan naik, atau gue tinggal."

Aku lekas naik diatas motornya,enak saja.Walaupun aku sedikit takut dengannya yang terakhir kali mengutak atik motorku, namun perasaan itu terkalahkan oleh rasa laparku.

Aku ingin cepat cepat pulang, makan soto ayam dan kemudian mengatakan keinginan ku kepada ayah. ya walaupun aku tak tau kapan ayah akan pulang.

Aku mencium aroma kopi di jaket yang dikenakan Kenzo. Dia memiliki selera yang sama dengan si mata amber. atau memang parfum ini cukup populer dikalangan anak cowok.

Aku tak terlalu memperhatikan tren saat ini.
Yang kulakukan saat ini hanya menatap bangunan dan toko klasik bergaya Belanda di kanan jalan,cukup indah.namun udaranya sangat panas dan terlalu ramai.aku hanya melihat beberapa pohon dan tanaman hias di sepanjang jalan.

Untungnya kenzo tak banyak bicara dimotor dan tepat setelah dia mengantarkan ku, dia langsung pergi keluar rumah dengan tergesa gesa tanpa mengganti seragam sekolahnya. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting.

"Emily tolong buatkan aku jus alpukat" kataku kepada Emily. Setelah ku amati sepertinya dia juga baru datang dari kampusnya. Aku jadi agak sedikit merasa bersalah.

Aku duduk diatas single sofa di depan televisi dan kemudian menyalakan AC. Cuaca hari ini sangat panas walaupun sudah memasuki jam empat sore.

Aku mulai menyalakan televisi yang menayangkan sebuah berita.dan sebuah keberuntungan aku menyalakan tepat saat berita itu di sampaikan. Harga saham dari perusahaan ayah melonjak cukup signifikan. sepertinya ayah tidak akan kerepotan kan dengan permintaan putrinya satu ini.

Ayah sepertinya sangat bekerja keras memulihkan perekonomian perusahaannya yang tak lepas dari akibat wabah covid, harga sahamnya sempat turun drastis dan tak diragukan ayah yang gila kerja itu menjadi semakin gila. dan sampai pada titik ini dia menyempurnakan kegilaannya.

Namun terlepas dari itu ayah sangat memperhatikan putrinya dan rela mengerjakan pekerjaannya di rumah sakit hanya untukku.

**********

Jangan lupa votenya ya.
Selamat membaca.
Terimakasih.love.

 Giving Up On You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang