Bagian 9 => Noah Sebastian

34 3 0
                                    

🎵play strangers - Kenya Grace🎵

"Kau berharap apa dari manusia?"

.
.
.

Aku tak tau siapa yang harus ku percaya, antara bibi pengasuhku atau Kenzo saudaraku. Ayolah aku baru saja seminggu berada disini manabisa aku memilih siapa yang dapat kupilih untuk dijadikan rekan.

Aku cukup pusing dengan berkas berkas yang kupelajari hari ini, dan entah kenapa orang yang ditugaskan ayah untukku terlambat dua jam lamannya dari jadwal yang ditentukan.

Bayangkan, aku benar benar menyumpahi orang itu. Bahkan otak Thea yang jenius ini tidak banyak membantu karena memang dia tak terlalu tertarik berbisnis ataupun masalah finansial. Aku butuh seorang untuk membantuku memulainya, namun aku harus benar benar bersabar.

Aku mulai searching di internet ataupun YouTube untuk membantu rasa penasaranku. Aku tidak bisa duduk diam menunggu sampai orang tak tau diri itu datang. Ayahku tidak seharusnya menghabiskan ribuan dollar untuk menggaji orang tak kompeten.

" Ups kayaknya gue keterlaluan banget telatnya ya." Ungkap tiba tiba seseorang yang baru saja membuka pintu kamarku.

Aku menoleh dan melebarkan pupil Mata ku. Bagaimana mungkin bisa si Mata amber yang selalu saja berbicara mengenai Hal Hal gila itu menjadi mentorku. Yang benar saja.

" Wesss santai bos, tatapan lo kayak mau nyantet gue."

" Anjing, gimana bisa ayah gue ngerekrut monyet jadi mentor gue coba."

Si Mata amber itu meringis dan mulai duduk sisebelahku sambil mengeluarkan MacBook nya.

"Mungkin karma karna lo ngaret hangout sama Sophia."

Aku mengetnyitkan dahiku. Bagaimana dia bisa tahu.
"Lo punya hubungan gelap ya sama shopia." tuduhku.

"Sembarangan lo kalo ngomong, gue kan sukanya sama lo." Katanya sambil menyalakan MacBook nya.

"Btw, gue ga pernah tau selama ini lo kerja sama ayah gue." Tanyaku penasaran.

"Ya iyalah yang dipikiran lo kan cuma Kevin. Ahh sekarang nambah satu lagi Eric. " Dia terdiam sejenak

"Gue udah setengah taun kerja sama ayah lo, yaa nggak terlalu seintensif karyawan lain si karna gue masih ada tanggung jawab buat sekolah. Tapi okelah buat nambah skill gue."

"Wah gue terkesan banget" kataku sambil memegang dadaku (cuman dada, ingett!!)

"Pacaran kuy" kataku.

Dia menoleh ke arahku dan tersenyum. "Gass."

Tak berselang lama dia memilah file yang ada di laptopnya. Sementara aku termenung memikirkan siapa namanya.

"Oke kembali ke laptop, sebelum lo belajar ke proyek ayah lo, gue bakal ngajarin laporan keuangan perusahaan. Jadi ada tiga jenis laporan, yang pertama laporan keuangan atau finansial laporan ini yang dikerjain oleh akuntan, terus laporan fiskal atau pajak terus ada laporan manajemen laporan ini yang dibutuhin manajer buat ngambil keputusan. Nah karena waktu cuma sejam kita belajar laporan finansial dulu."

Aku mendengarkannya dengan seksama. Tak kusangka orang yang kuanggap setengah tak waras ini mampu melafalkan potongan potongan memorinya mengenai laporan keuangan dengan baik dan mudah ku mengerti. Aku banyak mendapatkan informasi darinya yang tak ku temui di internet manapun. Bagaimana cara membuat sebuah transaksi yang berakhir dengan sebuah laporan keuangan yang detail. Aku merasa dia cukup keren kali ini.

 Giving Up On You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang