Dua minggu lalu adalah pengambilan raport kenaikan kelas milik Lisa dan Rosè. Seperri biasa, Rosè mendapat nilai sempurna dengan mendapat peringkat pertama sementara Lisa masih tetap sama dianggap kurang sempurna walaupun Lisa berada di peringkat ke tiga.
Rosè bahkan masih saja bingung dengan sikap ayahnya yang masih saja tidak menghargai usaha Lisa. Bukankah peringkat ketiga itu sudah sangatlah bagus? Tapi tetap saja Junmyeon tidak puas dengan nilai yang didapat Lisa.
Alhasil seperti biasanya, setelah pulang dari mengambilan raport Junmyeon langsung membawa Lisa ke gudang dan berakhir dengan punggung Lisa yang banyak luka. Disaat waktu itu tiba tidak ada satupun yang bisa menghentikannya entah itu Jisoo, Jennie maupun Rosè. Sementara sang ibu pun juga tidak bisa menjadi tempat untuk pertolongan karena Joohyun selalu sependapat dengan Junmyeon.
Hari ini mereka sudah kembali seperti biasanya, kali ini sedikit berbeda karena Lisa tidak satu kelas lagi dengan Rosè. Lisa pindah ke kelas lain tentu karena ulah Junmyeon. Junmyeon berharap dengan dipindahnya kelas, Lisa akan mendapat nilai yang bagus tentunya mendapat peringkat pertama.
Selama di kelas Lisa mengikuti setiap pelajaran seperti murid pada umumnya, hanya saja Lisa sedikit kurang bersemangat terlebih mengingat perlakuan Junmyeon padanya. Lisa terus memikirkan bagaimana cara agar dirinya bisa membuat Junmyeon senang, karena selama ini Junmyeon selalu kecewa padanya.
Memikirkan itu benar-benar membuat Lisa merasa pusing juga frustasi. Entah bagaimana lagi cara yang harus Lisa lakukan karena sampai detik ini usaha yang sudah Lisa kerahkan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hingga tanpa sadar karena terus memikirkan hal itu ternyata ruang kelas Lisa sudah sepi. Tak ada satupun murid disana kecuali dirinya. Tanpa berlama Lisa segera bergegas mengambil tas ranselnya dan menaikkan kepunggungnya, berlari dengan tergesa menuju tempat parkir.
"Yak kenapa lama sekali" Lisa yang baru saja tiba langsung mendapatkan omelan dari kembarannya, siapa lagi kalau bukan Rosè.
"Ah mianhae, aku tidak tahu kalau sudah jam pulang" ucap Lisa dengan rasa bersalahnya.
"Kau tau Lisa, aku sudah menunggumu disini selama1 jam" Rosè kembali berucap meluapkan rasa kesalnya.
"Jinjaeyo? Apakah selama itu"
Lisa kemudian melihat jam tangan mewahnya yang sama dengan milik Rosè, saat melihatnya bagaimana kagetnya Lisa karena sekarang sudah pukul 4 sore, sedangkan bel pulang sekolah jam 3 sore.
"Ahh mianhae Chaeng-ah, jangan marah eoh" Lisa berucap dengan menampakkan wajah lucunya, tentunya membuat Rosè tisak jadi marah karena wajah menggemaskannya Lisa.
"Hmm, tapi ingat jangan kau ulangi lagi"
*****
Malam ini udara terasa cukup dingin menembus sampai kulit, tapi gadis itu masih enggan beranjak dari balkon kamarnya walau tubuhnya sudah terasa dingin karena terpaan angin.
Lisa terduduk disana cukup lama sambil menggerakkan tangannya yang memegang sebuah kuas. Sudah dua jam berlalu Lisa berada di balkon kamarnya untuk melukis. Malam ini langit terlihat sangat cantik hingga Lisa berfikir untuk melukisnya.
"Lukisan yang sangat indah" ucapan itu berasal dari Jennie bersamaan dengan sebuah selimut yang menempel dipundaknya.
"Jangan berlama-lama diluar, udara malam tidak baik untuk kesehatanmu" Jennie duduk disamping Lisa yang masih fokus dengan kuas miliknya.
"Nde unnie, sebentar lagi akan selesai" ucap Lisa menatap Jennie sekilas dan kembali fokus pada lukisannya.
Setelahnya keheninganpun melanda keduanya karena Lisa terus fokus pada penyelesaian lukisannya, sementara Jennie terus fokus melihat Lisa tanpa mengeluarkan kata apapun.
"Unnie belum mengantuk" ucap Lisa ditengah aktivitasnya setelah keheningan melanda keduanya.
"Not yet, unnie akan tidur jika Lisa tidur" ucap Jennie tersenyum manis pasa Lisa.
"Okke, Lisa akan menyelesaikan ini dengan segera. Setelah itu kita tidur bersama eoh unnie. Unnie tidur dengan Lisa, di kamar Lisa" ucap Lisa dengan semangat.
Jennie mengangguk dengan senyuman, menyetujui apa yang diucapkan Lisa, lagian sudah beberapa hari ini Jennie tidak tidur bersama Lisa, bisanya Jennie sering sekali tidur bersama Lisa.
Terlalu fokus pada lukisannya, hingga Lisa tidak menyadari kedatangan ibunya. Dadanya tiba-tiba berdetak begitu kencang tak karuan begitupun dengan Jennie sekarang.
"Eomma" ucap Lisa ditengah rasa gugup dan ketakutan yang Lisa sembunyikan dari suaranya.
Pandangan Joohyun kini tertuju pada lukisan Lisa. Matanya menyorot tajam pada lukisan itu setelahnya kembali menatap Lisa tak kalah tajamnya.
"Kau seharusnya belajar, bukan melakukan hal tidak berguna seperti itu Lisa!" Joohyun meninggikan suaranya membuat Lisa tersentak kaget begitupun dengan Jennie.
"Eomma" ucap Jennie berusaha untuk membuat Joohyun sadar dengan ucapan tingginya.
"Apa kau tak ingat Lisa, nilai yang kau dapatkan kemarin tak membuat appamu senang" Joohyun kembali bersuara mengingatkan kembali amarah Junmyeon pada Lisa dua minggu lalu.
"Nde eomma, minhae"
Lisa hanya bisa menunduk dengan jawaban singkatnya. Lisa tak tahu harus menjawab apa lagi sekedar untuk membela diri. Nyatanya yang dibicarakan Joohyun memanglah benar. Nilai yang Lisa dapat pada kenaikan kelas kemarin tidak memuaskan untuk Junmyeon.
"Kata maaf tak akan bisa membuat appamu senang. Kau harus belajar lebih giat lagi, lihat ketiga unnie mu yang selalu bisa membuat appamu bangga"
Benar yang dikatakan Joohyun, meang semua anaknya bisa membuat Jumyeon bangga kecuali dirinya yang hanya bisa membuat Jumyeon marah dan kecewa.
"Eomma cukup" kini Jennie bersuara cukup tinggi membuat Joohyun sedikit tersentak. Jujur saja Jennie sudah tak kuat melihat ibunya terus menyudutkan Lisa.
"Jika eomma datang kesini hanya untuk memarahi Lisa, lebih baik eomma keluar saja" Jennie benar-benar sudah dibuat kesal oleh ibunya, hingga tanpa sadar ucapannya terdengar begitu kasar bagi seorang anak.
"Ingat Lisa, jangan buang-buang waktumu untuk hal yang tidak penting dan ingat kau harus bisa membanggakan appamu seperti ketiga unnie mu" ucap Joohyun sebelum meninggalkan kamar Lisa.
"Nde eomma, selama ini Lisa sudah berusaha untuk membuat appa bangga pada Lisa"
Matanya terasa begitu perih, kelopak matanya juga sudah terisi air. Kini satu tetes air mata berhasil turun bersamaan dengan rasa sakit dihatinya. Selama ini Lisa sudah menyimpan rasa sakit yang bertubi-tubi tapi tetap saja tak ada yang bisa mengerti terlebih kedua orang tuanya.
Lisa tidak mengharapkan lebih dari Junmyeon ataupun Joohyun. Lisa hanya ingin usaha yang sudah Lisa keluarkan dianggap dan dihargai oleh Junmyeon maupun Joohyun. Tapi nyatanya usahanya selama ini tidak ada artinya sama sekali bagi kedua orang tuanya.
"Lisa-ya uljima"
Jennie mendekap tubuh Lisa yang bergetar begitu erat. Memberikan pelukan hangat untuk Lisa agar sedikit lebih tenang. Jennie sangat tahu bagaimana perasaan Lisa sekarang ini. Sudah dipastikan pasti rasanya sangat sakit. Jennie benar-benar tak sanggup melihat Lisa yang selalu menjadi bahan amarah kedua orang tuanya, tetapi dilain sisi Jennie juga tak bisa berbuat lebih untuk melindungi Lisa. Jennie hanya bisa membantu semampunya untuk melindungi Lisa.
"Lisa sudah melakukan yang terbaik semampu Lisa, gwenchana. Lisa juga harus ingat, Lisa punya tiga unnie yang selalu menyayangi Lisa, arasseo"
Jennie mencium kening Lisa kemudian kembali memeluk Lisa begitu erat. Rarasa sakit itu selalu hadir saat melihat Lisa mendapat amarah dari kedua orangtuanya. Rasanya begitu sesak hingga Jennie bahkan merasa tidak mampu.
Tapi Jennie lebih tahu rasa sakit yang Lisa rasakan. Rasa sakit yang Lisa dapat jauh lebih sakit dari rasa sakit hatinya. Tapi adiknya itu tak pernah mengeluh ataupun marah atas semua perlakuan kedua orangtuanya. Lisa selalu saja berusaha terlihat kuat padahal nyatanya Jennie tahu pasti Lisa sangat kesakitan.
"Apapun yang terjadi, Lisa harus tetap kuat eoh. Lisa tidak boleh menyerah, jika Lisa capek bilang unnie eoh, unnie akan selalu bersama Lisa untuk menguatkan Lisa"
Jatim, 16 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORED
Fanfiction"Dalam hidup, kadang harus bersikap kuat karena banyak ketidakadilan yang terjadi."