Pintu itu ia kunci dengan rapat kemudian tubuhnya meluruh ke lantai dengan diiringi suara tangisan. Tubuhnya bergetar dengan rasa sesak yang mulai timbul didadanya.
Ini adalah kebiasaan yang selalu terjadi selepas mereka melakukan makan malam bersama di rumah orang tua Junmyeon. Setelah pulang dari sana pasti Lisa akan menangis dikamarnya.
Suara hinaan, cacian, merendahkan semua masih terekam apik ditelinganya. Suara dari kakak maupun adik ayahnya yang merendahkan dirinya didepan umum.
"Bagaimana bisa kau melahirkan anak memalukan seperti dia Junmyeon-a" ucapan itu berasal dari kakak Junmyeon yaitu Kim Jong Woon.
Kim Jong Woon memiliki dua anak dan keduanya sama-sama berkuliah di luar negeri yaitu di Universitas Oxford. Maka dengan itu Kim Jong Woon selalu menyombongkan dirinya didepan semua keluarganya karena berhasil mendidik anaknya dengan baik.
Junmyeon yang mendengar hinaan kakaknya hanya bisa diam menahan segala rasa kesal yang kini timbul dihatinya. Junmyeon ingin sekali memukul kakaknya tapi Junmyeon tentu tak ingin membuat gaduh diacara makan malam keluarga mereka.
"Nde oppa, kau benar. Sepertinya Junmyeon oppa tak berhasil mendidik Lisa dengan baik" ucapan itu berasal dari Kim Taeyon, kakak kedua Junmyeon.
Dikeluarga itu Junmyeon adalah anak bungsu yang mana selalu dibanding-bandingkan dengan kedua kakaknya. Kedua kakaknya sama-sama berhasil mendidik anak mereka dengan baik, oleh karena itu Junmyeon selalu mendidik dengan keras kepada semua anaknya terlebih pada Lisa. Tentu karena Junmyeon tak ingin kalah saing dengan kedua kakaknya.
Sifat kejam dan kerasnya selama ini pada anaknya terlebih Lisa adalah buah dari kedua kakaknya dan orang tuanya yang sedari dulu menganggapnya remeh. Alhasil Junmyeon bertekat membuktikan jika dia akan membawa semua anaknya pada kesuksesan dengan cara yang dianggapnya paling tepat, yaitu dengan memaksakan semua anaknya untuk selalu mendapatkan nilai yang sempurna.
Usahanya memang berhasil hingga membuat Jisoo dan Jennie masuk di Universitas ternama di Seoul dengan nilai paling tinggi. Tetapi untuk Lisa, Junmyeon benar-benar tak tahu lagi harus berbuat apa. Hukuman-hukuman yang selama ini Junmyeon layangkan tak membuat Lisa mendapat nilai semakin bagus, semakin lama Lisa justru mendapat nilai yang semakin turun.
Junmyeon dibuat frustasi dengan Lisa, karena harapan satu-satunya ada pada Lisa. Junmyeon tentu tak ingin Lisa mempermalukannya di depan keluarga besarnya, mengingat sebentar lagi adalah kelulusan Lisa ditingkat SMA dan penentuannya untuk diterima di Universitas. Junmyeon tentu tak ingin dipermalukan jika Lisa tak bisa menembus Universitas seperti Jisoo dan Jennie.
Setelah makan malam itu usai, semua bergegas pulang masing-masing ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan Junmyeon hanya diam menahan amarah yang sebenarnya ingin meledak sejak tadi, tapi Junmyeon masih menahanya hingga semua luapan amarah itu iya lontarkan pada Lisa saat sudah tiba di mansion.
"Aaaaarrrgghhh"
Junmyeon berteriak kencang, sembari melempar vas bunga yang semula berada diatas laci ruang keluarganya. Junmyeon benar-benar marah atas ucapan kedua kakaknya.
"Kau"
Junmyeon menunjuk Lisa kemudian bergerak mendekat pada Lisa yang kini tengah tertunduk penuh ketakutan. Lisa dapat merasakan kini cengkraman kuat tangan Junmyeon berada pada pipinya.
"Kenapa kau selalu saja membuat appa malu Lisa, wae? Kenapa kau terlahir tidak berguna seperti ini, wae!"
Junmyeon mendorong Lisa, membuatnya sedikit berjarak pada Lisa. Sungguh Junmyeon benar-benar ingin meluapkan semua amarahnya sekarang pada Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORED
Fanfiction"Dalam hidup, kadang harus bersikap kuat karena banyak ketidakadilan yang terjadi."