Suara tabrakan membuat semua pasang mata menatap ke arah tengah jalan. Menghampiri dan mengelilingi korban tersebut. Tak ada yang berani menyentuh si korban karna melihat banyak darah yang mengalir di aspal.
Bau anyir tercium di sekitar jalan.
Ira. Tergeletak lemas di tengah jalan dengan darah yang mengalir dari gamis bawahnya dan bagian lengan kirinya terdapat luka goresan.
Arvind yang mendengar suara tabrakan langsung bergegas menghampiri letak suara tabrakan.
Banyak yang mengelilingi si korban membuat Arvind susah melihat siapa korban dari tabrak lari.
Kaki jenjangnya mendekati dengan jantung yang berdebar-debar, entah apa alasannya.
Deg!
Arvind meneteskan air matanya ketika melihat sang adik yang terkapar tak berdaya di tengah jalan.
Dengan tangan yang bergetar Arvind memangku kepala Ira.
"Adek" lirih Arvind menangis.
"NGAPAIN SEMUANYA BERDIRI DISINI KALAU HANYA INGIN MENONTON TANPA INGIN MENOLONG!!" teriak Arvind marah pada semua orang yang hanya menatapnya iba.
Tiba-tiba ada bapak-bapak berumur sekitar lima puluhan menepuk pundak Arvind dari belakang.
"Nak, tadi bapak udah nelfon ambulan, bentar lagi sampe. Yang kuat ya nak" ucap bapak itu mengelus pundak Arvind.
Bisa dibilang bapak itu adalah orang pertama yang melihat Ira jatuh di aspal karna tertabrak. Tanpa menghampiri Ira lebih dulu bapak itu bergegas menelfon ambulan.
"Makasih ya pak" ucap Arvind dengan isaknya.
"A-abang mas Er-lan" ucap Ira lirih sambil memejamkan matanya menahan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya.
"Iya dek besok Erlan pulang jadi adek harus kuat ya" ucap Arvind mencium kening Ira.
"Mas Erlan, sakitt" suara yang sangat pelan bahkan hampir tak terdengar. Arvind mendengar jelas suara adiknya sebelum adiknya menutup mata.
Sirene ambulan terdengar nyaring, mendekati Arvind. Beberapa perawat turun untuk membantu Arvind memasukkan Ira ke dalam mobil.
Selama diperjalanan Arvind terus mengelus kepala Ira. Ia juga sudah menelepon keluarga rumah tak lupa ia juga memberi kabar ini kepada keluarga Erlan.
Beberapa menit ambulan sudah sampai di rumah sakit. Para suster mendorong brankar Ira termasuk Arvind.
Arvind menunggu didepan pintu UGD.
Tak lama bunda dan ayah berlari menghampiri Arvind.
"Gimana kejadiannya nak?" ucap bunda memeluk Arvind.
"Tiba-tiba aja bun" ucap Arvind.
"Gimana nantinya dengan kandungan Ira yah?" ucap bunda menatap ayah.
"Serahin semuanya pada Tuhan ya. Pasti Ira akan baik-baik aja" ucap ayah mengelus kepala istrinya dan juga anaknya.
Tak lama ada papa Reno dan mama Sari yang berjalan ke arahnya.
Mama Sari langsung memeluk bunda, mereka sama-sama menangisi Ira.
Sedangkan papa Reno berkali-kali mengecek ponselnya, menunggu chat dan telfonnya yang belum dibalas anaknya.
***
"Gimana dia sekarang?" ucap perempuan berbaju ketat dan ber-make up tebal.
"Mungkin dia ngalamin keguguran bos, tadi gue nabraknya kenceng" ucap lelaki itu.
"Bagus, kalo bisa sih dia ikut mati sama anaknya" sinis perempuan itu.
"Yang disana gimana bos?" tanya lelaki itu.
"Udah beres" ucap perempuan itu bertos ria dengan lelaki yang ada didepannya.
"Pastiin keadaan mereka terus. Kalau ada perubahan apapun hubungin gue!" ucap perempuan itu.
"Oke, siap bos" ucap lelaki itu dengan gerakan hormat.
***
Amerika.
Terlihat seorang lelaki sedang terlelap di atas kasur dengan telanjang dada.
Lelaki itu mulai menggeliat dan membuka matanya secara perlahan-lahan.
Pusing menguasai kepalanya membuatnya berkali-kali memejamkan mata.
"Ssshh" ringis nya memegang kepalanya yang pusing.
Ia meraba dadanya, dan betapa terkejutnya kala ia menyadari jika ia sedang bertelanjang dada, dia sama sekali tak merasa kalau beberapa jam lalu membuka bajunya, lantas siapa yang berani membukanya?.
Menatap ke sekitar yang tampak asing baginya. Ini bukan kamar hotel tempatnya.
Lelaki itu tampak kebingungan, berkali-kali ia mengingat kejadian sebelum beberapa jam yang lalu.
Ia mengambil bajunya yang terjatuh di bawah kasur, lalu memakainya, dan setelahnya ia mengecek ponselnya yang juga terjatuh di lantai.
***
Dokter perempuan yang sedari tadi berjam-jam berada di ruang UGD kini keluar menemui keluarga pasien.
Semua orang yang berada di situ berdiri saat melihat dokter sudah keluar.
"Gimana keadaan anak saya dok?" tanya bunda.
"kandungannya bisa selamat kan dok?" tanya bunda lagi sambil memegang lengan sang dokter.
"Begini Bu. Kecelakaan yang dialami anak ibu, Avira. Membuat dia mengalami keguguran" ucap dokter itu yang bernama, dokter Hanna. Bisa dilihat kalau dokter Hanna ini masih muda.
"Kandungan Avira masih empat Minggu. Jadi bentuk janinnya masih gumpalan darah. Tadi saya sudah mengeluarkannya, jadi ibu bisa membawa gumpalan darah itu untuk dikubur" jelas dokter Hanna.
"Saya bisa melihat anak saya sekarang dok?" tanya bunda.
"Bisa Bu, tapi sekarang Avira masih terkena bius, jadi nunggu dua jam lagi Avira baru sadar" jelas dokter Hanna tersenyum lembut.
"Oh ya, saat ini kalau mau masuk harus satu-satu. Nanti kalau udah diruang inap boleh masuk banyak orang" ucap dokter Hanna.
"Nanti masukin anak saya di ruang VVIP dok" ucap ayah.
"Baik pak. Kalo begitu saya permisi" ucap dokter Hanna tersenyum ramah.
"Terimakasih dok" ucap bunda.
VOMEN⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER MY HUSBAND [END]
Roman pour AdolescentsSEQUEL DARI MY PERFECT HUSBAND. Apa sih yang kalian pikirkan tentang mencintai dalam diam? mungkin memperhatikannya dalam diam, mendoakannya dalam diam, dan hanya diketahui oleh diri sendiri dan Tuhan. Walaupun umurnya berjarak sangat jauh tapi tak...