19

1.8K 54 3
                                    

Setelah kepulangan abangnya, Arvind. Erlan dan Ira duduk di balkon sambil melihat bintang yang kelap-kelip dan rembulan. Walaupun sudah jam 21.30 mereka masih nyaman menikmati udara dingin malam hari.

Ira bersandar di dada bidang suaminya dan melihat satu persatu bintang yang ada di langit.

"Mas" panggil Ira.

"Kenapa sayang?" Jawab Erlan sambil mengelus surai rambut Ira yang berterbangan mengikuti arah angin.

"Kenapa adek belum hamil ya" lirih Ira.

Erlan tersenyum mendengarnya.
"Sayang, dengerin mas ya, mas nggak mempersalahkan soal anak, anak itu amanah dari Allah sayang, mungkin kita belum diberi karna Allah ingin kita pacaran dulu. Kapanpun nanti mas akan menunggu. Yang penting kita udah usaha, dek" Ucap Erlan dengan lembut sambil mengecup kedua mata Ira yang sedari tadi menatapnya.

"Tapi, umur mas udah tua. Pasti udah pengen banget gendong anak ya" ucap Ira memainkan dagu Erlan.

Erlan terkekeh, ia tak marah saat Ira mengatainya tua, memang itu kebenarannya.

"Iya mas pengen, dan mas pengennya gendong anak yang lahir dari rahim adek" Erlan mendekatkan wajahnya dengan Ira sampai hidung mereka saling bersentuhan.

"Udah nggak usah di pikirin sayang. Mas mau ajak adek ke suatu tempat besok" Erlan mengangkat tubuh Ira ke atas pangkuannya.

"Mas kenapa sering mangku adek? Terus kenapa mas sering nyium adek? Terus besok mas ajak adek kemana?" Bibir Ira bergerak mengikuti setiap bait-bait ucapan yang dikeluarkan. Hal itu membuat Erlan gemas.

Erlan terkekeh sambil menatap Ira dalam.
"Pertama, mas sering mangku adek ya karna mas pengen aja. Kedua mas sering nyium adek karna itu hobi sehari-harinya mas. Dan ketiga besok kita ke-" Erlan sengaja menjeda ucapannya.

Ira langsung menyahut dengan asal. "Ke pasar, ke kota, ke kampung, ke taman, ke sekolah atau-" menjeda sebentar, Ira menatap binar ke suaminya "ke keluar negri"

Erlan menggeleng membuat senyum Ira luntur seketika.

"Mas besok mau ajak adek ke kantor mas"

"Kantor?" Erlan mengangguk.

"Terus besok mas nggak ngajar?"  Lagi Erlan mengangguk menjawab.

"Berapa hari disana mas?"

"Kalau adek betah disana, kita nginap empat hari. Kalau adek nggak betah ya cuma sehari"

"Tapi kita belum nyiapin keperluan besok mas, gimana dong" Ira menatap suaminya dengan raut kebingungan.

"Mas sih ngomongnya baru sekarang, kenapa nggak tadi siang" ucap Ira ngegas.

"Mas nggak tau, mas baru dikasih tau tadi sama sekertaris mas buat nyuruh mas dateng. Berangkatnya siang kok jadi kita bisa siapin keperluannya pagi" jelas Erlan, Ira hanya mengangguk.

"Tidur yok, udah malem" melihat  Ira yang mengangguk Erlan segara menggendong Ira ala koala.

Erlan merebahkan tubuh Ira dengan sangat hati-hati. Erlan ikut berbaring di samping Ira sambil memeluk erat Ira. Menarik selimut untuk mereka gunakan berdua.

"Tidur cantikku, sayangku, manis ku" Erlan mengecup seluruh wajah Ira.

Ira terkekeh geli ia membalas mencium kening, pipi, dan bibir Erlan sambil mengeratkan pelukan mereka.

************

Pagi jam 10.00

Setalah sibuk dari pagi menyiapkan keperluan yang harus dibawa.

Mereka tak membawa baju banyak, hanya membawa dua stel baju ganti saja untuk digunakan disana.

Sambil membawa banyak makanan, itu hanya Ira yang semangat membawanya.

Erlan menggelengkan kepalanya heran. Istrinya itu membawa banyak makanan sampai habis dua totebag.

Buat makan-makan di tengah jalan, kata istrinya.

Erlan memakai jas ala CEO berwarna navy dan Ira memakai gamis berwana abu.

"Udah semuanya dek?" Tanya Erlan melihat tas yang tertata rapi di bagasi mobil.

"Udah mas" Ira menatap suaminya.

"Ayo" Erlan menuntun Ira, membukakan pintu mobil.

"Silahkan princess" ucap Erlan tersenyum.

"Terimakasih pangeran" Ira masuk dan duduk anteng didalam.

Melihat istrinya yang sudah nyaman dengan duduknya, Erlan memutari mobil dan duduk di samping Ira.

Setelah memasang kan sabuk istrinya dan juga sabuknya Erlan mengucap bismillah dan mulai menjalankan mobilnya.

Di perjalanan hanya ada obrolan singkat dari mereka berdua, sesekali Ira dibuat tertawa karna lelucon suaminya.

"Mas, mama papa dikasih tau nggak?" Tanya Ira menyuapi suaminya kripik, yang dari tadi ia pangku.

"Iya mas udah ngasih tau mereka" Erlan membersihkan tepi bibir Ira yang tersisa bumbu keripik. Untungnya Erlan sudah handal dalam menyetir mobil, jadi saat ia menatap lama istrinya masih bisa fokus dengan jalannya.

"Kalau bunda sama ayah kasih tau nggak mas?"

"Terserah adek, tapi kalau bisa kasih tau dek" Erlan terus melahap suapan yang diberi istrinya.

"Oke, aku kasih tau ya" Ira mengambil hp nya lalu memberi tau orang tuanya.

"Udah sayang?"

"Udah mas"

"Suapin lagi sayang" ucap Erlan melirik istrinya.

Ira mengangguk, dengan bergantian Ira menyuapi suaminya dan juga menyuapi dirinya sendiri.


VOMEN⭐⭐

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang