3

2.6K 85 0
                                    

Benar dugaannya Ira telah mencintai pak Erlan selaku guru IPA nya. Ira mencintai bukan karena fisik maupun harta, ia mencintainya hanya semata-mata karena Allah, karena Allah yang mendatangkan perasaan ini. perasaan yang entah kapan berlabuhnya kini singgah dihatinya.

Tak ingin menyalah artikan perasaan ini dan tak ingin membuatnya malu. Ia mengikuti kisah Fatimah yang mencintai Ali dalam diam. Ira akan menutupi perasaan ini serapat-rapatnya dan hanya diketahui oleh dirinya dan Allah.

Ira tak masalah jika dia menaruh rasa dengan seseorang yang umurnya berjarak 11 tahun.

Ira hanya bisa menatapnya, memperhatikannya dari jauh, dan mendoakannya setiap malam.

Ira akan melangitkan namanya jika rindu ini mulai menguasai dirinya, ia hanya ingin berharap kepada Tuhannya.

Entah rindu ini akan berakhir membuatnya bahagia ataupun sebaliknya, yang pasti ia akan ikhlas dan tidak akan pernah menyalahkan takdir.

Ira bersemangat jika pak Erlan berangkat mengajar tapi kalau pak Erlan tidak berangkat Ira seperti cosplay manusia tanpa tulang, lemas dan letoy sepanjang hari.

***

Hari ini Ira dan temen sekelasnya akan melakukan praktek IPA.

Ira dan Laras mempraktekkan alat pernapasan manusia menggunakan barang yang disediakan sekolah.

"Kita mulai dari kelompok satu ya" suara berat milik pak Erlan menginterupsi kegiatannya.

Ira, Laras, Nita, dan Nesa yang kelompok satu mulai menghampiri pak Erlan.

Deg.

Jantung Ira berdesir hebat saat berdekatan dengan pak Erlan, ditambah lagi ketika pak Erlan berbicara dengannya sesekali menatapnya membuat badan Ira bergetar hebat.

"Tenang Ira tenang. Stay cool napa sih!" batin Ira sambil terus melakukan kegiatannya.

"Ada apa dengan jantung saya. Kenapa deg-degan terus jika berdekatan dengan siswi ini" batin pak Erlan menatap Ira.

Sesudah melaksanakan praktek dengan baik, kelas diakhiri oleh pak Erlan untuk lanjut pelajaran selanjutnya.

***

Kantin.

"Ra tadi kamu nahan berak ya waktu diulang pak Erlan"tanya Laras saat mereka sedang duduk dikantin.

"Enggak kok"

"Tapi tadi mukamu tegang banget Ra waktu di ajar pak Erlan"

"Apasih enggak Ras, ada-ada aja deh kamu"

"Beneran Ra tadi mukamu merah banget loh" Laras tertawa renyah sambil menabok pundak Ira.

"Beneran enggak kok. Udah deh kita makan aja!"

"Jangan-jangan kamu blushing waktu dilihat pak Erlan"

"Atauuu..... Kamu suka sama pak Erlan?" lanjutnya penuh rasa penasaran.

"Udah lah gak usah bahas pak Erlan terus. Makan noh baksonya keburu dingin" Ira segera menyantap baksonya untuk menutupi pipi merahnya.

"Cie cie beneran suka sama bapak guru Erlan nih?" goda Laras saat melihat pipi Ira yang memerah karna membahas pak Erlan.

"LARAS diem gak!" bentak Ira yang merasa terpojokkan.

"Iya iya calon ISTRI bapak Erlan" sambil menekan kata istri, lagi-lagi membuat pipi Ira memanas.

***

Rumah.

"Assalamu'alaikum bunda" teriak Ira memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam. Perempuan gak boleh teriak-teriak dek, dijaga nada suaranya!" peringat bunda.

"Maaf bun" ringis Ira menyalimi tangan bundanya.

"Ganti baju sana, nanti bantuin bunda bikin kue"

"Siap bundahara" Ira menaiki tangga menuju kamarnya untuk mematuhi ucapan sang bunda.

Setalah berganti pakaian dengan yang lebih santai Ira berjalan kedapur.

"Mana yang harus aku pegang bun"

"Nih, aduk aja adonannya" Ira mengaduk adonan kue dengan telaten.

Tiba-tiba senyuman pak Erlan terlintas dibenaknya membuat Ira tersenyum tidak jelas.

"Ngapain senyum-senyum" bunda merinding saat melihat anaknya senyum-senyum sendiri bahkan sampai cekikikan. Gak lucu kalau anaknya sepulang sekolah habis ketempelan setan yang berkeliaran di jalan.

"Hah enggak kok nggak ngapa-ngapain"

"Jangan sampai bunda tau kalau kamu pacaran ya" bunda sangat melarang anaknya untuk berpacaran. Melihat Ira yang senyum-senyum sendiri membuat bunda yakin kalau anaknya itu sedang memikirkan lelaki.

"Bunda ihh, Ira nggak lagi pacaran bun, Ira tadi kebayang sama novel yang habis Ira baca" bohong Ira.

"Maaf bun Ira bohong" batin Ira saat melihat bundanya percaya dengan omongannya.

"Bun" panggil Ira.

"Kenapa?"

"Menurut bunda nih ya, bunda percaya nggak kalau ada guru yang nikah sama muridnya"

"Kenapa nanya gitu? kamu suka sama seorang guru?" tebak bunda yang diangguki Ira, sadar apa yang dilakukan Ira segera menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tinggal jawab aja bun" rengek Ira.

"Bunda percaya kalau ada seorang guru yang menikahi muridnya. Nggak ada yang salah si, karna Allah yang mempertemukan kita dengan jodoh kita dalam bentuk sebaik-baiknya. Kalau emang itu murid jodohnya si guru ya yang laki-laki pasti akan berusaha bagaimana caranya untuk menikahi si ceweknya. Laki-laki yang baik adalah ia yang mengajak perempuannya untuk menikah untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk melakukan kemaksiatan dan berakhir dosa" ucap bunda panjang lebar agar anaknya paham apa yang ia sampaikan.

Ira merenungi apa yang diucapkan bundanya.

Tak ingin mengkhayal kan pak Erlan agar menjadi suaminya, ia hanya bisa berdoa kepada sang maha kuasa.


VOTE DAN KOMEN💙

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang