Bunda memasuki ruang UGD yang didalamnya terdapat anak bungsunya.
Ia mengelus kepala Ira dan menciumnya.
"Nak, bunda harap kalau kamu udah bangun nanti jangan salahin siapa-siapa ya nak. Ikhlas kan apa yang sudah dikehendaki Allah" ucap bunda menatap mata Ira yang sedang terpejam.
Bunda beralih mengelus perut Ira, dan beralih ke lengan kiri Ira yang terdapat perban.
Mengelus luka itu dengan lembut. Dan terakhir bunda mencium kening Ira lama sampai akhirnya bunda keluar dari ruangan.
"Udah Bun?" tanya ayah.
"Udah"
"Permisi bu saya mau pindahkan pasien ke ruang inap" ucap dokter Hanna menatap bunda.
"Iya silahkan dok" dokter Hanna dan beberapa suster akhirnya masuk untuk memindahkan brankar Ira.
Sedangkan di kursi sebrang yang di duduki orang tua Erlan, tampak mengusap wajahnya gusar.
Papa Reno berkali-kali menelpon anaknya, tapi nomer anaknya sedari tadi tidak aktif, mungkin panggilan tak terjawab sudah mencapai ratusan. Tak biasanya jika Erlan ditelpon seperti ini, apalagi ini menyangkut istrinya.
Sekarang Ira sudah berada di ruang VVIP.
Bunda Naura dan mama Sari selalu mendampingi Ira yang belum sadarkan diri.
"Erlan udah dikasih tau mbak?" Tanya bunda ke besannya itu.
"Nomernya nggak aktif mbak, jadi susah buat dihubungin" ucap mama Sari.
"Semoga Erlan disana baik-baik aja ya" ucap bunda diangguki mama.
****
Amerika.
Sekarang di kamar hotel terdapat dua lelaki yang memakai baju formal.
Yap. Mereka adalah Erlan dan Zayyan.
Erlan menggeram marah telah mengetahui semuanya.
Perempuan yang sudah menjebaknya tadi malam, dengan cara yang sangat jijik.
Perempuan itu adalah Sintya.
Flashback on.
Tadi malam sebelum berangkat ke bandara, Erlan menyempatkan waktu mendatangi kantor Sintya. Mengatakan kalau kerjasama ini berlanjut sampai lama.
Tapi, hal tak terduga menghampiri Erlan. Ternyata dari awal Sintya sudah memiliki niat jahat dari awal bertemu.
Saat Erlan, Zayyan, dan Sintya berada di satu ruangan. Mereka dikasih minuman air putih. Semua minuman itu normal, hanya saja punya Erlan berbeda karena sudah dicampuri obat perangsang.
Tanpa menaruh curiga dengan Sintya, Erlan meminumnya dengan tandas.
Lama-kelamaan waktu berjalan, membuat obat itu mulai beraksi. Sintya yang melihat kegelisahan Erlan, menyuruh Zayyan untuk keluar lebih dulu, dengan alasan ada urusan yang hanya boleh diketahui Sintya dan Erlan.
Awalnya Zayyan menolak karena itu bukan suruhan bosnya, dan saat ia menatap bosnya itu seperti tak peduli dengan ucapan Sintya karna tatapan Erlan terlihat kosong dan sayu, dengan paksaan Sintya akhirnya Zayyan keluar. Zayyan menunggu Erlan di cafe dekat kantor.
Erlan sedari tadi meracau tak jelas dengan memanggil-manggil istrinya. Hal itu membuat Sintya segera menjalankan aksinya.
Ia menyeret tubuh Erlan ke dalam kamar pribadinya yang masih terdapat di ruangan itu.
Menindih tubuh Erlan dengan tatapan nafsu, dan menelanjangi dada Erlan.
Lalu Sintya memfoto posisi dirinya yang sedang menindih tubuh Erlan, guna di kirim ke nomor istrinya Erlan. Sintya mendapatkan nomor Ira dari Zayyan. Karna Zayyan tak tau apa-apa dan Sintya tiba-tiba meminta kepadanya dengan alasan ingin mempererat silahturahmi, akhirnya Zayyan mengasihi. Tapi Zayyan sudah mengasih tau Erlan, dan respon Erlan juga oke-oke aja. Mereka sama-sama belum mencurigai Sintya, waktu itu.
Kembali ke topik.
Sintya beralih mencumbu leher dan dada Erlan dengan mesra. Karna pengaruh alkohol Erlan mengira kalau Sintya adalah istrinya, Ira.
Tak sampai jauh permainan yang dibuat Sintya, ia hanya mencumbu Erlan dengan mesra tanpa lebih.
Setelah puas Sintya keluar dari ruangan, membiarkan Erlan yang masih meracau.
Sintya melakukan ini untuk menghancurkan rumah tangga Erlan.
Flashback off.
Zayyan yang melihat tingkah aneh Sintya akhirnya menyelidiki. Membongkar kebusukan Sintya.
Zayyan sudah menyelinapkan perekam suara disaku celana Erlan, tanpa sepengetahuan Erlan dan juga Sintya.
Lalu beberapa jam akhirnya Erlan sadar dan mendapatkan dirinya yang terbaring dikamar asing.
Erlan keluar dari ruangan dan didepan pintu sudah ada Zayyan dengan menampilkan wajah khawatir, panik, dan takut.
Lalu Erlan dan Zayyan kembali ke hotel. Karna pesawat yang beberapa jam lalu ingin ditumpangi sudah lepas landas, ini semua ulah Sintya yang memperlambat perjalan Erlan.
Sampai di kamar hotel Zayyan mengambil perekam suara yang masih tersimpan di saku celana Erlan.
Mereka sama-sama mendengarkan obrolan antara Erlan dan Sintya.
Erlan marah, sangat marah besar kepada Sintya. Ia juga harus menahan malu saat suara decapan dikamar itu terdengar nyaring.
Sampai suaranya tak lagi terdengar, Erlan meneteskan air matanya, gimana dengan perasaan Ira kalau mengetahui semua ini? Gimana caranya ia menjelaskan semua ini kepada istrinya tanpa harus menyakiti istrinya?
"AARRGGHH BRENGSEK LO LAN!" teriak Erlan memukul kepalanya sendiri dengan air mata yang mengalir.
Zayyan yang melihat itu hanya mengusap pundak bosnya.
"Pesen tiket pulang sekarang juga!" ucap Erlan lirih.
Tanpa menjawab, Zayyan langsung memesan tiket pesawat secara online.
"Tolong beliin handphone baru buat saya, handphone saya dirusak jalang" ucap Erlan dengan nada sinis.
"Uangnya ambil di kartu saya" lanjut nya menelungkupkan wajah dilipatan lengannya.
Zayyan melaksanakan apa yang diperintahkan bosnya.
Lagi-lagi Erlan menangis membayangkan wajah cantik istrinya yang sekarang sedang mengandung anaknya.
Ia takut, sedih, marah, kesal, semua bercampur menjadi satu.
"Tunggu mas pulang ya sayang, mas pulangnya agak telat dikit" ucap Erlan yang hanya bisa didengarnya sendiri.
NGGAK TAU KENAPA KALAU NULIS KONFLIK ITU PAS WAKTU TENGAH-TENGAHNYA KEHABISAN KATA-KATA, PADAHAL PAS MASIH DI OTAK DARI AWAL GINI, GINI, GINI SAMPE AKHIRNYA GINI ITU TUH LANCAR BANGET. TAPI NGGAK TAU KENAPA PAS DITENGAH TUH NGERASA NGEBLANK AJA GITU😭
VOMEN⭐✨⭐✨
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER MY HUSBAND [END]
Fiksi RemajaSEQUEL DARI MY PERFECT HUSBAND. Apa sih yang kalian pikirkan tentang mencintai dalam diam? mungkin memperhatikannya dalam diam, mendoakannya dalam diam, dan hanya diketahui oleh diri sendiri dan Tuhan. Walaupun umurnya berjarak sangat jauh tapi tak...