Dari pagi sampai siang Ira hanya duduk-duduk ditaman belakang sambil bercerita bersama bibi.
Dirasa sudah bosan Ira pergi ke kamar untuk menidurkan tubuhnya sebentar.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 01.45 yang artinya waktu sholat dzuhur akan habis.
Ira menggeliat sehabis bangun tidurnya. Ia melirik jam yang ada dinakas, lalu ia bangkit untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur.
Setelah selesai Ira turun ke bawah. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin memakan pancake.
Saat sudah sampai di dapur Ira melihat bibi yang sedang menyapu lantai dapur.
"Bi" panggil Ira.
"Eh iya ada non? Butuh sesuatu?" ucap bibi mendekati Ira.
"Nggak kok bi, Ira cuma ingin masak bentar" ucap Ira tersenyum.
"Mau bibi bantuin?" Tawar bibi.
"Nggak usah bi, ini masaknya nggak terlalu berat kok!" ucap Ira.
"Yaudah bibi tinggal ke taman belakang ya" ucap bibi diangguki Ira.
Ira mulai mengambil bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Tangannya mulai berkutat dengan bahan dan alat-alat dapur.
Beberapa menit selesai. Pancake dihias menggunakan dengan coklat lumer dan potongan stroberi.
Ira bikin lumayan banyak, mengingat suaminya yang akan pulang sebentar lagi.
Ira membawa pancake buatannya ke depan tv sambil menikmati kartun kesukaannya.
Saat tengah asik memakan pancake tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang mendekat.
"Assalamu'alaikum sayang, mas pulang" ucap Erlan duduk disamping Ira.
"Eh wa'alaikumsalam mas" ucap Ira menyalimi tangan suaminya. Yang dibalas kecupan kening oleh suaminya.
"Cobain pancake buatan adek mas" ucap Ira menyuapi suaminya.
Erlan melahap suapan istrinya, meneliti setiap kunyahannnya. Perfect, itulah yang dirasakan Erlan.
"Gimana mas? Enak?" Tanya Ira penuh harapan.
"Enak banget sayang. Ini adalah pancake ter perfect yang pernah mas makan" ucap Erlan mengelus pipi istrinya.
"Tadi dedenya nakal nggak sayang?" Tanya Erlan mengelus perut Ira.
"Nggak kok mas"
"Mual-mual lagi nggak?" Tanya nya lagi.
Ira tersenyum sambil mengelus tangan Erlan yang berada di perutnya.
"Udah enggak mas" ucapnya bersandar di dada bidang Erlan.
Erlan tersenyum. Sambil terus mengelus perut istrinya, ia kembali memikirkan chat yang dikirim Sintya, kalau Sintya meminta untuk dirinya segera datang ke Amerika, melanjuti kerjasamanya kemaren.
Erlan ke Amerika didampingi Zayyan.
Memang mereka nggak akan lama disana, mungkin hanya 2 hari saja.
Walaupun cuma dua hari Erlan tak tega jika meninggalkan istrinya, mau dibawa pun istrinya itu sedang hamil muda, takutnya nanti diperjalan terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
"Emm....dek" panggil Erlan.
"Dalem mas, kenapa?" Ira mendongak menatap suaminya.
Erlan kembali menegakkan duduknya. Ia tatap netra istrinya lama-lama.
"Kalau mas minta izin buat pergi ke Amerika. Adek ngizinin nggak?" ucap Erlan mengelus tangan Ira.
"Jauh banget" lirih Ira.
"Mas disana ngapain?" Lanjutnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Seperti yang mas bilang kemaren, kalau mas lagi bekerjasama dengan perusahaan di Amerika. Dan tadi mas di telfon dia buat nyuruh mas dateng kesana" ucap Erlan lembut.
"Mas disana nggak lama kok sayang, cuma dua hari aja!" lanjutnya menghapus buliran air yang sudah membasahi pipi istrinya.
"Mas mau ngajak adek, tapi mengingat kalau adek lagi hamil muda mas jadi mikir, dan mas nggak mau kalau diperjalanan nanti ada hal yang tak diinginkan, sayang" ucap Erlan mendekap Ira kala Ira sudah mengeluarkan isak tangisnya.
Ira merenung sejenak, ia tak boleh egois. Suaminya berkerja kesana kemari hanya untuk dirinya dan calon buah hatinya.
Lagian cuma dua hari saja kan? Jadi Ira akan mengizinkan suaminya pergi. Walupun...dalam lubuk hatinya yang terdalam ia ingin selalu didampingi suaminya ketika sedang hamil.
Dirasa tangisan istrinya berhenti Erlan menangkup wajah Ira sambil tersenyum lembut.
"Nanti waktu mas pergi, adek boleh nginep dirumah bunda atau dirumah mama juga boleh. Biar adek nggak kesepian dirumah ini" ucap Erlan.
Ira hanya mengangguk singkat membuat Erlan tak kuasa menahan gemesnya. Dengan secepat kilat Erlan mencuri kecupan di bibir manis Ira.
"Kok cuma ngangguk? Jadi artinya gimana cantik?"
"Adek izinin mas buat pergi ke Amerika, tapi janji sesibuk apapun mas, setiap menit harus kabarin adek. Dan janji kalau perginya cuma dua hari aja!" ucap Ira menyodorkan jari kelingkingnya.
Erlan tersenyum dan menautkan jari kelingking mereka.
"Mas janji akan selalu ngabarin adek setiap detik, menit dan jam. Dan mas juga janji kalau perginya cuma dua hari aja" ucap Erlan merapikan rambut Ira yang sedikit berantakan.
"Mas berangkatnya kapan?"
"Nanti malem. Biar siangnya bisa langsung nyampe disana. Dengan begitu mas jadi akan cepet pulang" ucap Erlan tersenyum.
Ira mengangguk paham.
"Selama mas pergi adek mau nginep dirumah bunda atau mama?" Tanya Erlan.
"Rumah bunda aja ya" jawab Ira.
"Oke, deal!" ucap Erlan.
Tak terasa jam sudah berlalu. Sekarang Ira sedang menunggu suaminya yang sedang mandi. Lalu mereka akan melaksanakan sholat ashar bersama.
VOMEN⭐⭐⭐⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER MY HUSBAND [END]
Fiksi RemajaSEQUEL DARI MY PERFECT HUSBAND. Apa sih yang kalian pikirkan tentang mencintai dalam diam? mungkin memperhatikannya dalam diam, mendoakannya dalam diam, dan hanya diketahui oleh diri sendiri dan Tuhan. Walaupun umurnya berjarak sangat jauh tapi tak...