// "asu konangan" (asu ketauan)
Anintya melirik ke arah Renjana. Temannya itu memang tidak bisa di ajak kong-kalikong.●●●
Romo berserta pasukan bergegas mencari sumber sumber suara mengandalkan insting serta pendengaran mereka. Berharap ada bunyi yang dapat memberi petunjuk.
"Rodra..." Dahyu panik melirik Rodra. Dahyu mengikuti rombongan romo bersama Rodra.
"Rodra??" Dahyu mengerutkan kening. Ia bingung mengapa Rodra malah berjalan jongkok. Bukankah dia memiliki kaki (?)
"Sopan den" ucapnya
Dahyu menghampiri Rodra menariknya agar bangkit.
"Cepet!" Bentaknya dengan suara kecil.
"Golei kabeh seng ono nang omah iki!" (Cari semua yang ada di rumah ini) mendengar titah romo. Semua pengawal bergegas. Memencar pasukan ke segala penjuru rumah. Melewati bilik-bilik kamar, hingga taman belakang. Dahyu dan Rodra yang melihat banyaknya pasukan berhaburan, hanya dapat menggigit bibir ngilu.
Apa yang akan di lakukan Bandaswarna jika tahu ada Anintya dan Renjana di rumah ini. Mungkin dua wanita itu akan terpenggal oleh pedang prajurit begis.
Romo berjalan mendekati Dahyu yang ada di belakangnya. Ia yakin putrinya itu menyembunyikan suatu hal yang akan membuatnya marah.
"Koe ngumpet ke opo?!" (Kamu menyembunyikan apa?!) Dahyu menggelang kepala yakin. Ia memang tidak menyembunyikan suatu hal. Tapi dua manusia itu sendiri yang bersembunyi.
"Romo. Mboten enten opo-opo" (romo. Tidak ada apa-apa) ucao seorang prajurit. Ia semacam irang yang oaling di oercaya Bandaswarna dalam pasukan.
"Awak dewe kudu pie?" (Kita harus bagaimana?) Tanya Rodra masih dengan suara pelan. Keduanya berusaha mencari solusi di antara kepanikan. Mencari ribuan ide di kepala yang mendadak hilang. Apa yang harus mereka lakukan agar Bandaswarna pergi?.
Dahyu menemukannya. Tapi ia tidak yakin dengan ide bodoh ini. Tanpa pikir panjang, Dahyu pergi ke ruang tamu.
Romo dan Rodra yang melihat tingkah nya tersebut menyusul Dahyu. Di ikuti banyak pasukan.
Dahyu menyambar pisau yang berada di ruang tamu. Mendekatkan pisau ke arah leher. Bunuh diri, itu yang ada di fikirannya.
Romo berserta rombongan dan Rodra. Menghentikan langkah. Menelan ludah pahit.
Rodra sadar radennya tidak bener bener akan bunuh diri. Ini sebagian rencana gila yang mumbutuhkannya sebagai aktor tambahan demi keberhasilan acting.
"Raden...." Rodra berjalan mendekati Dahyu. Ia tidak bener-bener berlinang air mati. Mungkin itu hanya air mata palsu yang ia ciptakan dari mencubit pahanya sendiri.
"Raden. Ojo den..." (raden jangan den...) ucapnya lirih. Bandaswarna kebingungan. Membunuh orang memang sering ia lakukan. Tapi melihat putrinya bunuh diri buka hal yang bisa di anggap wajar.
"Pak. Dahyu nda mau nikah kaleh Prohmadani" (pak. Dahyu tidak mau menikah dengan Prohmadani) Dahyu meneteskan air mata. Ia benar benar menangis tanpa mencubit paha.Romo menggeleng kepala frustasi.
"Nduk. Dekek nduk lading e. Ayok ngomong alon-alon" (nak letakkan pusaunya. Ayo bicara pelan-pelan)
Romo berusaha mencari jalan tengah. Sedangkan Dahyu tidak. Ia menggoreskan sedikit pisau pada lehernya. Menciptakan darah segar yang mengalir kental. Romo semakin panik.
Rodra mengerutkan kening. Mencari jawaban dari tindakan Dahyu barusan. Tapi tidak ada tanggapan. Ia mulai merasa bingung, ini tidak seprti rencana tapi percobaan bunuh diri sungguhan.
"Yowes-yowes. Pikir no alon-alon. Bapak kei kowe wektu go mikir" (ya sudah pikirkan baik-baik. Bapak memberi kamu waktu untuk berfikir) Dahyu menurunkan pisau. Sejenak menarik nafas. Tercipta rasa perih yang menjalar di kulit lehernya. Darah tetap mengalir di sana.
Romo membuang nafas yang sempat ia tahan karena kepanikan. Romo krmbali memeluk Dahyu dalam dekao yang hangat. Bagaimanapun anak dan rencana adalah dua hal yang berbeda.
Romo melepaskan pelukan. Ada air mata yang tertahan di bola matanya. Ia Berusaha mengusap kasar agar tidak terlihat.
●●●
"La yo. Untung wae koe ngajak manjat uwet. Nek ora saiki sirah e awak dewe wes menggelinding" (iya. Untung aja kamu ngajak manjat pohon. Coba kalo engga. Kepala kita pasti sudah menggelinding) tawa Anintya pecah di sela ketengangan beberapa menit lalu.
Hanya Anintya yang sedari tadi membahas hal-hal gila. Mereka barusan akan mati, tapi sepertinya wanita itu menganggap semuanya hanya cadaan semata.
"Saiki pie yu?" Setelah tiga puluh menit berlalu, Renjana mulai membuka suara. Dahyu menatapnya, di ikuti sorot mata Anintya.
"Ono seng arak tak oming ke karo koe" (Ada yang mau aku bicaraka denganmu)
Anintya dan Renjana saling mentap bergantian. Keduanya menikan alis secara bersama. Memberi pertanya, mereka siap mendengarkan pembahasan Dahyu.
Dahyu mulai menjelaskan semuanyam tentang dia di masa depan yang bisa terjun ke masa lampau. Tentangnya yang memiliki pertikaian hebat sebelum datang ke dimensi ini. Dahyu menjelaskan itu semua dengan air mata yang berlinang di pipi. Anintya dan Renjana tidak membuka suara sama sekali. Mereka berdua larut dalam fikiran masing-masing, masih berusaha mencerna tiap kata yang di lontarkan oleh Dahyu.
Semuanya terasa sangat nyata. Dahyu berusaha berulang kali menyakinkan dirinya bahwa ini semua mimpi. Ia berusaha kerasa bahwa tidak ada manusia yang bisa kembali ke masa lampau.
Tapi itu adalah kebohongan yang memiliki fakta. Dan fakta itu di mulai dari dirinya. ANNA.
Persekian detik Renjana dan Anintya saling melirik. Membiarkan fikiran mereka yang berbicara.
Ini seperti dongeng anak anak.
"bantu aku pulang"
"pulang? neng ndi?" (pulang? dimana?)
"aku nda bisa tetep di sini Anintya" Dahyu bangkit dari duduknya. Menarik nafas panjang dan menghapus air mata.
"tapi misimu??"
Dahyu menatap lekat Anintya. gadis itu menghisap rokok.
"misi?"
"koe arak golei kematian ibu" (kamu akan mencari alaaan kematian ibu)
sontak mendengar oengakuan dari Renajan membuat Anintya dan Dahyu kembali berfikir keras.
"aku rapeduli. Sopo ibu" (aku tidak peduli siapa ibu) Dahyu memalingkan wajah, tidak memperdulikan pertimbagan dua wanita di depannya.
"sesok melu awak dewe" (besok ikut kita berdua)
"nang ndi?" (kemana?)
lama ga up jadi lupa
besok di inget inget lagi sayy

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
AventuraBukan soal cinta seperti bagian awal yang akan kalian baca. Ini lebih dalam dari itu, bagaimana kehidupan mereka terhalang banyak larangan, derajat dan status sosial. Kehidupan yang enggan untuk kita rasakan. Soal kematia, perpisahan, keberhasilan d...