Bab 1

746 64 5
                                    

Hiruk Pikuk kota Australia tidak membuat anak remaja yang tampan dan imut kehilangan semangatnya untuk bersekolah. Apa lagi hari ini adalah hari pertama ia masuk ke sekolah menengah atasnya atau SMA. Anak itu bernama Dylan, anak berdarah campuran Indonesia dan Australia itu sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan abangnya.

"Kak Boy, bangun. Hari sudah pagi dan sudah pukul tujuh, nanti kakak terlambat kerja." ujar Dylan sambil mengguncang-guncangkan tubuh abangnya itu.

"Eeeenggg... Oke oke, kamu jangan telat kesekolah. Sarapan lalu bawa bekal buat makan siangmu ya," ujar Boy.

"Iya, Dylan pergi dulu, aku sudah sarapan tadi kok. Sarapan buat kakak juga sudah ku siapkan di meja," seru Dylan sambil keluar rumah dan berpamitan.

"Oke, hati-hati." ujar Boy.

Ya Boy adalah satu-satunya keluarga yang di miliki Dylan saat ini. Mereka bisa di katakan hidup sederhana dan tidak kaya raya. Namun impian terbesar Boy adalah ingin hidup bergelimang harta demi memperbaiki perekonomiannya. Untuk biaya sekolah adiknya dan juga kehidupan sehari-hari. Dylan berjalan menelusuri terotoar menuju ke halte bus. Disana Dylan bertemu dengan beberapa murid yang akan ke sekolah yang sama. Mereka berkenalan.

"Halo, namaku Boby. Kamu mau ke The Wiz School?" ujar anak bernama Boby, dia tampan dan manis. Tubuhnya kekar dan atletis, di usianya saat ini.

"Oh hai, aku Dylan... Iya, kamu mau kesana juga?" ujar Dylan.

"Iya, kita sama-sama saja. Kemungkinan kita akan pindah ke Suburb, karena jarak rumah kita ke sekolah lumayan jauh." ujar Boby.

Bus datang, dan mereka naik ke bus itu. Boby mempersilahkan Dylan duduk dekat jendela, lalu Dylan berbicara. "Sepertinya memang sudah tradisi sekolah di Australia harus ke Suburb."

Dylan dan Boby terlihat akrab, mereka sampai di sekolah yang elit itu. Semua siswa baru berdatangan dan mulai menuju ke lapangan untuk berkumpul. Tapi ada suara dari jauh yang memanggil Dylan sejak tadi.

"Dylaaan... Dylaaaan... Sini.." seru anak itu.

Dylan menoleh kearah sumber suara dan terlihat sosok anak remaja seuisianya yang tampan juga terlihat cantik secara bersamaan. Dylan melambaikan tangannya dan mengajak Boby untuk ikut bersamanya. "Ayo Bob, itu temenku waktu SMP..."

Boby mengangguk, Dylan dan Boby pergi kearah dimana anak itu memanggil tadi. Dylan berbicara saat sudah dekat. "Hai, James, kamu sekolah disini juga?"

"Aaah Dylan, kenapa kamu tidak memberitahu ku kalau daftar disini juga, kalau tahu kan bisa bareng." ujar James sambil memeluk Dylan.

"Iya aku tidak tahu, oh iya ini Boby. Seangkatan sama kita. Boby, ini James temanku saat di menengah pertama." ujar Dylan sambil mengenalkan James ke Boby.

"Halo, Boby." ujar Boby.

"Hai, aku James. Yuk kesana," ujar James sambil sesekali melirik Boby.

Dylan tahu betul tabiat sahabatnya itu, ya James memang suka melihat pria berbadan atletis dan sixpack. Apa lagi berotot dan kekar, bisa-bisa James langsung pergi ke toilet karena membayangkan hal yang tidak-tidak. Mereka sampai di aula utama dan semua murid sudah berkumpul. Guru juga kepala sekolah juga sudah hadir disana. Kepala sekolah menyampaikan pengumuman juga peraturan di sekolah itu. Ketika selesai membacakan semuanya, murid mendapatkan loker masing-masing.

"Dylan kita satu kelas lagi, Boby juga sama kita." ujar James.

"Iya James, aku juga senang. Ayo ke loker dan masuk ke kelas." sahut Dylan.

Boby dan James mengangguk, mereka bertiga pergi ke loker mereka masing-masinh. Kemudian masuk ke dalam kelas dan mereka saling mengenalkan diri masing-masing. Tahap pengenalan selesai, lalu masuk guru pria yang sangat tampan dan manis, tubuh Atletis itu menggoda James. Dylan berbisik. "Kendalikan dirimu James,"

"Oh Dylan, kamu tahu bukan... Aku paling tidak bisa melihat tubuh indah itu. Melihat Boby saja aku tidak tahan," ujar James.

Dylan hanya menghela napas, semua murid pun belajar dengan tenang. Dylan adalah anak yang sangat cerdas, di sekolah menengah pertamanya ia selalu masuk lima besar, juara satu lebih tepatnya. Ia tidak mau menunjukan kecerdasannya di SMA ini, ia tahu pasti akan banyak yang tidak suka kepadanya. Guru tampan dan manis itu bernama Robert, sesekali Robert berjalan dan menghampiri meja murid satu persatu untuk melihat salinan setiap muridnya. James sangat deg degan, ia hampir tidak bisa kontrol tapi untung saja Dylan mengingatkannya.

Robert selesai ke James, lalu bergeser ke Dylan. Dylan hanya menulis dan tidak melihat Robert, Robert tahu anak itu sedikit gugup lalu guru itupun bergeser ke murid lainnya. Tidak terasa bell istirahat telah terdengar, Robert pun menyudahi pelajarannya. "Baiklah, kalian boleh istirhat, kerjakan tugas di halaman sebelumnya yang sudah saya jelaskan. Besok, akan saya nilai tugas kalian."

"Oke Sir..." sahut semua murid.

James pamit pergi duluan ke toilet kepada Dylan dan Boby. Dylan sudah tau mau ngapain si James itu. Boby yang heran menanyakan ke Dylan. "Kenapa Si James?"

"Oh dia mau ke toilet, mungkin kebelet pipis." ujar Dylan.

"Kita duluan ke kantin saja yuk, aku sedikit lapar. Oh iya, aku traktir." ujar Boby.

"Gak usah, aku bawa bekal..." ujar Dylan.

"Eh, gak apa-apa makannya di kantin ga boleh di kelas kan? Besok jangan bawa bekal lagi ya, aku yang traktir kamu makan siang." ujar Boby.

"Enggak ah, gak mau ngerepotin orang lain." ujar Dylan.

"Udah ayok..." ujar Boby sambil narik tangan Dylan.

Mereka berdua sampai di kantin, ada dua pemuda yaitu kakak senior mereka yang memperhatikan wajah Dylan secara seksama. Satu lagi merasa pernah bertemu tapi entah dimana, tubuhnya sangat bagus dan type James banget. Lalu kakak senior laki-laki itu menghampiri Dylan dan Boby.

"Hai, apa kabar? Sepertinya kita pernah bertemu, tapi aku lupa dimana? Aku takut salah orang," ujar kakak kelas itu sambil mengulurkan tangan ke Dylan.

"Oh Hai, Di jalan Di Hareward Highway tepatnya di Blacktown, kakak mengalami kecelakaan waktu itu." ujar Dylan.

"Ah ya... Aku ingin berterimakasih padamu, tapi aku tidak tahu namamu dan kamu tinggal dimana. Oh iya, namaku Joe dan ini Erick," Ujar Joe.

"Aku Dylan, ini teman sekelasku Boby." ujar Dylan.

Joe tersenyum lalu Dylan berbicara lagi. "Kalau begitu, kami permisi dulu. Mau kesana,"

"Oh oke, Dylan kalau kamu ada apa-apa katakan saja padaku ya. Aku akan membantumu," ujar Joe.

"Oke, terimakasih..." ujar Dylan sambil tersenyum manis.

Joe dan Erick pergi ke meja mereka untuk melanjutkan makan siang mereka, sama halnya dengan Boby dan Dylan. Kemudian tidak lama James datang menghampiri mereka setelah sekian lama dari toilet. James sudah memesan makanannya, kemudian James melihat Dylan membawa kotak bekal. Sama dengan Joe dan Erick, mereka agak heran melihat Dylan bawa bekal.

Erick berbicara. "Anak itu, sudah SMA masih bawa bekal?"

"Mungkin dia punya alasan kenapa membawa bekal," ujar Joe.

Erick mengangguk, beda lagi dengan James. "Dylan, besok jangan bawa bekal lagi, kalau kamu tidak ada uang aku yang akan menanggung uang makanmu,"

"Tidak, lebih baik aku begini." ujar Dylan.

Boby dan James saling pandang, Erick dan Joe pun mengerti. Mereka melanjutkan makan siang mereka, James yang paling suka dengan makanan Dylan, ia pun sesekali mencicipinya.





Bersambung....

Hai hai hai jangan lupa mampir kecerita aku yang baru ini yak.... Sekumpulam cowok2 kekar bakal muncul di cerita ini....

Aku ulang dan ubah judul ya

Vote dan komennya ya maacih...

BXB- THE WIZARD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang