Boby, James, dan Dylan selesai makan siang. Berhubung jam istirahat sudah selesai mereka masuk ke dalam kelas, kali ini pelajaran olahraga. Mata pelajaran yang paling di sukai James, bagaimana tidak, disana ia bisa melihat Abs semua murid pria yang tampan dan kekar.
"Dylan, ini paling menguntungkan untukku," ujar James kepada Dylan.
"Yah, aku sudah paham apa maksudmu." Sahut Dylan sambil menepuk bahu James.
James tersenyum lalu menggandeng tangan Dylan menuju ke lapangan. Di sana mereka melewati anak-anak basket yang sangat populer dan sangat di sukai para gadis. Namun wajah James dan Dylan mengalihkan teriakan para gadis yang histeris saat meneriaki para pemuda yang sedang bermain basket. Terutama wajah Dylan yang sangat imut juga senyumnya yang manis membuat siapa saja kagum. Para pemuda yang bermain basket memberikan Love Fingers kearah James dan Dylan. Seketika James kegirangan sambil menepuk-nepuk punggung James.
Dylan kesakitan dan meringis. "Hentikan James, kenapa kau selalu terlihat bodoh di depan pria yang seperti itu?"
"Aaaah aku menyukai mereka, mereka semua harus menjadi milikku." seru James.
Boby yang mendengar itu hanya keheranan. Semua murid memulai pelajaran olahraga mereka, setelah beberapa jam akhirnya semua pelajaran pun usai. Semua murid kembali ke kediaman mereka, Boby dan Dylan kembali naik bus kota. Namun setelah kerumah mereka harus kembali ke Sekolah untuk tinggal di Asrama, ya sekolah memiliki asrama untuk murid laki-laki dan Perempuan. Dylan yang sebenarnya enggan tinggal di Asrama ia lebih suka tinggal bersama abangnya.
Dylan sampai dirumah, ia melihat abangnya yang bersiap-siap untuk pergi kerja. "Kak Boy mau kerja?"
"Iya sayang, oh iya kakak udah masak untukmu. Kalau lapar kamu makan saja ya, aku akan pulang pagi seperti biasa." ujar Boy.
"Kak, aku harus tinggal di Asrama. Jujur aku tidak mau, tapi sekolah mewajibkan kami para murid tinggal disana. Kami di ijinkan kembali kerumah setiap sabtu dan minggu. Kakak selama tidak ada aku jaga diri kakak baik-baik ya, kerja di Bar dan menjadi penari Strip disana sangat tidak sehat." ujar Dylan.
"Jika aku memiliki pendidikan yang bagus, mungkin aku tidak akan bekerja seperti ini. Tapi aku tidak akan membiarkanmu putus sekolah dan akan menyekolahkanmu ke perguruan tinggi. Ya sudah aku pergu dulu, nanti kamu hati-hati berangkatnya." ujar Boy.
Dylan mengangguk, Boy mencium kening adiknya itu. Yang Boy inginkan saat ini adalah kebaikan untuk adiknya. Ia tidak mau adiknya mengalami hal serupa, ia juga ingin adiknya yang pintar itu bisa sekolah ke jenjang lebih tinggi dan bekerja di perusahaan terkenal. Boy pergi meninggalkan rumah, sementara Dylan masih mengemasi barang-barangnya. Di luar terdengar suara klakson mobil, ya itu adalah James.
"Dylaaaan, ayo buruan." teriak James.
"Oke, tunggu aku kunci pintu dulu." seru Dylan.
James di antar oleh abanya James yang masih muda, atletis, dan sangat tampan. Mereka berangkat Suburb abangnya James mengajak cerita Dylan. "Apa kabar Dylan? Kau masih mengingatku?"
"Hai kak Jhony, kabarku baik. Apakah kak Jhon baru saja kembali dari Amerika?" ujar Dylan.
"Betul, aku baru saja kembali tapi harus terpisah lagi dengan adikku yang manjah ini. Aku bahkan baru saja melihatmu, rasanya aku ingin masuk juga ke Asrama." ujar Jhony.
James tertawa saat mendengar ucapan Jhony. "Ahahahah, Kakak sudah tua tidak akan pantas masuk asrama."
Jhony hanya tersenyum, mereka pun sampai di sekolah itu. Hal yang masih belum mereka sadari adalah, ada yang aneh dari sekolah itu. Bahkan seragam sekolahnya tidak seperti seragam sekolah kebanyakan pada umumnya. Dan murid-muridnya juga tampak seperti bukan manusia biasa pada umumnya. Dylan dan James masuk ke dalam aula mengikuti semua murid yang masuk kesana, kemudian Boby, Joe, dan Erick menghampiri mereka. Robert guru tampan nan kekar itu pun sudah hadir juga memberikan pengumuman penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
BXB- THE WIZARD
FantasyAnak kaya raya itu bernama James, ia berteman dengan si anak bernama Dylan yang sederhana dan bisa dikatakan hidup pas pasan. Suatu hari James dan Dylan harus menghadapi suatu masalah yang sangat besar. Sekolah yang tadinya mereka pikir sekolah bias...