Di satu sisi tepatnya di dunia luar bukan dunia sihir, seorang pemuda tengah sukses menyelesaikan studinya. Ia bahkan bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota itu. Tapi sesekali ia juga memikirkan nasib beberapa orang yang ia tinggalkan. Boy menghampiri anak itu. "Dylan, kenapa kau melamun?"
"Aku memikirkan bagaimana nasib The Wizard." ujar Dylan.
Ya anak itu adalah Dylan, setelah lima tahun lamanya menghilang, Dylan pun muncul di dunia luar. Boy melanjutkan. "Jika kau merindukan mereka, datang saja kesana."
Dylan menghela napas panjang, ia sebenarnya merindukan naga busuknya itu. "Sebenarnya, satu orang yang paling aku rindukan."
"Siapa? Apakah dia kekasihmu?" tanya Boy.
"Lebih tepatnya suamiku... Aaaaah aku merindukan sesuatu yang hangat-hangat dan kenyal itu..." sahut Dylan.
Boy dan Rio saling pandang, kemudian Boy berbicara. "Apa maksudmu ha? Jangan berbicara sembarangan."
"Apanya sembarangan? Maaf ya, aku sudah merasakan kenimatan itu. Aaaaah, aku akan kesana nantk." ujar Dylan sambil berlalu pergi.
"Hiiis..." ujar Boy protes.
Rio hanya tertawa, lalu Boy berbicara. "Apanya yang lucu? Kenapa kau tertawa ha?"
"Boy, sudahlah... Lagian adik kita sudah dewasa sekarang." ujar Rio.
Boy menepuk dahinya. "Dia melakukan itu saat masih di bawah umur... Haih..."
Lagi-lagi Rio tertawa, gelak tawanya membuat Dylan ikut tertawa. Dylan masuk kedalam kamarnya, kemudian ia membaringkan tububnya di atas tempat tidur. Sambil menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan spidermen, alias sarang laba-laba buatannya sendiri. "Kenapa kamarku terlihat horor? Oh iya,"
Sriiiiing...
Dylan merubah langit-langit itu dengan gambar hutan naga. Seketika ia teringat Diego, Dylan memejamkan matanya, ia pun pergi ke hutan Naga. Saat membuka matanya, Dylan berjalan menyusuri hutan Naga. Tapi tidak ada Diego disana. Dylan menyibak air di danau, sambil berkata. "Tunjukkan padaku keberadaan Diego."
Air kolam itu memperlihatkan dimana Diego berada, air kolam memperlihatkan secara detail dari awal sampai akhir. "Oh? Dia berubah menjadi lebih tampan dan menjadi murid di the wiz?"
Sebenarnya, Dylan memilih pergi dari The Wiz itu karena satu hal. Ia tau kalau Dark Wizard dan The Wiz itu sama saja, sama-sama gengsian dan munafik. Sama-sama tidak mau mengakui kesalahan di masa lalu. Dylan bahkan sudah tahu, permasalahan apa yang dulu pernah di lakukan The Wiz dan kenapa Dark Wizard bisa terbentuk? Itu semua karena ketidak adilan The Wiz di masa lalu.
"Hah, Baiklah aku akan muncul di The Wiz..." ujar Dylan pada dirinya sendiri.
Dylan pergi menuju pohon Willow yang sangat lebat, pohon itu menghubungkannya dengan kamar miliknta di asrama ungu. Tidak ada yang berubah di kamar itu, jelas saja karena tidak ada yang bisa membuka kamar itu kecuali Dylan. Dylan keluar dari kamar itu, kebetulan saat itu sudah waktunya semua murid kembali ke Asrama masing-masing. Asrama ungu masih di Huni oleh Yuki, Jessica, Boby, Brandon, Lucas, dan murid tambahan Diego, lalu tuan Wisley dan Robert.
Dylan memutar kenop pintu, semua menoleh kearah pintu yang perlahan terbuka. Diego berdiri lebih dulu saat tau aroma tubuh Dylan, ia hafal betul aroma khas Vanila dan Rose milik Dylan. Diego bersuara. "Dylan..."
Semua sontak berdiri dan melihat siapa yang keluar dari sana. Dan benar saja, Dylan keluar lalu tersenyum lebar. "Haaai... Apa kabar?"
Diego berlari lalu memeluk Dylan dengan Erat. "Aku merindukanmu... Aku tahu kau pasti akan kembali..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BXB- THE WIZARD
FantasyAnak kaya raya itu bernama James, ia berteman dengan si anak bernama Dylan yang sederhana dan bisa dikatakan hidup pas pasan. Suatu hari James dan Dylan harus menghadapi suatu masalah yang sangat besar. Sekolah yang tadinya mereka pikir sekolah bias...