bab 3

238 22 0
                                    

Kian santang sudah sampai di rumah layasa, iapun langsung masuk

Betapa terkejutnya ketika melihat layasa sekarang sekarat

"Jaya sanggara"

"Layasa, aku mohon bertahanlah, siapa yang membuat ini semua"

"Abi..kara"

Layasapun langsung menutup matanya untuk terakhir kalinya

"Tidakkkk, layasa bangun layasa" tangis jaya sanggara

"Berdebah! Aku akan balas dendam terhadap padjajaran, ya aku harus balas dendam" kian santang langsung menguburkan layasa

"Tunggu saja kau, aku pasti akan menghancurkan padjajaran secara perlahan-lahan dengan tanganku sendiri"

__________________

"Syukurlah jika kian santang salah paham dengan raden abikara, mari kita mulai permainannya kian santang" tawa si penopeng

____________________

Paman wiramantri ada di depan kian santang

"Kenapa paman disini?"

"Untung saja raden masih berada disini"

"Ada apa paman?"

"Keluarga padjajaran sangat marah kepadamu"

"Marah kepadaku? Memang kenapa paman?"

"Raden abikara terluka krn raden jaya sanggara"

"Abikara terluka krn diriku? Aku saja ada disini paman, bagaimana bisa!" Jaya sanggara mulai tersulut amarahnya

"Paman juga tidak tau raden, lebih baik kita pulang saja"

"Mari paman"

"Mari raden"

Jaya sanggara dan wiramantri langsung ke padjajaran dengan kuda

Sesampainya mereka di padjajaran, kian santang langsung di sidang oleh walangsungsang

"Rai ikut aku"

"Ada apa raden, aku sudah lelah"

"Kau sebut aku raden? Aku ini rakamu rai"

"Raka macam apa yang suka meninggalkan adik-adiknya, aku tak pernah melihat raka orang lain pergi meninggalkan adik-adiknya"

"Terserahlah, sekarang jawab pertanyaan rakamu ini"

"Jawab apa?"

"Kenapa kau melawan abikara?"

"Aku saja habis keluar raka, kenapa malah tanya yang aneh seperti itu"

"Kau bisa membelah diri, jangan pernah membodohin rakamu ini"

"Aku ingin tidur, urus saja adikmu yang telah membunuh temaku layasa, aku sudah muak sama drama keluarga ini"

Walangsungsang lansung menampar pipi kian santang sampai merah

"Maafkan aku rai, raka tidak bermaksud menamparmu"

"Kau bukan rakaku, aku benci kau raka!" Jaya sanggara langsung ke kamarnya

"Rai tunggu"

"Sudahlah raden, tak perlu mengejarnya"

"Tapi paman"

"Sudah raden, mungkin saja raden kian santang sudah lelah dengan perjalanan jauh ini jadi dia emosional"

"Iya paman"

Walangsungsang langsung masuk ke kamar abikara lagi

"Bagaimana bunda kondisi rai abikara?"

"Sudah membaikkan putraku"

"Alhamdulillah"

"Dimana raimu kian santang?"

"Ada di kamarnya, aneh sekali dengan sikap rai kian santang"

"Aneh bagaimana?"

"Dia tak bisa mengontrol emosinya bunda"

"Bagaimana bisa putraku?"

"Aku juga tak tau bunda"

"Ibunda takut ada apa-apa dengan kian santang, jagalah raimu abikara"

"Iya bunda"

Subang ralang langsung ke kamar kian santang.  Sesampainya ia di kamar kian santang, ia tak ada di kamarnya namun ada surat di mejanya

Aku pergi dari istana padjajaran krn raden abikara sudah membunuh temanku layasa, aku akan membalaskan dendam atas kematian layasa

Jika yang membacanya ini gusti ratu subang ralang maka aku sangat berterimakasih krn kau sudah merawatku seperti ibu kandungku, aku tak tau jika gusti ratu subang ralang adalah ibundaku atau bukan

Jika yang membacanya orang lain maka aku akan peringatkan untuk kau agar bersiap-siaplah akan ada tumpah darah di padjajaran

Aku akan membuat kerajaan sendiri dan bersiaplah 10 tahun kedepan kita akan berperang, aku tak main-main jika kalian menganggap aku seperti sampah begitu

Aku bukan pangeran kalian kian santang, aku adalah jaya sanggara rakyat kecil dari padjajaran, aku juga tak mempunyai raka dan yunda jadi jangan menganggap aku rai kalian!

Apakah kalian tau bagaimana rasanya di bentak oleh seseorang yang di agung-agungkan di padjajaran? Rasanya sangat sakit sekali dan aku hanya bisa diam saja tanpa melawan sedikitpun

Aku tak menyerang raden abikara, raden abikara yang menyerang layasa hingga ia mati!

"Astagfirullah putraku kian santang benar-benar membenci keluarganya? Ya allah" tangis subang ralang

Selanjutnya

"Hidup gusti prabu jaya sanggara"

"Hidup gusti prabu jaya sanggara"

Sorak-sorakan mengaggung-aggungkan nama jaya sanggara raja di kerajaan besar, nama kerajaan itu adalah kerajaan sukatara

"Rakyat sukatara, aku pastikan hidup kalian akan tentram tanpa adanya yang berselisih krn ekonomi ataupun keluarga"

"Hidup jaya sanggara"

"Hidup jaya sanggara"

Raden kian Santang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang