bab 15 (masa lalu)

181 20 1
                                    

Kian santang dan jakara langsung masuk ke ruang waktu

"Raka, kita dimana?"

"Akupun tidak tau rai, lihatlah anak kecil itu persis seperti dirimu"

"Iya raka, sepertinya itu aku"

"Putraku, jangan berlarian nak"

"Ayo ibunda kejar, haha ibunda tidak bisa mengejar diriku" ledek kian santang kecil

"Putraku, tunggu nak"

Subang ralang langsung mengejar-ngejar kian santang kecil yang nakal

"Aku ingat, ini di halaman istana raka"

Kian santang dewasa langsung menangkap kian santang kecil yang ingin terjatuh

"Huft, untung saja ada kau kisanak klu tidak? Putraku akan terjatuh"

"Iya gusti ratu, emm dimana sodara-sodaranya raden kian santang?"

"Ada disana kisanak, oh ya kau siapa? Kenapa kau berada di halaman istana"

"Aku gagak lumayung, dan dia rakaku liyasa"

"M-maaf aku belum berterimakasih kepadamu, terimakasih krn kau sudah membantuku menangkap putraku"

"Sama-sama gusti ratu"

"Maaf klu berbicara lancang, apakah kau ingin mengabdikan dirimu kepada padjajaran?"

"Memang menjadi apa klu boleh tau"

"Kau ingin menjadi senopati? Atau panglima perang, keduanya siap untukmu krn padjajaran juga tidak ada keduanya"

"Maaf jika berbicara sangat lancang tapi memang keduanya kenapa tidak ada?"

"Semua berkhianat kepada padjajaran, kami kewalahan menghadapi senopati argadana, jika kau bisa mengalahkan argadana aku akan memberikan apapun yang kau inginkan"

"Aku akan mengalahkan argadana, gusti ratu tidak perlu khawatir"

"Memang kau bisa gagak lumayung? Maaf bukan meremehkan tapi kakanda prabu saja tidak akan bisa mengalahkan argadana"

"Insyaallah atas izin allah aku akan bisa mengalahkan argadana, jika berkenan gusti ratu harus menjaga raden kian santang secara ketat agar dia tidak kemana-kemana"

"Memang kenapa putraku kian santang di jaga ketat?"

"Tidak apa-apa gusti ratu"

"Baiklah, aku akan menjaga putraku sangat ketat"

"Dimana argadana gusti ratu?"

"Ada di kerajaannya"

"Oh baiklah, aku permisi dulu assalamualaikum"

"Walaikum salam"

"Raka, mari"

"Mari rai"

Kian santang dan jakara langsung menghampiri kerajaan argadana

Singkat cerita mereka berdua sudah berada di depan argadana

"Paman argadana, kau harus menyerahkan diri kepada padjajaran"

"Siapa kau? Mengapa aku harus menurut kepadamu"

"Tidak usah banyak tanya, mari kita adu kekuatan kita, jika paman kalah maka paman harus menyerahkan diri paman"

"Baiklah, aku terima tantangan itu"

Skip

Kian santang sudah mengalahkan argadana dan argadana di bawa ke padjajaran

Raden kian Santang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang