bab 6-7

197 21 0
                                    

Tiba-tiba saja roh di dalam tubuh kian santang keluar

"Kenapa aku tak bisa masuk ke tubuhku? Apakah aku sudah mati? Tidak mungkin"

Setelah 5 menit berdebat dengan dirinya sendiri, kian santang langsung ke istana padjajaran (entah kenapa kian santang ingin ke padjajaran)

Sesampainya di istana padjajaran, kepala kian santang sangat sakit sekali bahkan ia seperti ingat dengan keluarganya

"Prabu sliwangi ayahandaku? Ah tidak tidak, abikara juga rakaku tapi kenapa abikara membunuh layasa? Dan siapa juga yang menyerang abikara? Pasti ada kesalah pahaman, ya aku harus menyelidiki ini semua"

Kian santang berjalan kearah kamar abikara

"Bunda"

Subang ralang seperti mendengar suara kian santang namun tak ada sosok kian santang

"Putraku kian santang, apakah kau ada disini nak?"

"Ibunda mendengarku ibunda mendengarku, syukurlah"

Kian santang langsung memeluk subang ralang krn rindunya itulah yang membuatnya memeluk subang ralang

Subang ralang merasakan rasa hangat di tubuhnya seperti di peluk namun tak ada satu orangpun yang memeluknya

"Siapa yang memelukku? Apakah itu putraku kian santang atau siapa?" Batinnya

Tiba-tiba saja abikara kejang-kejang

"Putraku abikara kau kenapa lagi nak, astagfirullah aladzim putraku, prajurit prajurit"

"Sandika gusti ratu"

"Panggilkan tabib sekarang juga"

"Sandika gusti ratu"

Selang berapa menit tubuh kian santang juga seperti di tarik

"Arghhhhh tubuhku"

Bum

Roh kian santang sudah berada di tubuhnya

"Jaya sanggara, kau sudah sadar"

"Ya yudakara....Yudakara kau jaga istana sukatara, aku ingin pergi sampurasun" kian santang langsung bergegas menuju ke padjajaran krn khawatir abikara kenapa-kenapa

"Rampes"

"Kenapa dia seperti cemas begitu? Aku harus ikuti ia" batin yudakara

Yudakara langsung mengikuti jaya sanggara secara diam-diam

Sebelum datang ke padjajaran, kian santang mengambil obat untuk kesembuhan abikara

Kian santang langsung memacu kuda dengan cepat (klu motor sekitar 160km/h)

Akhirnya kian santang sudah sampai di istana padjajaran, ia langsung menyusup ke istana dengan diam-diam juga (yudakara tak bisa masuk)

"Kenapa jaya sanggara menyusup ke istana padjajaran? Apakah ada yang dia inginkan di istana padjajaran? Lebih baik aku tunggu disini"

Kian santang menyamar menjadi prajurit padjajaran lalu ia menyusup ke kamar abikara

Terlihat abikara sedang di obati oleh tabib namun tak ada yang mempan sehingga subang ralang menangis

"Coba saja aku tak memberontak kepada padjajaran, pasti aku merasakan kasih sayang seorang ibu...apakah ketika aku membuka penyamaranku keluarga padjajaran menghukumku atau menyanyangiku? Ah tidak-tidak ayolah kian santang kau ini bodoh sekali membiarkan dendam layasa terbiarkan begitu saja" gumamnya

Tabibpun keluar, kian santang menggunakan kesempatan ini untuk menyamar menjadi tabib istana, kian santang langsung menotok sang tabib lalu kian santang ke kamar abikara untuk meracik obat untuk abikara

Raden kian Santang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang