Cuaca siang hari yang terik, membuat siapapun tak tahan dengan sinar matahari yang menyengat. Walaupun begitu, 2 tim yang sedang berada di lapangan terbuka tidak terlihat kewalahan dan berusaha mencetak poin agar menjadi juara. Mereka tetap berlari untuk mencetak poin terbaik.
"10, 9, 8 priittt...."
"AAAAAAAAA, MAHENNNNN.."
"O MY GOSH MAHEN SO HOT "
"MERRY ME MAHENNNN.."
Seluruh lapangan di penuhi dengan sorakan. Mahendra Sangkya salah satu anggota tim dari sekolah luar yang sangat famous di kalangan pemain basket lainnya langsung saja menjadi sorotan bagi kaum hawa yang berada di pinggir lapangan.
"A*JIR COWOK GUE... MAHENNNNN." Casha berteriak di pinggir lapangan tanpa menghiraukan siapapun yang melihatnya.
Berbeda dengan Aurora, ia juga sudah mengkeker salah satu pemain yang juga berada di regu yang sama bersama dengan Mahen, yaitu Fahrezza Jagara. Laki - laki famous kedua setelah Mahendra yang juga menjadi rebutan oleh kaum hawa.
"Pokoknya gue harus foto sama calon imam gue, harus pokonya. Aurora memegang kepalanya histeris.
•••
Jam menunjukkan pukul 4 sore, bertanda jam pulang. Toa putih yang selalu berdiri tegak kini mengeluarkan suara peringatan seperti biasa.
"Di sampaikan kepada seluruh siswa..."
"SMAWi a*jay, ada pertandingan tetep apel siang kambing." Aurora menghela napas berat sambil berjalan lesu ke arah lapangan.
"SMAWi nggak apel pagi dan sore? Nggak bakal mungkin, walaupun hujan, badai, angin ribut, halilintar. Bakal di terobos cuy. Salwa menambahkan dari belakang.
"AAAAAAAAAAKKKK GAISSSSS.." Jingga berjalan dengan menutup mulut nya ke arah segerombolan Chasa dkk dan memukul lengan milik Ciyya tanpa sebab. Ciyya yang mendapatkan pukulan dari Jingga langsung saja melirik Jingga dengan penuh amarah tapi juga penuh kesabaran.
"Datang-datang mukul beliau:v." Ciyya menanggapi.
"Kalian semua harus tau, harus tau pokoknya." Jingga masih dalam keadaan menutup mulut. /Salting.
"Apasi kocak, minimal ngomong ya.. Ngomong." Salwa memberi penjelasan dengan emosional.
Jingga dkk yang berada di bangku taman dekat lapangan langsung saja tertawa, membuat siapapun yang melihat akan memberikan berbagai komentar.
"Ada tim basket dari SMA Zaroz a*jir, ganteng banget gilak." Jingga memberi tahu dengan ekspresi salting.
"Bau-bau uncrush kelas sebelah nih."
"Lah kelas sebelah gimana?"
"Yang danau itu, mau di taruh dimana?
Setelah memberi tahu kepada semua temannya, ternyata banyak sekali pertanyaan yang keluar. Jingga yang mendengar pun tidak dapat membalas satu persatu pertanyaan mereka dan hanya bisa memutar bola matanya malas.
"AAAAAA CAAAAAAAA GANTENG BANGETTTTT *SU... GEMESSSS." Aurora berjalan dengan salting dari ujung koridor bersama dengan Chasa.
"IYA A*JING, COWOK GUEEEEEEE, MANIS BANGET HUHUHUHUUUU." Chasa membalas dengan nada lebih parah daripada Aurora, mereka berdua sedang melihat jagoan mereka di layar handphone yang mereka gunakan tadi untuk memfoto para jagoan nya.
"Dua jamet berulah." Audrey berjalan dibelakang Chasa dan juga Aurora, ia baru saja pulang dari penjual cilok andalan tempat mereka membeli.
"Lu kenapa? Istighfar" Cio melihat kedua temannya dengan dramatis dan juga prihatin.
•••
Pertandingan terakhir di mulai, cuaca sedikit mendung membuat para peserta dan juga penonton lebih bersemangat. Mereka tak henti bersorak meneriaki nama jagoan mereka masing-masing. Bahkan Jingga, ia pun ikut bersorak dan lompat kegirangan melihat salah satu pemain basket yang sedang meng dribble bola.
"Aguma... Aguma... Aguma..."
Suara sorakan tak henti ketika salah satu pemain putra dari SMA Phoenix sedang berlari menuju ring lawan untuk memasukkan bola dan mencetak poin.
"5, 4, 3, priittt" suara sumprit memecah keheningan penonton yang sedang fokus menonton. Bola yang telah di dribble dan meng shoot bola ternyata tak masuk kedalam ring, para penonton yang menyaksikan bersorak kecewa.
"Aduhhhh jagoan kuuuuuuuu, gapapaaa semangat.." Jingga melihat laki-laki ber jersey biru ungu dengan nomor punggung 8 dengan muka sedih.
"Semangat-semangat, nih bola nya gelinding keluar, pungut sana." Arabel menyenggol tubuh milik Jingga dan menyadarkannya dari rasa sedih karena jagoannya tidak jadi mencetak poin.
"Apasi Rabel, ganggu aja lu, ck ngeselin." Jingga pergi dengan muka masygul nya meninggalkan Arabel sendiri.
Setelah mengambil bola dan memasukkan kedalam lapangan, Jingga tak sengaja melihat jagoannya tadi. Jingga memerhatikan laki-laki tersebut, tak sengaja mata mereka berpapasan - contac eye. Jingga yang yang sadar akhirnya memalingkan matanya duluan dan pergi kembali ke tempat Arabel berada.
•••
Room chat Jingga POV:
Anda: "Teman-temannnnnnn😭😵."
ChaMet: "Kenapaa cuy."
Anda: "Ganteng bangettttt teman-temannnnnn😭😭😭😭😭😭"
ChaMet: "Siapaaa? SIAPAAAA WOI?"
Aleyale: "Laki-laki mana lagi yang kau lirik Jing."
Anda: "Diam kamu Aleale, yang suka sesama gender diam aja."
Aleyale: "A*jir lu Jing."
Anda: "Gais pokoknya ntar last day IBB gue harus foto sama tuh laki-laki."
ChaMet: "Cowok mana ba*gsat?"
Anda: "Kok lu ngegas a*jir?"
ChaMet: "Lah lu yang ngomong kagak jelas a*jir."
Cioioioioi: "Shhtttt daripada kalian bingung mau fotbar sama cowok mana, mending fotbar sama gue☺️☺️"
/ChaMet left
/Anda left
.
.
.
.
.Holla mou mou kuuuuu, mochi disiniii...
Btw trims sudah sabar menunggu dan terimakasih kasih sudah baca ~☘️☘️☘️

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja untuk Danau
SonstigesMemendam atau mengungkapkan, mungkin lebih bagus jika di pendam saja, menyukai mu secara diam diam, memandang dari kejauhan, dan memperhatikan hal hal kecil yang kau lakukan, mungkin lebih nikmat daripada harus memenuhi ego ku untuk memiliki mu seut...