4

3.1K 153 6
                                    

Gadis kecil bernama Sheen, keberadaannya seperti sang surya slalu menyinari siapapun didekatnya, bisa dibilang malaikat kecil.  Membuat seseorang bertahan, yaitu mamanya. Entah seberapa manja dirinya, namun wanita itu bertahan hidup demi putri yang dikasihinya.

"Mama..., mama bohongin Cheen lagi!" Bibir gadis kecil itu mengerucut sebal.

"Sheen... mama gak lagi bohong nak, tuh hujan bentar lagi ada peri pelangi." Ucap wanita itu 'tuk menghibur buah cintanya. Perlahan-lahan semburat senyuman keluar dari bibir mungilnya.

"Bental lagi peli datang... hoyeee, beyati Cheen bisa panjat doa." Wanita tersebut hanya mengangguk, lagi-lagi hatinya dibikin semakin pedih.

Pelangi menampakkan kebolehannya, gadis kecil bernama Sheen membulatkan mata tekagum-kagum. Kemudian dia pejamkan mata memanjatkan doa "semoga kebahagian slalu tercurah untuk mama dan dirinya"
Hembusan napas berat terdengar dari wanita tersebut, melihat anaknya yang semakin tumbuh menimbulkan kelegaan tersendiri untuknya. Namun tetap saja, bingung bagaimana menjelaskan kepada Sheen kecilnya.

Melihat Sheen yang tertidur senyum tipis tersungging dari wanita yang 'lah melahirkannya, "maafkan Mama, semoga kebahagian slalu terpancar untuk kami Sheen"

***

Adeeva Afsheen Myesha POV

Ku rasa kalian sudah bosan dengan keluh kesahku yang nota-benenya setiap pagi selalu ngos-ngosan menaiki tangga menuju kelas. Andai ada lift atau eskalator, wih... semangat sekolah aku. Hehehe

"Capek Af," kataku sambil menaiki anak tangga yang masih banyak. Kami masih sampai di lantai dua.

Sambil menaikkan satu alisnya Afkar berkata, "Terus?"

Aku memutar bola mata sebal, "dasar gak peka!" Namun tiba-tiba tubuhku sudah berada dalam gendongannya.

"Afkaaaar... ini masih pagi dan... ini di sekolah bodo!" Aku yang meronta-ronta 'tak dihiraukan olehnya. Oh god

"Afkar... malu," kata ku sambil menyurukkan kepalaku kedalam dadanya. Aroma wangi memasuki indra penciumanku, entah parfum apa yang dipakai olehnya. Banyak juga yang menyoraki 'cie Afkar, Afsheen....' haduh! Mau ditaruh di mana lagi mukaku.

Sesampai di kelas pun juga tak kalah hebohnya. Di sana ada Athale dengan alis berkerut samar, sedetik kemudian senyum tipis tersungging dari bibirnya. Setelah Afkar menempatkan ku di kursi yang ku tempati, caci maki ku lontarkan. Huh... masih pagi tapi sudah beraneh-aneh saja.

"Hei Atha," sapaku sambil menuju kursinya.

"Hai"

"Alone?"

"Seperti yang kamu lihat bebih....," bibirku hanya menbentuk huruf O.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Ah... ta-tapi Afkar?"

"Sudah tidak usah dipirkan, dia cowok." Saat mengambil tas akan berpindah tangan Afkar mencekal lenganku keras.

Aku sedikit meringis kesakitan, "aw..., apa-apaan sih!" Hentakku, namun cekalannya sangat kuat.

"Jangan pergi!" Perintahnya dengan ketus, omo-omo! Di pagi begini dia kerasukan apa sih? Gak jelas banget!

"Apaan sih? Apa pedulimu! Lepasin, sakit tau!" Yang ada bukan melepaskan malah mempererat. Athaleta yang melihat langsung menghampiriku.

"Afkar! Ada apa? Kamu melukainya bodoh!" Geramnya. "Lepaskan!"

"Aw...." rintihku sakit, dia malah semakin mencengkram.

Friendzone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang