10 Tahun kemudian
Sheen berkali-kali melirik jam tangannya. Dia gak sabar cepet-cepet jam sepuluh pagi. Wajahnya resah, senang, campur aduk.
"Kamu kenapa sih, dari tadi liatin jam mulu?" tanya lelaki di depannya.
"Ya... kan kamu tahu sendir Al!" Gadis itu sangat gemas. Namun, lelaki di depannya berdiri, entah mengapa Sheen juga ikut berdiri. Tiba-tiba saja lelaki itu memeluknya.
"Nanti jadi kan aku temenin?" suaranya lembut.
"Ya harus dong! Terus siapa yang nganter aku? Kamu ish!"
"Pst... jangan marah-marah, kasian dede'nya yang di dalem. Dia pasti takut deh denger bundanya lagi ngamuk." Sheen menghela napas panjang. Seharusnya dia lebih bisa mengontrol emosi yang fluktuatif.
"Maaf deh, udah ah! Malu diliatin sama pekerja yang lain. Kamu gak berangkat ke kantor? Katanya masih ada yang diurus? Tapi, niatku gak ngusir loh ya!"
Lelaki itu tersenyum, kemudian mengecup singkat dahi kekasihnya. "Yaudah, aku berangkat. Hati-hati ya, jangan angkat yang berat, kalo laper langsung makan, kalo capek langsung istirahat."
"Harusnya kamu yang hati-hati." Sheen sambil mencium punggung tangan suaminya. Lelaki itu berderap keluar dari butik.
***
Tak kalah dengan Atha, dirinya sedari tadi juga gusar. Sedikit-sedikit tengok jam, dan sudah beberapa teman di kantor menegurnya. Sebagaian hatinya meletup-letup senang. Beberapa menit lagi dia akan bertemu sahabat-sahabatnya yang sudah sepuluh tahun lost contact.
Dirinya telah sampai di tempat yang telah dijanjikan. Di cafe tempat mereka biasa nongkrong sewaktu SMA dulu. Mungkin Atha dan kekasihnya terlalu bersemangat, kedua sahabatnya belum datang. Semoga saja mereka gak lupa.
Lonceng berkerincing, menandakan ada pelanggan lagi. Segera saja Atha menoleh ke sumber suara. Dugaannya benar! Sheen datang! Langsung dihamburnya sahabat tercintanya itu.
"Wah, udah isi ya? Udah gede, berapa bulan tuh?"
Sheen tersenyum, rindu diantara mereka sekarang sirna. Namun, masih ada yang belum lengkap. Afkar. "Masuk bulan ke delapan Tha, kamu gimana? Udah married?
Yang ditanya senyum malu-malu, " Bulan depan baru mau nikah. Kamu dateng ya! Harus! Kenalin sama suamimu dong!" kalimat terakhirnya sedikit berbisik.
"Rezal, kenalin dia Atha. Atha, dia hubby-ku, Rezal."
"Hai, Atha. Hai, Rezal." mereka berjabat tangan sesaat.
"Geli aku, panggilnya hubby. Sejak kapan jadi alay heh?" cecar Atha.
"Sejak hamil," jawab Rezal santai namun dihadiahi pelototan tajam oleh Sheen.
Lonceng berkerincing lagi. Serempak mereka bertiga menoleh. Afkar datang!
"Afkar...." pekik kedua wanita itu. Tak peduli tempat sama sekali. Malah Rezal yang mengucapkan maaf tanpa suara.
Mereka saling berpelukan, namun aura cemburu datang dari Rezal. Istrinya nempel banget sama Afkar, namun dia gak mau kekanakan. Dibiarkan saja istrinya itu, namun matanya tetap awas.
"Wah... istrinya cantik tuh!" celetuk Sheen.
"Yayadong, aku gitu." Wanita yang di sebelah Afkar hanya tersenyum.
"Yuk duduk, ngobrol bareng. Mau pesen apa nih? Aku, Sheen, Rezal, sama Ian--kekasih Atha-- udah pesen. Kalian mau yang apa?" tawar Atha. Kemudian Afkar dan istrinya menyebutkan pesanannya.
Obrolan berlanjut begitu seru. Sampai akhirnya mereka tak sadar, hari mulai gelap.
"Eh-eh, kalo bisa anak-anak kita jodohin yuk?" lagi-lagi Sheen yang nyeletuk. "Kata dokter waktu aku di USG sih anaknya cowok."
"Wah, ide bagus tuh!"Afkar yang menimpali.
" Aku setuju!" kali ini Atha. Mereka serempak tertawa. Rezal juga dari tadi heboh dengan Ian.
Ah, senangnya. Sepuluh tahun gak ketemu sekali ketemu langsung ramai. Sekarang, mereka sudah punya pendamping masing-masing.
---
Didedikasikan untuk dhynngrmYeayyy tamat!!! Yuk, chek ceritaku yang lain hehehe... Aku baru publish cerita baru tuh, "Kita" tengok yuk ^^ genre chicklit.
Vote, saran, dan kritik boleh dong ya... Hahaha... Baca cerita baruku yuk!! Nyesel gak baca wkwkwk... *promosi kebangetan*
Jumat, 6 November 2015 (19:22)
Khaf~

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone?
Teen FictionTak pernah ku sadari jika akan seperti ini. Semuanya tak pernah kuduga. Semuanya menjadi makin kelam. Ini masalah hati, yang tak dapat 'tuk dipungkiri. Ini cinta yang bodoh. Semua menjadi rumit, namun apakah cintaku bertepuk sebelah tangan atau?