Siang ini, ketika jam istirahat, Vei dan teman-temannya tidak beranjak sama sekali dari tempat duduk mereka. Tugas mereka melimpah hari ini, membuat mereka tidak bisa pergi kemana-mana dan terus memperhatikan berbagai berkas dan laptop yang ada dihadapan mereka.
Dimas udah mencak-mencak dari tadi karena pekerjaannya belum selesai dari tadi, terpaksalah mereka memotong jam istirahat kali ini.
"Ya Allah gue mau liburan!" Teriak Yala sambil mengangkat berkas-berkas yang berhasil membuat otak nya hampir meledak. Haru menyahut, "makanya ini selesein dulu! Besok liburan lo sampe mampus."
Karena mereka mendapat banyak tugas hari ini, kemungkinan besar mereka akan selesai Maghrib nanti. Padahal Vei niatnya hari ini mau mengunjungi makam Johan, tapi kayaknya nggak bisa deh.
"Selamat siang semuanya!" Sapa Johan riang, berusaha memberi semangat kepada teman-temannya yang terlihat sangat— err.. tidak baik?
"Siang." Jawab keempatnya kompak, dengan nada lesu dan muka sepet yang siap banget buat dijadiin stiker meme.
Johan mengulum bibirnya, "semangat ya kalian. Nih gue bawain susu, maaf nggak bisa ngasih banyak, soalnya habis ini gue mau ada sidang." Ucapnya sambil memberikan satu susu kotak ke setiap orang.
"HUHUHU LO TAU AJA SIH GUE LAGI LAPER? WALAUPUN CUMA SUSU TAPI MAKASIH DEH" Ujar Dimas sambil memeluk Johan dengan alay nya, membuat Johan tertawa dan berusaha melepas pelukannya. Oke.
"Makasih ya, Jo." Vei tersenyum sambil menatap pria itu. Sejujurnya, Vei tidak bisa minum susu sebelum dia makan nasi. Kalau dia minum susu sekarang, bisa dipastikan bahwa perutnya akan terasa sangat sakit dan itu bisa menghambat pekerjaannya.
Salah sendiri tadi hanya sarapan dengan omelette dan sekarang Vei kelaparan.
"Sama-sama, semangat kalian!" Serunya sambil mengepalkan tangan, memberi semangat. Haru juga ikut mengepalkan tangannya, membuat Vei dan Yala tertawa bersama.
Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya, tak terasa, Vei menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul 04.30 sore. Wanita itu menghela nafas lega, segera membereskan barang-barangnya.
Ternyata dia bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari yang ia bayangkan.
"Lah, udah kelar lo?" Tanya Yala tak percaya. Vei tertawa, mengedipkan sebelah matanya, "makanya kerjain, jangan kebanyakan ngeluh."
Yala mendengus, "yaudah sana. Hati-hati."
"Semangat sayang-sayangku." Vei melemparkan flying kiss ke ketiga temannya, membuat Haru bergidik ngeri. Nggak waras emang. Setelah selesai membereskan barangnya, Vei berjalan keluar dari kantornya.
Vei mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi, soalnya mobilnya kan masih di servis dan tadi ia pergi diantar oleh Gana. Tapi Vei mengurungkan niatnya saat melihat sosok yang tengah bersandar di pinggir mobil.
"Kak," panggilnya. Vei mendongak, itu Melvin. Lah, ngapain?
"Kenapa? Ngapain?" Tanya Vei bingung. Membuat Melvin mendengus, menoyor pelan kepala kakak satu-satunya itu. "Katanya kemarin minta temenin ke makamnya Johan." Ucapnya.
"Tapi udah sore—"
"Yaelah, masa mau ziarah pake ngeliat waktu segala? Ayo buruan! Gue udah nunggu sejam nih." Ucapnya sambil menarik tangan Vei masuk kedalam mobil. Vei diam, menurut.
Entah kenapa perasan Vei setiap akan mengunjungi makam Johan itu rasanya — Vei juga tak bisa menjelaskannya. Ada perasaan rindu, menyesal, dan berbagai perasaan yang tak dapat ia deskripsikan.
Melvin menghentikan mobilnya di tempat pemakaman yang terkesan elit, yah nggak usah penasaran karena mereka semua dari keluarga yang berada.
Vei menggenggam erat tangan Melvin, lagi-lagi jantungnya berdebar. Vei berusaha mengatur debaran jantungnya dengan mengambil nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ
Fanfiction"ᵏⁱᵗᵃ ʰᵃⁿʸᵃˡᵃʰ ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ ᵘⁿᵗᵘᵏ ˢᵉᵐᵉⁿᵗᵃʳᵃ ʷᵃᵏᵗᵘ" [ˢᵉᵛᵉⁿᵗᵉᵉⁿ ˡᵒᵏᵃˡ ᶠᵃⁿᶠⁱᶜᵗⁱᵒⁿ] ᶠᵗ. ʸᵒᵒⁿ ʲᵉᵒⁿᵍʰᵃⁿ & ʲᵒˢʰᵘᵃ ʰᵒⁿᵍ ©ᵛᵃⁿⁱᵉˡᵃᵗᵗᵉ