⁰¹

13 1 0
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya, perlahan memasuki celah gorden yang masih tertutup. Suara bising kendaraan terdengar, banyak orang sudah bersiap sejak pagi tadi agar tak terkena macetnya kota metropolitan ini.

Karena cahaya matahari yang merambat masuk, membuat seorang pria yang sedang terlelap terpaksa membuka matanya karena silaunya cahaya matahari. Seakan-akan menyuruhnya untuk segera bangun. Pria itu mengerjapkan matanya, segera bangun dari tidurnya.

Kepalanya tertoleh kesamping, menyadari bahwa orang yang dari semalam tidur disampingnya sudah tidak ada. Pria itu buru-buru membersihkan dirinya, hendak menuju ke tempatnya bekerja.

"Akira, jangan sentuh itu. Itu punya Papa. Makananmu masih Mama buatkan, jadi sabar dulu, oke?" Seorang wanita tengah sibuk memasak sarapan sambil menjaga putri kecilnya yang bangun lebih cepat hari ini.

Padahal kemarin dia tidur sangat malam sampai membuat wanita itu harus begadang. Nyatanya, anak itu duluan yang bangun pagi ini.

"Mamam!" Serunya sambil mengangkat kedua tangannya, menatap sang Mama dengan mata bulat polosnya.

Wanita yang berstatus sebagai ibu satu anak itu tersenyum, "sebentar lagi selesai. Ai duduk yang baik dulu ya."

"Selamat pagi." Sang Papa menyambar, kemudian mengangkat tubuh Akira dan menghujaninya dengan ciuman yang membuat anak itu tertawa geli.

"Gana, sarapanmu sudah siap. Dan tolong dudukkan kembali Akira, dia sudah rewel minta makan sejak tadi." Ucap Maveila kepada suaminya, dia sudah selesai membuat makanan untuk putrinya.

Pria bernama Gana itu mengangguk, menaruh putrinya di bangku khusus kemudian duduk untuk memakan sarapannya.

"Kamu nggak ke kantor, Vel?" Tanya Gana pada istrinya yang sibuk menyuapi putri mereka makan. Mavel mengangguk, "aku ke kantor nanti siang. Oh ya, kayaknya nanti aku pulangnya bakal telat, bisa tolong jemput Akira di day care? Atau aku minta tolong Melvin aja buat jemput?" Mavel menatap suaminya.

"Nggak usah, nanti Akira biar aku aja yang jemput." Balasnya. Mavel mengangguk, kembali sibuk mengurusi anaknya.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Gana bersiap menuju ke kantornya. Mavel mengambil alih dasi yang hendak di pakai suaminya itu, kemudian memakaikannya. Gana menatap Mavel dalam diam, sebelum tersadar saat istrinya itu menepuk dadanya beberapa kali. Telah selesai memasang dasi.

"Makasih." Gana mengecup kening istrinya, hal yang biasa ia lakukan ketika Mavel selesai memakaikannya dasi dan saat hendak berangkat ke kantor.

Mavel mengangguk, "udah sana berangkat, nanti kamu telat." Gana tersenyum, memeluk Mavel dengan erat. Membuat wanita itu mendelik kemudian memukul pundak suaminya.

"Buruan berangkat, Gana! Nanti Kak Nai ngomel-ngomel lagi gara-gara kamu belum dateng." Ucap Mavel pada suaminya itu. Gana terkekeh, melepas pelukannya tapi malah beralih untuk mencium bibir istrinya.

Mavel greget, menggigit bibir Gana agar segera melepas ciumannya. Membuat pria itu langsung melepasnya sambil mengaduh.

"Nanti lagi, sana pergi." Mavel mengibaskan tangannya, seolah mengusir Gana. Pria itu cemberut sebentar, sebelum akhirnya benar-benar pergi dengan kecupan singkat di pipi Mavel.

"Dadah Akira! Papa pergi dulu ya!"

Mavel mendengus, setelah memastikan bahwa Gana sudah pergi wanita itu berjalan menuju kearah putrinya.

"Sekarang, ayo kita mandi!" Seru Mavel sambil menggendong Akira, membawanya menuju ke kamar.

<×>

ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang