Setelah berbincang mengenai beberapa hal dengan Hasya dan Haru, Vei pamit pulang karena hari sudah semakin sore. Selain itu dia juga takut kalau Gana curiga, dan Akira sendirian dirumah karena pengasuhnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu.
Vei juga berpesan pada Hasya untuk terus mengawasi Rania, karena jika wanita itu benar-benar bangun nantinya... Gana pasti akan memilih Rania. Cinta pertamanya. Dan Vei sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk.
Apa dia harus mencari kekasih juga?
Oh, jangan. Itu ide gila. Bisa-bisa Melvin memarahinya habis-habisan. Kalaupun Gana tidak mencintainya, jangan sampai main belakang karena itu adalah tindakan bodoh dan pengecut. Itu yang Melvin katakan saat Vei ingin memiliki seorang kekasih di belakang Gana.
Berakhir dia kena ceramah Melvin. Pria itu sudah cocok jadi suami, hanya saja Melvin belum menemukan orang yang pas untuknya. Semoga saja Melvin cepat mendapatkan jodoh.
"Aku pulang." Ucap Vei sambil memasuki rumah. Begitu masuk, Akira berlari menghampirinya kemudian memeluk kaki Mamanya. "Mama udah pulang!"
Vei tersenyum, mengelus rambut Akira. "Iya, maaf ya Mama pulangnya telat. Papa udah pulang belum?" Tanyanya.
"Belum. Tadi Bibi juga balu pulang." Jawab Akira sambil menatap Mamanya polos. Vei memiringkan kepalanya, oh, ternyata dia tiba lebih dulu daripada Gana.
"Yaudah, Akira udah makan belum? Mama beli cake kesukaan Akira." Ucap Vei sambil menaruh barangnya di atas pantry. Akira tersenyum, "udah! Tapi Ai mau kue!" Serunya.
"Oke, oke. Mama mandi dulu, ya? Akira nonton aja dulu, baru habis itu kita makan ya?" Anak itu mengangguk, mengecup pipi Vei sebentar kemudian berlari kecil ke ruang keluarga untuk menonton televisi. Vei terkekeh akibat kelakuan putrinya yang sangat menggemaskan.
Setelah selesai bersih-bersih dan memberikan Akira kue, wanita itu kini tengah menunggu Gana pulang sambil mengerjakan beberapa pekerjaannya yang belum tuntas. Tumben Gana tidak mengabarinya jika ia pulang terlambat.
Ah, apa ini efek karena habis bertemu Rania siang tadi?
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan belum ada tanda-tanda jika Gana pulang. Akira sudah tertidur di pangkuannya, membuat Vei segera menggendong putri kecilnya itu ke kamar. Dia akan menunggu Gana pulang.
Paling sebentar lagi.
Setelah menaruh Akira di kamar, Vei kembali ke ruang keluarga untuk menunggu kedatangan suaminya. Vei menonton televisi untuk menghilangkan rasa bosannya.
"Udah jam 10," gumam Vei sambil melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk menelpon Naira - sekretaris Gana.
"Selamat malam, Bu Vei. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naira dari seberang sana.
"Ah, nggak usah kaku gitu kak. Santai aja. Maaf aku mau tanya, Gana... Masih ada di kantor nggak?"
"Hah? Gana? Dia udah pulang tadi sore, sesuai jadwal kok. Kenapa? Belum balik dia?" Naira malah jadi was-was karena Gana nggak langsung balik kerumah. Aduh, bos nya kemana lagi sih?
"Belum kak, biasanya dia ngabarin dulu kalau mau pulang telat. Tapi ini udah jam 10 lewat, aku khawatir." Ucap Vei sambil menggigit kuku jarinya. Kebiasaan buruknya jika sedang khawatir.
"Yaudah kamu coba telepon dia dulu, kalau nggak diangkat tiga kali chat kakak, nanti kakak suruh orang buat nyari dia." Ujar Naira.
Vei mengangguk, "makasih banyak Kak Nai, maaf aku ngerepotin."
"Nggak papa, santai aja. Kalau Gana udah balik kamu pukul aja dia, sekali-kali harus di kasih pelajaran." Ucapan Naira barusan berhasil membuat Vei terkekeh. Naira benar-benar seperti seorang kakak baginya dan Gana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ
أدب الهواة"ᵏⁱᵗᵃ ʰᵃⁿʸᵃˡᵃʰ ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ ᵘⁿᵗᵘᵏ ˢᵉᵐᵉⁿᵗᵃʳᵃ ʷᵃᵏᵗᵘ" [ˢᵉᵛᵉⁿᵗᵉᵉⁿ ˡᵒᵏᵃˡ ᶠᵃⁿᶠⁱᶜᵗⁱᵒⁿ] ᶠᵗ. ʸᵒᵒⁿ ʲᵉᵒⁿᵍʰᵃⁿ & ʲᵒˢʰᵘᵃ ʰᵒⁿᵍ ©ᵛᵃⁿⁱᵉˡᵃᵗᵗᵉ