⁰⁸

6 0 0
                                    

Akibat Vei bangun terlambat - tapi wanita itu menyalahkan Gana karena tidak membangunkannya - dia mengerjakan pekerjaannya dirumah. Hari ini juga Akira tidak pergi ke day care karena Vei tidak masuk ke kantor, otomatis ada yang menjaga Akira dirumah.

Setelah mendapat pukulan maut dari istrinya, Gana langsung bersiap-siap menuju ke kantornya karena harus menghadiri beberapa rapat. Aslinya dia juga mau bolos, mumpung Vei dirumah. Tapi wanita itu ngotot menyuruh Gana masuk.

Kalau nggak masuk kerja, tidurnya di ruang tamu. Ancam Vei saat itu yang membuat Gana mau tak mau menurut. Daripada kena marah singa lagi?

Vei sedang sibuk mengetik di laptopnya, sesekali melihat pergerakan Akira. Mengawasinya. Tiba-tiba, ponselnya berdenting, pertanda sebuah notifikasi masuk.

Melvin
Kak gue jatuh cinta:(

Apa-apaan tiba-tiba ngirim pesan begitu? Vei mengerutkan alis bingung, ini adeknya kenapa lagi coba? Wanita itu segera membalas pesan sang adik, untuk menanyakan lebih lanjut.

Vei
Bro, u ok?

Setelah Vei menjawab seperti itu, Melvin langsung menelponnya. Membuat Vei langsung mengangkat panggilan itu.

"Gue serius tau! Tadi kan gue mampir dulu ke restoran sama Hao yang di deket kantor, terus gue liat ada CEWEK CANTIK BANGET ANJAY KAK GUE GAK BOHONG! Dia langsung ngelayanin gue, Hao, sama Jev. Kayaknya sih dia manager di restoran itu. Tapi kak, huhuhuhu... Dia baik banget, mana manis lagi." Cerita Melvin panjang lebar, membuat Vei menjauhkan ponselnya saat pria itu tiba-tiba berteriak.

"Jatuh cinta pada pandangan pertama? Seriously? Vin, lo gak kayak gini ya." Ucap Vei berusaha menyadarkan adeknya itu, Melvin tidak gampang untuk jatuh cinta pada perempuan. Terlebih orang yang baru di kenalnya.

"Gue takutnya lo cuma penasaran sama cewek itu, nggak ada niatan buat serius. Apalagi lo orangnya nggak gampang jatuh cinta, jangan gegabah, Vin." Peringat Vei. Dia tidak mau adiknya itu salah mengambil langkah dan berakhir menyakiti perempuan.

"Iya sih... Tapi gue boleh PDKT, kan?" Tanya Melvin. "Emangnya dia mau sama lo?!" Terdengar suara teriakan Hao diujung sana. Membuat Vei tertawa, sedangkan Melvin udah ngumpat disana.

"Sana PDKT kalau bisa, kalau udah deket bawa ke kakak. Penasaran sama cewek yang berhasil buat adek gue teriak-teriak nggak jelas." Kekeh Vei.

"Hehehe, doain ya. Kali ini gue serius nih, udah butuh pendamping soalnya."

"Hm, cari yang bener. Udah ya? Gue lagi kerja. Lo jangan kebanyakan main! Kerja yang bener, gue tutup." Setelah salam perpisahan, Vei memutuskan sambungan teleponnya. Wanita itu menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

Melvin sudah besar.

Baru saja Vei meletakkan ponselnya di samping, benda pipih itu sudah berdering lagi. Vei memutar bola matanya malas, siapa lagi sih? Nggak tau apa dia lagi kerja sekarang?

"Kenapa?" Tanya Vei malas. Dia langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa peneleponnya.

"Lo dimana, Vei? Kok nggak masuk kantor?" Bola mata Vei sontak membulat, wanita itu menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya.

Hakim Johan.

Sialan, "eh, anu gue dirumah, Jo. Tadi bangun kesiangan makanya nggak ke kantor. Ada apa ya?" Tanyanya berusaha ramah. Ya kali dia marah-marah ke Johan, kurang ajar banget.

"Ohh gitu.. ini Kean nungguin berkas yang dia minta minggu lalu. Dia mau telepon kamu tadi cuma ponselnya mati." Jelas Johan. Vei ber-'oh' ria, kirain ada apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang