[Juni 2019]
Vei meregangkan tubuhnya yang terasa sangat pegal, leher dan pinggangnya terasa sangat sakit dan kakinya kram. Vei semalam tidur di kantornya karena pekerjaannya yang menumpuk, serta hujan deras diluar sana yang mendukung Vei agar tidak kembali ke apartemennya.
Padahal bisa saja Vei meminta Melvin untuk menjemputnya, tapi dia tidak enak, adiknya itu pasti sudah tidur. Apalagi itu sudah jam satu malam.
Vei menghela nafasnya panjang, membereskan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang untuk membersihkan diri. Sekarang masih jam 06.05 pagi, jadi setelah dia bersih-bersih bisa berangkat ke kantor jam 08.00 nanti.
Setelah semuanya beres, Vei berjalan keluar. Tersenyum ketika satpam menyapanya.
Gerimis masih membungkus kota pagi ini, ah, hujannya lumayan awet dari semalam.
"Mavel!" Seru seseorang sambil berlari kearah Vei. Wanita itu mendongak, mendapati Johan tengah berlari kearahnya dengan pakaian serta rambut yang basah karena terkena tetesan hujan.
"Rei? Ngapain?" Tanya Vei heran. Rei merupakan panggilan yang Vei berikan khusus untuk pria itu, Rhein Johannes Arfatama.
Rei menghampiri Vei, kemudian memeluknya erat. "Kamu kemana sih? Aku khawatir banget tau dari semalam kamu nggak bisa dihubungi. Makin panik pas Melvin bilang katanya kamu nggak pulang ke apartemen."
Vei terkejut sebentar, kemudian tertawa kecil sambil mengelus pelan punggung Johan.
"Maaf ya udah buat khawatir. Aku tidur di kantor kok, semalam aku nggak balik karena pekerjaan masih banyak banget terus mana hujan deres banget lagi." Jawab Vei.
"Kan kamu bisa nelpon aku atau nggak Melvin!" Seru Rei sambil menatap Vei kesal. Wanita itu mengangkat kedua bahunya, "aku nggak mau ngerepotin kalian berdua. Mending sekarang kita pulang, Melvin sekarang pasti khawatir banget." Vei menarik tangan pria itu pergi.
Selama di jalan, Vei harus mendengar ocehan seorang Rhein Johannes mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mengabari orang jika akan lembur. Vei hanya memutar bola matanya malas, tapi tak bisa ia pungkiri, bahwa dia menyukai perhatian yang Rei berikan.
Menurutnya, itu adalah salah satu tanda sayang Rei padanya. Pria itu selalu mengkhawatirkannya.
Begitu tiba di apartemen, Vei langsung diserbu oleh Melvin serta muka panik pria itu. Keliatan banget ini Melvin baru bangun tidur, masih ada ilernya.
"Kenapa ngerasa nggak enak sih?! Sama adek sendiri juga! Kalau ada apa-apa tuh telepon aja. Kak Vei emang kerjanya bikin semua orang panik terus!" Gerutu Melvin sambil memeluk kakaknya erat.
Sejak beberapa menit lalu, Melvin tak melepaskan Vei dari pelukannya. Bahkan kini di apartemen mereka ada Yala, Dimas, dan Haru yang datang dengan muka bantal. Panik tadi di telepon Melvin kalau Vei nggak ada di apartemen.
Kayaknya Melvin deh yang buat semua orang panik, karena pagi-pagi udah nelponin orang dan bilang kalau Vei ilang.
"Kemarin pas gue mau balik jam 9, katanya lo bakal pulang jam 10 nanti. Yaudah gue balik aja duluan, tau-taunya nggak pulang lo!" Seru Yala sambil menggeplak kepala Vei karena gemas.
"Aduh! Yaudah iya maaf, maaf." Ucap wanita itu cemberut. Oke siap, Vei paling salah disini.
"Yang penting Vei kembali dengan selamat." Lerai Rei yang lelah melihat Vei dan Yala saling bertatap tajam dan saling bergumam satu sama lain.
Akhirnya, setelah puas mengomeli Vei, semuanya kembali bersiap untuk berangkat ke kantor. Hari ini Vei meliburkan diri karena badannya benar-benar pegal dan tidak bisa diajak kompromi.
![](https://img.wattpad.com/cover/340355340-288-k407499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ
Fanfiction"ᵏⁱᵗᵃ ʰᵃⁿʸᵃˡᵃʰ ʳᵘᵐᵃʰ ˢⁱⁿᵍᵍᵃʰ ᵘⁿᵗᵘᵏ ˢᵉᵐᵉⁿᵗᵃʳᵃ ʷᵃᵏᵗᵘ" [ˢᵉᵛᵉⁿᵗᵉᵉⁿ ˡᵒᵏᵃˡ ᶠᵃⁿᶠⁱᶜᵗⁱᵒⁿ] ᶠᵗ. ʸᵒᵒⁿ ʲᵉᵒⁿᵍʰᵃⁿ & ʲᵒˢʰᵘᵃ ʰᵒⁿᵍ ©ᵛᵃⁿⁱᵉˡᵃᵗᵗᵉ