Alo guys... Welcome to my cerita...
Ini karya gue yang sekian kalinya wkwk.
Jan lupa follow,vote and komen kalo suka^^
-
-
-
-"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢, 𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘪𝘴𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘵𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢🕊️"
•ARVIN•
Arvin membuka pintu gerbang dengan wajah datar, ia mengenakan seragam putih biru dengan di tutupi jaket, matanya tiba-tiba menatap Sarah yang terlihat akan berangkat menuju sekolah.
Seolah acuh saat sapaan itu, Arvin langsung menancap gas motornya dan pergi meninggalkan rumahnya.
Wajah memar itu begitu terlihat hingga Arvin terpaksa mengenakan masker agar tidak terlalu nampak. Sorot mata tajam mulai menerawang jalanan kota dengan wajah tanpa ekspresi.
Lampu merah menghentikan motornya, ia terpaksa menunggu sambil terbengong. Perlahan senyum aneh itu muncul dari balik masker, entah apa yang sedang ia pikirkan.
Begitu lampu hijau menyalah dengan kecepatan tinggi ia melajukan motornya, sungguh nyaris ia hampir saja kecelakaan akibat hampir adu banteng dengan pengendara lain.
Cowok itu senang jika ada yang mengumpatnya, karena perkataan mereka sama sekali tak membuatnya sakit hati.
Arvin menghentikan laju motornya begitu sampai di sekolahnya, masih terdapat waktu. Ia segera bergegas menuju ruangan tempat MOS.
Matanya kembali tertuju pada tiga curut yang sudah sampai lebih awal, huh begitu menyebalkan bukan?
Arvin langsung duduk di sebelah Rafael dengan wajah datar berbeda sekali dengan tiga cowok berwajah tamvan itu.
"Hai Arvin, good morning?"senyum Kenzo membuat Arvin memutar bola matanya.
"Huh pagi-pagi udah macho aja babang Arvin ni"puji Said sambil memukul-mukul tangan Arvin.
Cowok itu langsung melotot menatap Said dengan tatapan mengerikan.
'Buset ngeri bener'umpat Said.
"Hmm... eh iya Vin, kamu gak bawa nemtek? Nanti ada pemeriksa~"
"Gue tau"datar cowok itu membuat Rafael manggut-manggut.
"Eh itu yang pake jaket! Copotin sekarang sama maskernya!?"teriak salah satu panitia ketika hampir mulai acara MOS, kali ini semua hening menatap Arvin, cowok itu menatap panitia MOS itu dengan wajah datar.
Ia langsung membuka jaketnya dan tentu saja membuat orang disana kaget bukan maen, pasalnya baju itu sudah banyak bercak darah hingga membuat mereka bergidik ngeri.
MOS di mulai namun mata mereka tetap menyorot Arvin yang tetap tenang, masker yang sengaja ia buka hingga terlihat dengan jelas wajahnya yang lebam akibat semalam sempat terbentur.
"Vin? Kamu gak papa?"tanya Rafael membuat Arvin menyeringai.
"Lo peduli?"ledek Arvin sambil tetap fokus menatap papan tulis.
Ketiganya mulai bisik-bisik, bukan apa-apa pasalnya orang tua Arvin tak pernah bicara apa-apa. Apakah cowok itu di siksa atau terkena penyakit? Pikir mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Arvin (Brokenhome)
RandomHarta tak mampu membayar kebahagiaan, harta juga tak mampu membayar rasa cinta yang tak pernah di tunjukkan. Mungkin orang akan mengira jika harta adalah segalanya, dan menjadi anak orang kaya adalah impian terbesar semua orang. Cowok bleste...