° Bab 14 °

4.5K 541 34
                                    

Keduanya menikmati hangat pelukan masing-masing, (m/n) menikmati setiap degupan jantung yang entah mengapa membuatnya sangat nyaman bahkan ia hampir terlelap sebelum mendengar sebuah suara.

"Bolehkah?"

Suara bariton mengembalikan kesadarannya dalam sekejap. Dagu (m/n) di tarik dengan perlahan hingga kedua mata berbeda warna itu saling bertubrukan.

Dapat Seungho lihat tatapan bingung dari (m/n) akibat pertanyaannya itu. 'Sial.' Geram Seungho dalam hati.

Dengan wajah bingung dan polosnya (m/n) bertanya "Bolehkah? Apa maks— Mmph!" Mata (m/n) membulat terkejut.

Kedua bibir lembut bertemu tanpa menunggu izin dari empunya. Sontak (m/n) mencoba untuk mendorong tubuh yang jauh lebih besar darinya itu.

Perlahan yang awalnya hanya kecupan beralih ke lumatan yang dipimpin oleh sang dominan. Lidah hangat itu mengabsen gigi-gigi (m/n) tak perduli (m/n) yang bergerak panik dengan wajah memerah.

Beberapa menit berlalu akhirnya lumatan brutal itu berakhir hingga menyisakan tali saliva yang masih tersambung antar kedua bibir.

Nafas (m/n) memburu, wajahnya memerah antara malu dan emosi bercampur. Dibanding Seungho yang bernafas biasa saja, sudah biasa sepertinya.

Ibu jari besar milik Seungho mengelap tali saliva di bibir (m/n) yang sedikit membengkak dan berair itu. Tidak ada perlawanan dari (m/n) sama sekali, atau mungkin ia terlalu syok?

"Bagaimana?" Pertanyaan singkat keluar dari bibir Seungho membuat (m/n) yang awalnya menatap ke arah kakinya beralih ke wajah Seungho.

Wajah bingung (m/n) membuat Seungho sedikit tersenyum. Sedikit.

"Sangat amatir." Nada mengejek keluar dari bibi Seungho, (m/n) mendelik karena mengerti maksud dari perkataan itu.

'Aku ingin bersuara tapi takut di brutalin lagi.' Batin (m/n).

"Katakan saja." Seungho berkata seakan tahu kalau (m/n) takut bersuara. "Mengapa anda mencium saya?" Akhirnya (m/n) berhasil mengeluarkan suara meski agak takut-takut.

"Karena aku mau."

Jawaban singkat dan tidak berguna itu membuat perempatan di dahi (m/n). Apalagi seringai memuakkan itu, untung wajahnya ganteng huh!

"M-maksudku kalau anda mau kenapa anda tidak mencium orang lain saja? Na-Kyum contohnya."

Seungho mengernyit dan menarik pinggang (m/n) yang duduk bersimpuh di hadapannya hingga berdekatan.

"Mengapa kau selalu mengucapkan nama pelukis itu saat kita berdua?" Seungho menatap dalam (m/n) hingga membuatnya sedikit salting.

"B-bukannya anda menyukai Na-Kyum?" Pertanyaan langsung keluar saja dari bibir (m/n).

Seungho mengusak rambutnya sendiri mendengar pertanyaan (m/n).

"Apakah yang ku lakukan tadi masih belum membuatmu mengerti? Haruskah aku melakukan hal lebih agar kau mengerti?"

(M/n) terdiam.

"Bukannya anda sudah biasa melakukan kontak fisik dengan orang lain? Mengapa saya harus merasa spesial?" Tanya (m/n).

Gantian Seungho terdiam mendengarnya, tatapan mata lelah ia berikan ke (m/n).

"Sudahlah, kau pergi saja." Usir Seungho, ia terlalu lelah menjawab pertanyaan milik (m/n).

≪•◦ ❈ ◦•≫

Hari-hari (m/n) jalani bingung dan berusaha untuk tidak terlalu percaya diri kalau Seungho menyukainya. Tidak mungkin kan perkara ia ke dunia ini, kisah cinta langsung berubah begitu saja?

"Na-Kyum~~" Rengek (m/n).

"Apa yang harus aku lakukan." Ucap (m/n) yang tengah bergelayutan di lengan Na-Kyum.

Na-Kyum menghela nafas lelah. "Ada apa (m/n)? Apa ada masalah lagi antara kau dan Lord?"

(M/n) menatap Na-Kyum sembari cemberut. "Dia tiba-tiba menciumku brutal." Ditunjukannya bibirnya itu.

"Wah... Sampai ke tahap itu kalian." Na-Kyum sedikit terperangah, karena yang ia tahu (m/n) tipe orang yang tidak suka kontak fisik yang terlalu intim.

"Hm? Memangnya kenapa? Bukankah baginya itu hal normal?" Tanya (m/n) menatap Na-Kyum bingung. Lagi-lagi Na-Kyum dibuat lelah oleh tingkah bodoh sahabatnya ini.

Na-Kyum mengusap wajahnya kasar. "Dasar, Lord tidak pernah mengizinkan orang lain menciumnya, tahu!"

"Memang benar dia sering berhubungan badan dengan banyak lelaki, tapi tak satu pun yang boleh menyentuh bibirnya!" Lelah Na-Kyum.

"Hah?" (M/n) terdiam.

"Dasar kau ini." Akibat kesal Na-Kyum mencubit kedua pipi (m/n) kuat-kuat.

"Maaf! Aku tidak tahu!"

≪•◦ ❈ ◦•≫

Kini bulan telah menunjukkan dirinya, suara serangga di malam hari serta angin malam yang berhembus lembut membuat (m/n) sedikit rileks dari kejadian hari ini.

Tangan kanannya bergerak mengusap bibirnya pelan. Rasa bibir sang dominan serta gerakan brutalnya itu masih terekam dengan jelas di kepala.

"Manis." Gumam (m/n) tak sadar.

"Hah? Aku sudah gila!" Seakan tersadar, (m/n) langsung mengusak rambutnya keras.

"Sangat tidak masuk akal, mengapa bisa jalan ceritanya berubah total?" Gumam (m/n) menatap bulan bersinar indah.

"Sedang apa kau di sini?"

Seungho berdiri di belakang (m/n) dan menatapnya. (M/n) yang duduk terpaksa mendongak membalas tatapan Seungho.

"Tidak apa-apa, hanya ingin menikmati angin malam. Kalau anda?"

Seungho menatap bulan dan berkata dengan nada datar, "Aku mendengar seseorang berteriak 'aku sudah gila' jadi aku mendekatinya."

Wajah (m/n) memerah malu. "Bagaimana anda bisa mendengar? Apakah sebesar itu?"

"Sangat besar, kau berteriak didepan ruanganku."

..

..

..

..

..

"Hah?"

'Aishh! Kenapa aku ga sadar!' tangisan imajiner mengalir deras dari mata (m/n).

'Bodoh!!!'

"A-ah, maaf mengganggu, tuan." (M/n) tersenyum paksa.

"Masuklah, angin malam sangat dingin." Seungho menepuk kepala (m/n) dan pergi dari situ.

(M/n) memegang pucuk kepalanya yang barusan ditepuk oleh Seungho. "Baik." Cicitnya. Blush

To be continued

(A/n) : tumbuh benih cinta~~~ sorry kalo ooc + typo.

[✓] Sorry, Wrong Isekai! (POTN x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang