° Part 5 °

5.3K 721 36
                                    

Peluh tak berhenti menetes di pelipis lelaki berwajah imut, tepat hari ini hukuman yang paling mengerikan dan mengorbankan harga dirinya dimulai.

Entah mengapa rasanya tuhan tidak mendengar seruan doa yang tak henti-henti ia ucapkan, berharap kembali ke dunia asli katanya.

'Masa baru masuk ke isekai langsung berak lancar.' Batin (m/n) menjerit.

Harga diri sebagai LAKIK benar-benar dipertaruhkan kali ini, bagai remaja labil (m/n) memikirkan banyak hal yang tidak masuk akal.

Na-Kyum hanya dapat menatap (m/n) iba, bahkan pekerjaan (m/n) hari ini tidak ada yang di lakukan dengan benar, sampai-sampai para noona khawatir kalau (m/n) sedang tidak enak badan.

"(M/n) bisa bantu noona sebentar?" Ucap salah satu gadis cantik di sana.

"Hm? Iya, butuh apa noona?" Tanya (m/n) sembari berjalan mendekati sumber suara.

"Em... Mungkin ini akan menghabiskan energimu, tapi kita butuh beberapa sayur untuk esok hari. Apakah (m/n) bisa membelinya di pasar?"

"Kalau tidak bisa, tidak apa-apa, soalnya (m/n) terlihat lel--"

"BISA! Akan ku belikan sekarang! Berikan daftar belanjaan dan uangnya." Potong (m/n) semangat.

'Hohoho tuhan benar-benar mendengar doaku.' Batin (m/n) bersemangat.

"Baiklah, ini uang dan daftarnya, hati-hati di jalan ya dan pulang jangan larut malam." Khawatir noona cantik itu.

"Tenang saja, aku bisa menjaga diri." Senyum (m/n).

Langit berubah berwarna oranye, semua orang berbondong-bondong pulang menuju ke rumahnya masing-masing, melepas penat yang dipikul sejak tadi pagi.

Namun, lain cerita bagi lelaki imut satu ini, kakinya bergerak membawa dia pergi ke tempat-tempat asing, berusaha mencari sesuatu yang menarik agar tidak pulang ke tempat jahanam itu.

Keranjang penuh sayur setia ia genggam di tangan kiri, sembari melihat ke kiri kanan mencari jajanan yang menarik mata.

Gaji yang ia dapat tidak akan langsung habis hanya untuk membeli jajanan murah di pinggir jalan. Jujur saja banyak sekali makanan yang belum pernah ia coba di dunianya yang asli.

Tak terasa waktu ia habiskan hanya untuk mencoba stand makanan di pinggir jalan. Gaji yang ia dapat seketika berkurang banyak.

Kalau uang habis untuk makanan itu gapapa, asal perut kenyang hati senang. Katanya.

Entah sudah pukul berapa sekarang, bisa-bisa ia dipecat tanpa basa-basi. (M/n) akhirnya memilih untuk lanjut berjalan menuju tempat yang ia takuti.

'Katanya lakik kok takut.' Batin (m/n) menghibur diri.

Kini langkahnya berhenti di gerbang besar kediaman Lord Seungho. Entah berapa banyak skenario yang ada di kepala kecil (m/n).

Jantungnya tak henti-henti berdegup kencang, padahal saat itu udaranya dingin namun ia berkeringat lumayan banyak.

Genggaman di keranjang sayur ia pegang dengan kuat. Mengambil langkah pasti untuk mendorong gerbang besar itu dan berjalan masuk.

Pupil matanya melebar saat melihat salah satu noona yang barusan beberapa jam yang lalu meminta tolong (m/n) membeli sayur, tengah berlutut di hadapan Seungho.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya (m/n) dengan suara kecil namun masih bisa di dengar. Tubuhnya hanya berdiri kaku akibat syok.

Seketika semua mata tertuju pada (m/n) seorang yang berdiri kaku dengan keranjang penuh sayur di tangan kirinya. Tatapan mata Seungho menajam melihat (m/n).

[✓] Sorry, Wrong Isekai! (POTN x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang