■ Epilogue ■

5K 556 74
                                    

"Jadi... Bagaimana menurut anda proses kerja sama perusahaan kita dengan YS Company?"

(M/n) merapikan jas hitamnya dan menjawab.

"Ku rasa tidak ada salahnya berkerja sama dengan mereka, keuntungan yang kita dapatkan juga lumayan." Yang di balas anggukan sekretarisnya.

Kini pria bernama (full name) sudah bukan lagi seorang pekerja biasa di sebuah perusahaan. Namun, karena keadaan yang memaksa akhirnya ia merintis sebuah bisnis sendiri.

Yang berakhir sangat memuaskan.

"Kalau begitu sisanya kuserahkan padamu, telepon aku bila ada apa-apa, mengerti?"

"Baik, tuan."

≪•◦ ❈ ◦•≫

Brum

Sebuah mobil BMW i8 membelah jalan yang tengah dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang. Kini waktu sudah menunjuk ke arah waktu makan siang, tak heran jalan dipenuhi oleh kendaraan.

Pria manis namun juga tampan melepas jas hitamnya yang sedari tadi melekat di tubuh sejak awal mengikuti rapat. Kini tersisa kemeja putih serta rompi hitamnya.

"Makan apa ya?" Gumam (m/n) yang masih berada di dalam mobilnya.

Rambut yang biasa menutupi dahi kini disisir rapi ke atas menyisakan beberapa helai yang jatuh ke dahi.

"Cafe? Hooo... Mereka jual makanan berat juga. Ya sudah." Setelah melihat sekitar akhirnya (m/n) berhenti di sebuah cafe bernuansa Italia.

(M/n) mengambil tempat berdekatan dengan jendela. Untuk cuci mata, katanya.

"Selamat siang, tuan. Anda ingin memesan apa?" Seorang pelayan mendatangi (m/n).

"Saya pesan spaghetti carbonara dan teh chamomile."

"Baik, akan kami persiapkan selama kurang lebih 15 menit."

..

..

Setelah makan siang, (m/n) memilih untuk berkeliling sebelum pergi ke kantor. Salah satu tempat yang menarik matanya adalah Museum.

Tempat yang berisi barang-barang bersejarah dan penuh kisah. Tempat yang tak pernah (m/n) bosan datangi setelah ia bangun dari tidur panjangnya.

Kira-kira berapa lama ya setelah mimpi panjang itu? 2 tahun? Mungkin.

Namun entah mengapa ia tak mengingat apa pun.

Sebuah lukisan bernuansa Korea kuno berhasil menarik mata (m/n). Hingga seorang gadis manis mendatanginya.

"Apa pendapat tuan dari lukisan tersebut?" Tanyanya.

"Hm? Entahlah. Lukisan yang indah namun menyedihkan." Jawab (m/n).

Ya, benar. Lukisan yang kini mereka tatap sangat indah namun menyedihkan.

Lukisan yang berisi seorang lelaki bertubuh tegap yang tengah menggendong seorang lelaki yang lebih kecil di dalam dekapannya.

Mereka berdua menjadi pemeran utama di dalam lukisan tersebut meskipun masih ada orang lain di dalam lukisan itu.

"Ah! Apa tuan juga tertarik dengan lukisan ini?" Sang gadis bertanya ke arah orang yang berada di belakang (m/n).

"Hm? Lumayan." Suara bariton menjawab.

Sang gadis lanjut memberikan pertanyaan. Hingga (m/n) membalikkan tubuhnya akibat penasaran siapakah orang dibelakangnya ini.

"Eh? Tuan Yoon?"

"Hm? Ah, tuan (last name)."

Gadis itu perlahan menjauhkan diri dari mereka.

"Jadi, anda menerima permintaan kerja sama kita?" Lelaki yang dipanggil Tuan Yoon itu bertanya.

"Iya hahaha. Saya lumayan tertarik dengan perusahaan milik anda, tuan Yoon."

"Jangan terlalu kaku, panggil saja aku Seungho. Karena kita akan semakin dekat nantinya." Ucapnya dengan senyum tipis.

"Ah! Kalau begitu panggil saya (m/n) saja."

Kedua lelaki bersalaman di depan lukisan indah tersebut.
































"Mereka kembali bertemu meskipun tidak direncanakan olehku. Hah.. Yang namanya jodoh memang tidak bisa dipisahkan, ya."

- End

Thank you sudah dukung story ini dari awal <3
See you di story berikutnya.




























Btw, mau bonus chap?

[✓] Sorry, Wrong Isekai! (POTN x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang