23

4.9K 252 2
                                    

a.n

Haihaii!
Ya ampun berapa tahun gak update. Hahaha. Maaf banget updatenya telat. Ide macet, mikir sma dimana plus lagi namatin 3 novel. Btw, thanks yang udah ngevote, comment dan baca teenfic ini. 1 chapter lagi cerita ini bakalan selesai. hm.

Enjoy! xx

##

"Natha."

"Nat!"

"Natha, gue mau ngomong sama lo!"

Natha akhirnya berhenti berlari. "Apa mau lo? Lo mau tau jawaban gue? Gue nolak lo buat jadi pacar gue."

"Nat, gue bisa jelasin tentang kejadian di lapangan itu. Please dengerin gue dulu." kata Dika sambil menahan tangan Natha.

"Semuanya udah jelas, Dik. Gue capek." kata Natha. "Tolong. Jauhin gue."

"Gak. Gue gak akan pergi dari lo."

Natha pun langsung menatap Dika tajam. "Oke. Setelah lo denger penjelasan dari gue, gue akan pergi." kata Dika.

"Apa lagi sih, Dik, yang mau dijelasin?" tanya Natha. "Semua udah jelas."

Dika menarik Natha ke taman sekolah dan duduk di salah satu bangku yang ada di sana. "Duduk. Biar lo lebih tenang."

Natha akhirnya duduk di sebelah Dika tanpa suara. Natha terlihat resah dan seperti ingin menangis. Dika tersenyum. "Maaf."

Hening.

"Jadi, lo mohon-mohon buat ngomong sama gue dan narik gue ke sini cuma buat bilang maaf?" kata Natha dengan ketus sambil berdiri yang akhirnya ditarik kembali oleh Dika untuk duduk.

"Maafin gue karna udah nyakitin lo. Jujur. Gue sayang sama lo, Nat. Sayang banget. Gue gak mau lo pergi dari gue. Dari kehidupan gue. Kejadian di lapangan kemaren itu cuma salah paham. Nasha tiba-tiba aja meluk gue dan nangis. Gue refleks bales pelukan dia karna gue gak tega ngeliat cewe nangis.

"Gue minta maaf banget. Gue tau gue jahat banget. Gue-"

"Dik, maaf. Gue gak bisa."

##

Natha's POV

Berat rasanya ninggalin orang yang lo sayang. Apalagi lo tau kalo dia juga sayang sama lo. Tapi gue gak mau ngeliat persahabatan dia sama Zafran ancur.

Gue merhatiin dia selama ini. Gue tau mereka berantem dan akhirnya gak deket lagi. Gue gak mau jadi perusak persahabatan orang. Jadi, mending gue pergi dari kehidupan dia kan? Lagi pula itu udah masa lalu bagi gue.

"Nat, tolong bawain ini ke perpus dong. Nanti gue nyusul. Mau ke toilet dulu nih. Bye!" kata Farrah sambil memberikan setumpuk buku lalu pergi ninggalin gue. Duh. Sahabat macem apaan coba dia. Hahaha. Canda, Far.

"I'm stuck in the dark but you're my flashlight. You're gettin' me, gettin' me through the night-Aw!" Seketika buku yang gue pegang jatuh ke lantai berserakan. Barusan aja gue ditabrak atau gak sengaja nabrak orang.

"Maaf banget ya! Sumpah gue gak sengaja!" kata orang yang nabrak gue yang saat ini lagi bantuin gue beresin buku di lantai.

Setelah rapi, gue langsung berdiri. "Makasih." kata gue. Kalo kalian mau tau siapa yang nabrak gue, tebak aja. Dia cowo yang saat ini paling males gue temuin. Kalo kalian mikir itu Dika, 100 buat kalian!

Itu terakhir kalinya gue nabrak dia. Harus. Gue gak boleh ngelamun sambil nyanyi kayak tadi. Sumpah. Gue benci sama dia. Oke gue ngerasa lebay sekarang. Tapi ya itu perasaan gue sekarang. Galau.

"Nat!"

Itu Dika? Suara Dika? Dia manggil gue? Gue langsung lari pergi dari situ. Aduh. Kenapa perpus jauh banget dari kelas gue?

"Nat! Jangan lari dong!"

Wait. Gue berhenti dan mencerna suara itu. Itu suara teriakan cewe. Gak mungkin Dika teriak suaranya cewe. Ini kenapa gue error banget sih?!

"Nat! Parah banget lo. Sumpah ini kaki gue. Lo wajib traktir gue es jeruk!" kata Farrah yang ternyata dialah yang dari tadi manggil gue.

"Maaf, Far. Gue kira lo itu.. hm." kata gue. Duh gue gak mungkin bilang tadi gue tabrakan sama Dika. "Gue kira lo hantu. Tadi malem gue abis baca novel horror gitu deh."

"Sialan lo! Masa orang cantik kayak gue gini dikira hantu. By the way, lo baca novel? Gue gak salah denger?" kata Farrah yang baru gue sadari dia udah ngambil setengah tumpukan buku dari tangan gue.

"Udah lah lupain aja."

"By the way.." kata Farrah. "Eh, gak jadi deh."

Lama-lama gemes gue sama Farrah. "Labil banget sih lo. Untung gue baik."

##

Setelah menaruh buku-buku di perpustakaan, gue sama Farrah numpang ngadem ceritanya di perpus. "Nat, sebenernya sih gue gak mau ragu gini sama lo tapi.."

Gue menghela napas. "Ya udah kalo ragu ngomong aja apa yang lo raguin dari gue. Gue asli cewe kok. Bukan banci apalagi cowo."

"Hih! Lawak banget lo." kata Farrah. "Gue penasaran lo tadi kenapa canggung gitu deh."

"Canggung?"

"Iya. Lo agak aneh gitu belakangan ini. inget ya, Nat. Lo gak bisa bohong sama gue. Gue udah kenal lo lama. Gue tau banget kalo lo lagi nutupin sesuatu. Masalah Dika."

"Far." kata gue. Ini nih. Gue kadang suka males cerita suatu hal. Tapi sahabat gue kelewat baik. Perhatian banget sama gue.

"Natha, kalo lo gak mau cerita sekarang gak apa-apa. Tapi lo harus cerita. Sama siapa aja, terserah lo. Gak baik mendem masalah sendiri. Ok?"

Gue jadi merasa bersalah sama Farrah. "Duh, Far. Mungkin gue butuh refreshing. Misalnya kuliah di luar negri gitu atau luar kota."

"Lo yakin sama keputusan lo itu?"

"Yakin."

"Gue dukung semua keputusan lo. Jangan pernah nyerah dan putus asa." kata Farrah. "Mungkin dia bukan jodoh lo. Mungkin juga lo jodoh sama bule. Caspar mungkin atau jangan-jangan sama Niall?"

"Amin aja deh, Far. Hahaha"

Gue yakin banget bakal kangen sama makhluk kayak Farrah. Dia temen gue yang paling absurd dan tak kan tergantikan banget!

Good bye, Jakarta. Good bye Farrah. Good bye, Zafran.

Good bye, Theo Adika Abram.

Blue & CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang