22

3.8K 252 0
                                    

a.n
Akhirnya UN selesai!! Ya ampun. Udah kayak seabad gak buka wattpad. Gak nulis. Gak ada ide juga sih. Doain ya nilainya bagus. Amin!

Thank you yang udah read, vote, comment dan masukin cerita ini ke reading listnya!

Enjoy yaa;)

##

Aku yang biasanya semangat jika ingin berangkat sekolah sekarang berubah menjadi sangat malas. Rasanya aku hanya ingin menghabiskan waktu di kamar sambil mendengarkan lagu-lagu sedih.

Dari kemarin, aku sangat ingin pergi dan membakar rumah Dika supaya dia lenyap dari hidupku. Supaya aku bahagia dan hidupku damai tanpanya. Supaya aku tidak merasakan sakit hati seperti yang kurasakan saat ini.

I wish that I could wake up with amnesia
And forget about the stupid little things
Like the way it felt to fall asleep next to you
And the memories I never can escape
Cause I'm not fine at all

Tanpa kusadari, aku bernyanyi dan meneteskan air mataku. Aku terlalu bodoh. Kenapa aku menangisi orang yang sangat tidak pantas untuk ditangisi? Hah. Betapa bodohnya aku.

"Lica! Ayo berangkat! Nanti kamu telat."

Astaga! Aku sampai lupa kalau seharusnya aku berangkat ke sekolah. "Iya, bu! Sebentar!"

Akhirnya, aku berangkat ke sekolah bersama ibuku. Sepanjang perjalan, aku hanya meratapi jalan. Mungkin ibuku akan bingung kenapa aku bertingkah seperti ini.

"Lica kenapa? Biasanya kalau di mobil main handphone sambil cekikikan." tanya ibuku. "Galau karena Dika gak jemput?"

"Apaan sih ibu?!"

"Jadi, gak mau cerita nih sama ibu?"

Aku mendengus kesal. "Aku gak kenapa-napa. Cuma lagi males main hp aja kok."

"Kalau lagi ada masalah, cerita aja sama ibu. Kalau gak mau sekarang, kapan pun ibu siap dengerin curhatan kamu."

"Gak. Aku gak ada masalah." kataku. "Ibu sok tau banget sih."

Ibu tertawa. "Ibu yang ngelahirin kamu. Ibu bisa ngerasain apa yang kamu rasain, Lica."

##

Author's POV

"WOI!"

"AAAAAAAA!"

"Anjir lo! Telinga gue sakit banget." kata Farrah sambil mengusap-usap telinganya.

Natha mendengus. "Lagian. Lo sih! Ngapain ngagetin gue kayak gitu?!"

"Lo juga! Kenapa melamun mulu seharian?" tanya Farrah. "Ah, gue tau! Pasti karena cowo!"

"Gak usah sok tau deh!"

"Alaaah! Bilang aja bener, Nat!" kata Farrah.

"Elah deh. Capek gue ngomong sama lo!"

"Bener kan? Pasti karena Dika." kata Farrah yang akhirnya duduk di sebelah Natha. Mereka berdua sekarang sedang berada di taman belakang sekolah. Tepatnya sedang duduk di kursi sambil melihat pemandangan.

"Gue kenal sama lo udah lama banget, Nat. Gue tau kalo lo sedih, seneng, atau bete. Gue tau semuanya."

Natha menghela napasnya. Mau menyembunyikan seperti apa pun, Farrah memang pasti akan tau. "Far."

"Yap?"

"Gue capek banget deh. Rasanya mau move on aja."

Farrah tersenyum. "Gue dukung apa pun yang lo lakuin asal itu hal yang positif."

##

"Zaf."

Zafran yang dipanggil pun menengok ke sumber suara. "Ngapain lo manggil gue?"

"Please deh. Gue gak bisa kita gini terus," kata Dika. "Oke. Gue udah gak ngedeketin Natha."

"Hahaha. Lo nyerah gitu aja? Terus nyerahin Natha ke gue?" tanya Zafran sambil menyeringai.

"Gue.. Gue-"

"Dik, Natha suka sama lo! Mau gue ngejar dia sampe ke kutub pun juga gak bakal ngaruh." kata Zafran yang justru membuat Dika semakin pusing.

Dika menaruh kepalanya di meja. "Gue pusing, Zaf. Kayaknya gue udah buat dia sakit. Sakit hati."

"Emang lo ngapain dia?" tanya Zafran. Dika pun mengangkat kepalanya.

"Kemaren, gue meluk Nasha. Sebenernya Nasha yang mulai. Dia lagi stress gitu karena mau pindah ke luar negri. Terus ya udah gue berusaha buat nenangin dia dengan cara meluk dia." jelas Dika. "Tapi gue gak bisa memprediksi kalo di situ ternyata ada Natha yang baru aja kemarennya gue tembak."

"Anjir! Cowo macem apa lo?!" teriak Zafran yang langung dihadiahi dengan tatapan tajam dari Dika.

"Ngomongnya gak usah kenceng-kenceng kali."

Blam!

Suara pintu tertutup mengagetkan Dika dan Zafran. Ternyata, orang yang menutup pintu itu Natha. "Anjir! NAT! Lo bikin gue kaget tau! Untung gue gak mati!"

Natha mengabaikan omongan Zafran. Farrah yang ada di belakang Natha langsung mendatangi Dika dengan tatapan yang sangat menyeramkan.

"Dik, maksud lo apa? Lo nembak Natha terus kemaren lo pelukan sama Nasha." teriak Farrah.

Natha yang mendengarnya langsung menarik tangan Farrah. "Gue gak mau bahas itu lagi, Far. Please. Gak usah dibahas."

Maaf, Nat. Maafin gue., batin Dika.

Blue & CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang