Tersesak beriring kabut, menguak hal yang telah larut dalam hangat ruang ini ku tersudut menerjang ingatan yang telah kusut. Ungkapan ini selalu terngiang diingatanku, hingga membuatku merasa bahwa aku tak layak untuk bertahan hidup. Hidup penuh dengan ketenangan adalah impian bahkan keinginan semua orang, namun tidak semua orang dapat merasakannya. Namaku ikhwan seorang anak penyandang berkebutuhan khusus, dibidang ilmu kedokteran kerap dikenal sebagai Tuna Daksa. Istilah lain mengatakan tuna daksa adalah kelainan atau kecacatan syaraf pada tulang, tentu hidup dengan keadaan seperti ini tidaklah mudah, perlu perjuangan yang keras bahkan menikmati cobaan yang sangat banyak. Seolah olah semesta seakan mempermainkan perasaanku, rasanya aku muak dengan semua yang ku alami perundungan dan bullying seringkali ku dapatkan. Entah apa dan mengapa semua orang suka sekali mengganggu ku, entah apa salah dan dosaku sehingga aku harus menjalani hidup seperti ini, terkadang orang lain berfikir menjadi sepertiku itu adalah hal yang sangat menyenangkan karena menurut mereka menjadi diriku itu dapat mengundang rasa perhatian yang berlebih bagi sebagian orang namun, bagiku tidak sama sekali. Bagiku menjadi diri yang seperti ini tidak sebahagia yang dipikirkan oleh mereka. Terkadang rasa iri sering muncul di benak kalbuku, dan pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam pikiranku "Mengapa aku harus hidup seperti ini"? "Enak yah jadi manusia biasa yang normal, bisa melakukan apa saja tanpa harus melibatkan rasa sakit yang akan diderita oleh fisik, dan lain sebagainya. Tak lama aku berpikir sejenak akan kejadian yang pernah ku alami sebelumnya.
Flashback On
"Haha,, dasar pincang, kamu enggak merasa malu akan keaadanmu?"
"Eh kamu enggak usah sok sok an sedih deh norak!"
"Jangan melihatku, karena aku membencimu!"
"hmmm... Kenapa kamu harus hidup kalau kamu kaya gini memalukan, kalau aku jadi kamu aku sudah bunuh diri!"
"Dih, kamu ngapain senyum sendiri kamu tuh jelek enggak cocok senyum!"
"Duh si pincang lewat nih aduh kabur"
Flashback Off
Begitulah ungkapan yang selalu terbesit di dalam pikiranku, sehingga aku merasa hidupku sangat payah dan tidak berguna, kadang kala jika rasa putus asa menguasaiku, seringkali aku ingin melakukan hal- hal diluar nalar salah satunya bunuh diri. Namun, disaat bersamaan ada pula seseorang yang menghalangiku untuk melakukan hal yang bodoh itu. Perlahan rasa sadar mulai muncul di dalam pikiranku, namun belum berarti rasa putus asa ini akan menghilang secepat itu, semuanya akan membutuhkan waktu dan proses yang lama.
"Hidup memang penuh dengan kepahitan, kesedihan, dan lika liku yang membuatku resah, terkadang diri ini sering kali mencoba untuk menjalaninya, namun semesta tidak memihak ku dunia sungguh kejam sehingga aku tak sanggup menggapai impianku, kini usik dan nestapa yang selalu ada bersama di benak kalbuku"
Taliwang, 30 April 2023
Ahlakul Hikmawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Usik [SLOW UPDATE]
Non-Fiction"Usik" Mengangkat tema bullying dan hak kesetaraan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia pada 2020 adalah 22,5 juta. Sementara Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 mencatat ada 28,05 juta penyandang disab...