2. Wisata Masa Lalu Yang Kelam

81 19 6
                                    

Disela-sela aku tertidur lelap, terkadang fikiranku seringkali membuatku terambang didalam masalah yang selalu larut di kehidupanku. Masalah itu bisa juga menjadi pemicu yang sangat ampuh untuk menggagalkanku untuk tidur, namun, sangat disayangkan hal itu kerap datang dan selalu menyiksaku.

DRIT.... DRIT.... DRIT.....

Suara dering ponsel yang keras itu sontak membuatku terbangun dari tidurku. Aku berlari kecil dari kamarku menuju sumber suara deringan ponsel tersebut, di papan nama kontak berisi nama Fiola. Kemudian aku menjawab panggilan tersebut.

"Halo, ada apa Fiola? Tumben kamu menelfonku" tanyaku padanya dengan suara sedikit lemas.

"Hai wan, nggak apa-apa kok cuma mau cerita aja. Ngomong-ngomong kamu kenapa? Apa kamu sedang sakit?" tanya fiola padaku dengan sedikit rasa cemas.

"Hmmm... Santai aja kali fi, aku nggak sakit kok cuma baru bangun tidur aja, emang mau cerita apa?" jawabku dengan santai padanya sembari menuangkan segelas air di dapur.

"Hufft, syukurlah kalau begitu. Aku terkejut dengan suaramu yang sedikit lemas, makanya aku mengira kamu sedang sakit. Sebenarnya sih aku mau cerita masalah pendaftaran kuliahku wan." terangnya jelas padaku dengan sedikit gugup.

"Loh-loh, ada apa dengan pendaftaran kuliahmu fi?" Jawabku dengan sedikit kaget.

"Tes TOEFL itu gimana sih wan? Kalo nggak salah TOEFL itu kaya susun kata-kata yang rumpang kan?"tanya fiola dengan sedikit bingung.

"Lah, itu kamu udah tau terus mengapa kamu bertanya?" jawabku singkat sambil merapikan tempat tidur.

"Owalah, gitu ya? Maaf deh wan hehe aku kan juga baru tau" jawabnya sembari tertawa kecil.

"Itu aja kan yang kamu tanyain? Nggak ada yang lain lagi kan?" tanyaku singkat.

"Cuma itu aja kok wan, makasih ya udah bantu jawab pertanyaanku, setidaknya aku bisa tenang sekarang. Ya sudah aku tutup dulu ya wan" jelasnya padaku dengan nada lega.

"Iya sudah, kebetulan aku juga harus memgerjakan pekerjaan yang harus aku selesaikan"jawabku jelas damn segera mematikan obrolan telepon.

Fiola adalah teman sekolah SMA ku, bagiku dia sangat pamdai dan cerdas. Bagaimana tidak dia selalu mendapatkan juara di kelasnya. Namun, guru menganggap aku adalah siswa yang pintar, jangankan pandai juara kelas pun aku tidak pernah. Mereka seringkali mengatakan aku adalah siswa pintar dengan alasan aku mahir dalam berbahasa Inggris. Padahal, aku juga mahir karena ada kemauan di dalam benak diriku.

Kini malam telah tiba, biasanya setelah sholat aku dan keluarga langsung bergegas ke dapur dan duduk di kursi meja makan. Makanan malam ini adalah Ayam tempe sambal, ikan nila goreng, sayur kelor, dan sambal terasi. Rasa kenikmatan dari masakan berhasil menghanyutkan kami, seakan kami sedang memakan masakan ala restoran dengan konsep masakan rumahan. Tak lama kemudian, papah bertanya satu hal padaku.

"Wan, sekarang kan kamu sudah kelas  XII, nanti kamu kuliahnya bagaimana nak? Kamu kan tahu papah tidak punya uang untuk membiayai kuliahmu nak"jelasnya panjang lebar dan terus terang sembari meninum segelas kopi panas.

"Hmmm.... Gimana ya pah, sebenarnya aku ingin sekali untuk kuliah tapi keadaan tidak berpihak padaku pah. Lagipula mamah juga sedang sakit, takutnya kalo aku kuliah mamah nanti tidak terurus dengan baik pah"jawabku dengan jujur sambil mendengarkan musik di ponselku.

"Apa kamu yakin dengan keputusanmu nak? Kamu tidak mau mencoba untuk fikir-fikir dulu?"tanya ayahku singkat sambil mengerutkan dahinya.

"Insyaallah aku yakin kok pah, namti juga jikalau seandainya ada tawaran beasiswa disekitar sini pasti aku bakal ambil pah" jawabku sambil tersenyum lebar di teras rumah.

Usik [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang