Sesaat jam kosong di kelas, sebagian siswa berlarian kesana-kemari dan bermain berbagai macam jenis permainan. Lalu, bagaimana denganku? Tentu saja, aku hanya bisa terduduk diam membisu di bangku ku seorang diri. Terkadang, aku sering mengunjungi kantin dan perpustakaan sekolah hanya untuk menghilangkan rasa bosan. Ya, mungkin hanya itu yang dapat aku lakukan bagaimana lagi? Luas lahan sekolah ku saja sangat kecil, dan jikalau harus mengutari halaman sekolah terasa sangat cepat, mungkin jika di ibaratkan membaca tiga bab cerpen sudah selesai mengutari area sekolahku. Namun, sangat disayangkan masih saja ada beberapa oknum yang selalu mengusik ku. Aku merasa aneh akan hal itu, mengapa mereka seringkali menggangguku apakah aku ada masalah pada mereka? Hingga beberapa saat kemudian sosok oknum tersebut datang mendekatiku.
"Hei, kamu kok bangga si hidup dengan keadaan seperti ini hah!" pinta salah satu dari oknum itu yang bertubuh tinggi besar dengan tatapan mata yang tajam.
"Aku disini hanya mengutari halaman sekolah saja, ada masalah?"tegasku sembari memikirkan cara untuk kabur dari mereka.
"Apa!? Mengutari halaman sekolah? Apa kamu sadar kamu sudah mempermalukan harga diri kamu sendiri! Haha"bantah remaja tinggi besar itu sambil tertawa terbahak-bahak dengan kencang, sementara itu area halaman depan sekolah dipenuhi oleh riuhan para siswa.
"Ada apa kamu tertawa terbahak-bahak seperti itu apa ada yang lucu?"tanyaku pada remaja itu sembari menatapnya serius.
"OH.... KAMU SUDAH MULAI BERANI YA"
BRUKK!!
Seketika, remaja itu mendorongku dengan sangat keras, sehingga aku yang menjadi penderita tuna daksa terjatuh dengan sangat cepat. Rasanya sakit sekali, para siswa lain hanya bisa melihatku saja dari jauh, namun aku tak habis pikir tiba-tiba Aldi dan Fira datang untuk segera menolongku.
"HENTIKAN! SUDAH CUKUP!! Pinta Fira dengan tegas di halaman sekolah.
"KALIAN JANGAN COBA UNTUK BERANI MACAM-MACAM YA!"tegas Aldi sembari berlari kecil menuju halaman sekolah.
"KENAPA HAH! DIAM INI BUKAN URUSAN KAMU, URUSIN AJA ORGANISASI MU ITU!"jawab remaja tinggi besar itu sambil meregamkan tangannya.
PLAKKK!
Dengan cepat dan sigap Aldi menghajar remaja tinggi besar itu, sementara Fira segera membawa ku ke ruang UKS untuk diobati. Sedangkan Aldi masih sangat tak terima akan kejadian yang aku alami, beberapa saat kemudian pak junaidi datang dan segera memisahkan pertengkaran itu.
"ALDI HENDRI CUKUP HENTIKAN!" amarah pak junaidi sangat memuncak, hingga suaranya bisa terdengar hingga ruang UKS.
"CUKUP! KALIAN BERDUA IKUTI SAYA KE RUANG BK SEGERA!"pinta pak junaidi sambil mengikuti Hendri dan Aldi menuju ke ruang BK.
Sementara itu di sisi lain, aku merengek kesakitan melihat luka ku. Fira melakukan segala cara untuk menghiburku dan menenangkanku.
"Sudah Wan, tenang ya pak junaidi telah mengurus mereka"katanya dengan nada lembut sambil mengobati luka lecet di kakiku.
"Hmm... Gimana ya fir? Aku cuma ga habis pikir aja dengan kelakuan mereka padahal, aku tidak berbuat apapun. Kadang-kadang suka mikir kenapa si orangcorang di dunia ini tidak paham atas apa yang aku alami? Bukan hanya aku saja, banyak juga anak-anak lain yang merasakan hal yang sama sepertiku"jelasku panjang lebar padanya sembari berbarimg di ranjang ruang UKS.
"Santai Wan, dunia memang begini, kejam, penuh rintangan, bahkan sebagian penghuninya menilai bahwa dunia itu tidak adil. Namun, penilaian itu menurutku salah, karena dengan seperti itu kamu sama saja menyerah dengan apa yang kamu hadapi"jelasnya padaku sambil memberikan senyuman lebar yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Usik [SLOW UPDATE]
Não Ficção"Usik" Mengangkat tema bullying dan hak kesetaraan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia pada 2020 adalah 22,5 juta. Sementara Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 mencatat ada 28,05 juta penyandang disab...