Chapter 7 : Desire makes idiots of all of us

441 57 1
                                    

—Moth To A Flame—
Kim Jiwoong x Seok Matthew
Desire makes idiots of all of us

—Moth To A Flame—Kim Jiwoong x Seok Matthew Desire makes idiots of all of us

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Matthew POV]

Padahal ibuku baru memberi tahu tadi pagi, siangnya tiba-tiba Gyuvin datang dan aku tidak ada persiapan sama sekali. Sore harinya Jiwoong hyung pulang karena di apartementku hanya ada satu kamar dan aku harus berbagi tempat tidur dengan Gyuvin.

Kim Gyuvin adalah teman kecilku, kami sama-sama lahir dan besar di Vancouver, Kanada. Ayah kami berteman dari masa sekolah sampai bekerja di perusahaan yang sama dan mereka ke Kanada bersama karena urusan pekerjaan. Aku dua tahun lebih tua darinya jadi dulu aku merawatnya seperti adikku sendiri, aku dan kakak perempuanku benar-benar menganggap Gyuvin seperti keluarga kami sendiri karena dia anak tunggal yang hanya punya kami sebagai teman yang tidak jauh usianya.

Tapi saat dia berusia 10 tahun, namun saat projectnya selesai Ayah Gyuvin memilih bekerja di Australia karena lebih tertarik dengan bidang tambang yang ditawarkan kerabatnya. Ibu Gyuvin juga dulu kuliah disana dan ingin membuka toko kue bersama teman-temannya, jadi mereka sekeluarga pindah ke Australia sedangkan aku dan Yaebin noona di bawa kembali ke Korea. Tak lama dari itu ayahku kembali ke Kanada untuk membuka bisnis dengan koneksinya disana tapi aku dan noona sudah semakin besar dan tidak mau kehilangan teman-teman kami makannya kami menetap di Korea, tapi setelah lulus sekolah Yaebin noona memilih kuliah di Washington jadi tinggal aku yang berada di Korea sendirian.

"Hyung, apa aku boleh menaruh baju di lemarimu?" Tanya Gyuvin yang sedang membongkar dua koper besarnya.

"Iya pakai saja, yang sebelah kanan masih banyak yang kosong." Aku punya dua lemari besar dan karena aku bukan penggemar fashion dan suka belanja jadi isi lemariku ya itu-itu saja sampai aku benar-benar bosan atau memang sudah tidak layak pakai.

"Bahasa Koreamu lancar sekali Gyuvin-ah." Aku memujinya, karena seingatku ini pertama kalinya dia tinggal di Korea ya walaupun dulu kita memang berbicara campur karena orang tua kami tetap mengajarkan bahasa Korea.

"Jangan salah, aku di Australia masuk sekolah Korea, teman-temanku banyak orang Korea dan di rumah juga terkadang aku menggunakan bahasa Korea." Dia begitu santai, seperti orang yang sudah bertahun-tahun tinggal di Korea bahkan dia bicara banmal.

"Tapi kau tidak bisa bicara seperti itu pada orang yang tidak mau kenal." Aku hanya sedikit memperingatinya saja.

"Iya hyung... Aku tahu. Aku sudah ahli tenang saja." Gyuvin tersenyum begitu percaya diri lalu membuka lemari yang aku maksud.

"Sini aku bantu." Aku ikut mengangkat baju lainnya dan menghampirinya, tapi dia terdiam di depan  lemari.

Aku berkedip cepat dan melihat ke dalam, astaga aku lupa di dalam sana ada baju-baju Jiwoong hyung.

"Ah maaf, ini ditumpuk saja." Aku buru-buru meletakan baju Gyuvin di kasur lalu beralih menumpuk asal baju Jiwoong hyung di pojok karena dia suka sekali memisahkan baju sesuai warna jadi satu deretan ini terisi semua.

Moth To A Flame (Woongmatt/Ppusamz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang