Rahasia Umum

275 22 1
                                    

Subhanallah
Alhamdulillah
Lailahaillallah
Allahu akbar

Allahumma shalli wa salim ala sayyidina Muhammad.

🦋

"

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah."

(HR. Muslim no. 1467)

🌼

Hari menjelang siang, usai menyapu seluruh ruangan dilantai satu dan dua, Nashwa berjalan mundur menuruni satu persatu anak tangga sambil mengepelnya dengan air pembersih lantai. Ia tak melihat ke belakang hingga ia terhenyak ketika punggungnya menabrak sesuatu.

"Perasaan dindingnya masih jauh deh," gumam Nashwa sambil mengelap keringat di dahinya.

"Jadi kamu anggap saya ini dinding?" Suara bariton itu mengejutkan Nashwa, belum selesai keterkejutannya, sebuah tangan kekar memutarbalikkan tubuhnya hingga matanya bertemu dengan tatapan elang yang membuat jantungnya berdegup tak sesuai irama.

Alat pel di genggaman Nashwa jatuh ke lantai, menimbulkan suara berisik. Itu karena tangannya tremor apabila berdekatan seperti ini dengan Fahd yang kini berstatus suaminya.

"Ma-maaf, tadi aku nggak liat, a-aku lanjut ngepel ya." Nashwa mencoba melepaskan tangan Fahd yang masih melingkar di pinggangnya. Namun bukannya lepas, rengkuhannya malah semakin erat. Membuat tubuh Nashwa dan Fahd tak lagi berjarak.

Nashwa sampai menahan nafas apalagi ketika Fahd memajukan wajahnya, ia sontak memejamkan mata. Seringai licik muncul di bibir tipis Fahd, laki-laki yang punya senyuman manis itu gemas dengan kegugupan Nashwa.

"Nggak ada ngepel-ngepel, ini jam istirahat, kamu harus ikut saya makan siang," bisik Fahd tepat di samping telinga Nashwa, sengaja menggoda gadis lugu itu.

"Buka mata kamu, saya belum pengen cium kamu," lanjutnya yang membuat pipi Nashwa bersemu merah karena malu.

"Astaghfirullah...." Nashwa mengambil nafas sebanyak-banyaknya setelah Fahd melepasnya. Ia memandangi punggung Fahd yang baru saja pergi seraya menyentuh pipinya yang masih terasa panas, pasti sudah semerah udang rebus, pikirnya malu.

Belum selesai Nashwa menormalkan detak jantungnya, suara bariton itu kembali membuatnya terkejut.

"Nashwa!"

"I-iya, se-sebentar," sahutnya sambil menuruni tangga dan menghampiri orang yang memanggil namanya.

"Kenapa kamu nggak ikutin saya?" Fahd tampak kesal.

"Saya kan udah bilang, ayo makan siang bareng saya."

"I-itu, aku, aku kira kita makan siang di tempat masing-masing," jawab Nashwa yang tak dihiraukan oleh Fahd karena pemuda itu malah berjalan mendahuluinya.

"Ish! Ngapain minta penjelasan kalau nggak didengerin," gerutu Nashwa yang mau tak mau harus mengikuti Fahd. Kalau bukan karena lapar dan tak memegang uang, ia lebih baik beli makan sendiri daripada makan bersama suami anehnya itu.

"Cepetan jalannya! Jalan kamu kayak siput tau nggak!" seru Fahd saat menyebrangi jalan dengan Nashwa yang berjalan dibelakangnya.

Nashwa berusaha mengejar langkah Fahd dengan kakinya yang tak sejenjang pria itu. Akan tetapi kesabaran Fahd keburu menipis, pria itu mundur ke belakang lalu meraih tangan Nashwa untuk digandengnya agar Nashwa bisa menyamai langkahnya. Sontak perhatian tak terduga itu membuat Nashwa salah tingkah hingga wajahnya bersemu merah, entah mengapa hatinya menghangat ketika tangannya yang mungil tenggelam digenggaman kokoh tangan Fahd.

Mendadak SAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang