Musim Semu

259 17 0
                                        

"Nashwa?" suara bass itu membuat Nashwa menoleh lalu tersenyum hangat.

"Aiman." Nashwa tentu mengenal lelaki itu, dulu pernah satu kelas dengannya.

"Kamu sendirian?" tanyanya.

"Nggak, dia sama saya," jawab Fahd yang keluar tanpa wanita yang tadi merangkulnya. Nashwa menoleh dan terkejut begitu lengan Fahd melingkar di bahunya.

"Dia siapa kamu, Nash?" tanya Aiman yang tak percaya kenapa Nashwa diam saja saat dirangkul pria berwajah arogan itu.

"Ke-kenalin, man. Ini Fahd, suami aku ... Fahd, dia Aiman, teman sekelas aku dulu," jawab Nashwa mengenalkan dua pria yang kini saling menatap dingin satu sama lain.

"Fahd."

"Aiman."

Setelah berjabat tangan keduanya sama-sama buang muka, lalu Aiman kembali menatap Nashwa dengan tatapan kecewa. "Selamat ya, aku nggak tau kamu udah nikah, kamu sih nggak undang-undang," ucapnya dengan senyum kecut.

"Maaf ya, acaranya memang private, cuma undang keluarga dekat aja." jelas Nashwa hati-hati.

"Ya udah yuk sayang kita jalan, masih ada tempat yang mau dikunjungi kan?" Sepertinya Fahd sengaja membuat suasana hati Aiman memanas.

"I-iya ... Man, kita duluan ya," ujar Nashwa makin gugup karena tangan Fahd mencengkram bahunya.

"Oke, sampai jumpa lagi, Nash."

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Ternyata aku terlambat ya, Nash. But it's okey kalau kamu happy nikah sama dia," gumam Aiman sambil menatap miris punggung Nashwa dan Fahd yang kian menjauh dari pandangannya.

____

Satu bulan berlalu, pernikahan Nashwa dan Fahd berjalan dengan semu, tak ada kata romantis dalam rumah tangga mereka yang masih seumur jagung. Setiap hari Nashwa bekerja di toko Furniture sang suami sedangkan Fahd mengurus tokonya di pusat kota yang sedang mengalami masalah, seringkali lelaki itu pulang tengah malam dan bangun pagi sekali untuk berangkat ke pusat kota.

Sehingga Nashwa jarang sekali bertatap muka dengan suaminya itu. Tapi Nashwa tak terlalu mempermasalahkannya karena saat Fahd di rumah pun, lelaki itu seringkali menghindarinya.

Pagi itu tumben sekali jam 07.00 Fahd masih tertidur di kamar mereka. Tidak ada pisah kamar seperti di film-film, hanya saja Fahd dan Nashwa selalu tidur dengan posisi saling membelakangi.

Malas mencari keributan dengan Fahd, Nashwa menghidupkan alarm di hp untuk membangunkan pria itu. Sementara ia langsung meluncur ke dapur untuk membuat sarapan seadanya, semalam ia ada membumbui udang, kini ia tinggal melumuri udang itu dengan tepung lalu ia goreng. Untuk kebutuhan karbohidrat, Nashwa memasak nasi liwet yang aromanya tercium sampai ke dalam kamar.

"Aduh berisik banget sih!" Fahd mengamuk dan mematikan alarm ponsel Nashwa, lelaki itu bangun dan duduk di tepian ranjang sambil mengusap wajahnya. Ketika ia ingin berteriak memarahi Nashwa karena alarm tadi, aroma gurih nasi liwet sampai ke hidungnya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk memarahi sang istri.

"Udah bangun Mas?" sapa Nashwa begitu melihat suaminya menuruni tangga dengan muka bantal yang tertekuk.

"Hm, laper," jawab Fahd tanpa gengsi. Jarang sekali bisa begitu.

"Mau sarapan sekarang?" tanya Nashwa sehalus mungkin karena tak mau merusak mood Fahd yang bisa berubah dalam sekejap.

"Iyalah!" tuh kan dia kembali ke tukang ngegas.

"Oke, aku siapin."

Dengan sigap Nashwa mengambilkan nasi liwet untuk Fahd beserta lauknya yaitu udang krispi dan tumisan sawi, menyajikannya di meja makan tempat Fahd menunggu sambil memainkan gadget.

Mendadak SAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang