Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu : “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57 : “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
"Ini kamarku, kecil sih, tapi insyaallah muat untuk berdua, itu juga kalau kamu bersedia," ujar Nashwa sambil memandang rindu kamarnya yang ia tinggalkan sejak menikah dengan Fahd.
Setelah mengobrol intens di ruang tamu bersama kedua orang tua Nashwa yang menyambut kedatangan keduanya dengan reaksi yang berbeda, ayah Nashwa ramah dan hangat, sementara ibunya masih bersikap dingin, tak memberi komentar apa-apa, hanya menanyakan kabar Nashwa lalu diam mendengarkan.
Pak Jaka, ayah Nashwa yang bijaksana, menyuruh mereka istirahat karena melihat mata Fahd yang sudah sayup-sayup, maklum mereka datang jam sepuluh malam dan diinterogasi selama dua jam oleh ayah Nashwa.
Alhasil mereka baru masuk kamar jam dua belas malam, baru saja duduk di kasur istrinya, Fahd merasa kegerahan, bukan hal aneh karena di kamar yang luasnya hanya sekamar mandi rumahnya di kota itu tak ada satu pun kipas angin apalagi AC. Pemuda itu sampai heran, kok bisa Nashwa tidur di kamar seengap ini, apa gadis itu tak merasa kepanasan?
"Wa, kamar mandinya mana?" tanya Fahd celingukan mencari kamar mandi di dalam kamar itu.
Nashwa yang sudah berbaring di kasur mendecih, tak tahu kah Fahd kalau kamar mandi di dalam kamar hanya berlaku untuk rumah orang kaya?
"Di belakang, kamar mandi di rumah ini cuma satu, letaknya sebelahan sama dapur, kamu harus pakai sandal karena lantainya masih semen kasar."
"Aduh Wa, masa mau pipis sama cuci muka aja harus repot-repot keluar kamar sih," keluh Fahd seperti anak manja, tapi memang iya sih.
"Ya udah kalau nggak mau repot ya tahan aja, nggak usah pipis sama cuci muka, langsung tidur aja," saran Nashwa yang kesal dengan suaminya yang manja karena sedari kecil hidup serba mudah, berbanding terbalik dengannya.
"Nggak bisa gitu dong Wa! Kamu tahu kan, itu rutinitas malam aku, malah biasanya aku mandi air hangat dulu sebelum tidur."
"Ya udah sana, lagian ke belakang nggak jauh kok, cuma lewatin satu kamar abis itu dapur, terus tinggal belok ke kiri, ada pintu warna abu-abu, itu kamar mandinya."
"Anterin dong!"
"Ck, kamu itu ngerepotin banget ya, masa ke kamar mandi aja minta diantar. Kamu kayak anak TK tau nggak."
"Nggak gitu, aku cuma masih segan sama bapak, nanti pas keluar ketemu bapak gimana?"
"Astaghfirullah, emang sebelumnya kamu diapain? Kamu ditonjok sama bapak? Ditendang? Atau dipelototin?"
Fahd menggeleng seperti anak kecil, mertuanya memang bukan tipe yang sangar atau galak, orangnya cukup kalem tapi wibawanya yang tenang justru membuat nyalinya menciut.
"Nggak di apa-apain juga, kamu jangan drama deh, udah sana, dari pada kamu ngompol di kasurku."
"Astaghfirullah, Wa. Kamu jangan sembarang ngomong ya, aku nggak pernah ngompol lagi setelah baligh."
"Ya udah sanaaa." Nashwa mendorong punggung Fahd jauh-jauh, lama-lama dia risih juga dengan kekisruhan suaminya.
"Di kamar mandi suka ada kecoak atau sejenisnya nggak, Wa?" tanya Fahd ngeri.
"Kadang-kadang sih, tapi nggak usah takut, mereka nggak gigit kok. Asal jangan kamu ganggu, udah sana, ntar keburu ngompol lho," jawab Nashwa enteng sambil mengganti sprei kasurnya dengan sprei yang baru ia ambil dari lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak SAH!
Romance"Astaghfirullah!" Dua insan itu terbangun mendengar suara ribut-ribut, mereka terkejut melihat para warga berkerumun. Serentak mereka saling bersitatap dan tersadar kalau mereka sama-sama terlelap di pondok tua itu dalam keadaan berpelukan.