Diri terbawa pada melankolia rasa, meratapi setiap ironisnya fakta yang kerap menampar bak menyadarkan akan sesat pilihan terus mempertahankan hal semu tidak pernah bisa mendapat restu semesta.
Acap kali berusaha menghilangkan seluruh atensi akan sosok idaman begitu diinginkan, sialnya baik jiwa maupun raga menolak keras sebab ia telah jatuh; sejatuh-jatuhnya dalam kubangan cinta memabukkan asa.
Terus bertahan tatkala banyak sekali yang berusaha menyingkirkan.
Berdiri tegap padahal sering kali merasa retak ketika berpijak.
Egoisme membawa Michael buta akan segala hubungan tak semestinya, namun siapa peduli di saat ia sudah siap melebur akibat panasnya gelombang sang Matahari yang berada di dekatnya.
"Aaahh---Michael!"
Setiap sudut hunian mewah ini seolah menjadi saksi bagaimana alunan dari rintih nikmat terdengar begitu merdu, sebab dua insan yang semula menyatukan rindu di dalam shower room itu nyatanya masih enggan melupakan kegiatan bahkan kini ranjanglah menjadi korban dari ganasnya gerak liar tak kenal waktu.
Jemari saling bertaut erat, berusaha menyalurkan segala sisi terhangat. Mencengkeram helai seprai semakin berantakan juga mulai basah akibat keringat bercampur cairan cinta, tanpa merasa lelah setelah melakukan perjalanan jauh pria mawar biru itu seakan tidak rela semisal harus menghentikan seluruh hentakkan mesra.
Sorot mata menatap penuh binar memuja, selalu mengagumi sang pemilik nayanika yang semakin indah ketika berada di bawah kuasanya. Kehangatan embus napas bertabrakan juga penyatuan terasa candu sulit tergantikan, sesungguhnya ia bisa hilang kewarasan kapan saja sebab suhu di sekitar naik dengan begitu mengerikan setiap kali mendorong lebih dalam.
Panas.
Bahkan terlalu panas.
Namun, demi bisa selalu berada di sisi [Name], Michael rela menahan banyak sekali hantaman menghancurkan diri sekalipun ia akan hangus terbakar atau perlahan hancur menjadi kepingan mati.
Demi bisa selalu berada di hati [Name], Michael rela mengorbankan seluruh jiwa raga tak berpikir seandainya ia hilang pertahanan bahkan akal sehat yang semakin meleleh karena susah payah menahan gejolak menggebu terlampau tinggi.
"A-aku ... harus pergi ..."
Rungu mendadak tuli, kelopak segera terpejam seakan mencoba menghalangi pandangan tatkala binar sayu itu kembali menatapnya berusaha menghentikan seluruh nikmat pada bagian inti.
Dekat tidak memiliki arti terikat, tetapi bolehkah Michael tetap berharap semua ini akhirnya bisa semakin merekat?
Bagi Michael, sosok [Name] adalah pusat kebahagiaan juga cahaya yang berhasil memberinya kehidupan.
Tetapi, bagi [Name], Michael itu ... apa?
"Tidakkah kau merindukanku juga?"
"Aku merindukanmu."
"Kalau begitu, tetap diam. Jangan pergi ... lagi."
Tengkuk ditarik mendekat, labium membungkam setiap kata karena ia mengetahui pasti akan semakin banyak bujuk rayu lainnya.
Menelusupkan organ tak bertulang bersamaan dengan gelombang cinta kembali memenuhi sosok idaman untuk kesekian kali, hingga [Name] melepas ciuman sepihak guna memberi kecupan singkat pada ukiran mawar biru yang berada di leher jenjang sang pemikat hati.
"Kau jelas mengetahui, jika aku pasti kembali padamu."
Kepala menggeleng kuat, kedua tangan segera melepas tautan jemari hanya untuk menaikkan kaki sang pujaan pada bahu tegapnya benar-benar tidak berniat menghentikan segala keintiman.
"Jangan gila, Michael."
"Aku memang sudah gila sejak pertama kali jatuh karenamu."
"Aku benar-benar harus per--- ngghhh!"
Jemari mencengkeram pinggul sangat erat pasti berbekas, menarik diri lalu mendorong lebih kuat hingga desah penuh candu itu kembali memenuhi indra pendengarannya. Kelopak sayu sesekali terpejam nikmat diiringi rintihan sulit tertahan selalu menjadi hal paling memabukkan, bagaimana Michael bisa merelakan pemandangan menakjubkan ini harus dinikmati pria selain dirinya?
"Izinkan aku untuk bersikap egois satu kali ini saja."
Tubuh mendekat hingga dada saling bersentuhan, bibirnya menghujani dengan kecupan basah pada seluruh wajah memerah yang semakin kesulitan untuk sekadar melawan sisi keras kepala entah kenapa bisa bangkit tanpa peringatan.
"Aku tidak butuh sekadar kembali, yang kubutuhkan adalah selamanya memiliki. Jadi---"
Dan satu dorongan terakhir sebelum kembali memulai lagi seolah meleburkan keduanya dalam gejolak panas dipenuhi hasrat membara.
"---berhentilah mengkonsumsi pil kontrasepsi. Karena, aku sudah sangat siap melawan seluruh alam semesta jika itu untuk bisa selalu bersamamu, [Name]."
KAMU SEDANG MEMBACA
MERKURIUS : Michael Kaiser ✔
Fanfiction【 SOLAR SYSTEM #01 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © DACHAAAN, 2023