"Ich will immer bei dir sein,"
Jemari memijit pelipis frustasi, punggung bersandar pada pembatas besi setelah akhirnya selesai dengan latihan yang terasa menguras seluruh energi.
"Aber alles scheint kompliziert."
Jangan salahkan Michael jika layar bahtera cinta begitu sulit ia turunkan kembali walau alam semesta tetap tak merestui, semua disebabkan keinginan hati begitu tinggi tatkala mendambakan sang pelita yang selalu mengusik ketenangan diri sehingga satu detik pun tidak pernah bisa mengganti dengan sosok lainnya lagi.
Sejak pertemuan pertama dengan [Name] seluruh hatinya sudah jatuh dan membuat segenap jiwa raga rela bertekuk lutut, membangkitkan adiksi penuh kontradiksi yang sayangnya tidak pernah dipedulikan selama mereka terus bersama meskipun ada di dalam lingkaran dosa memicu panasnya gejolak api neraka.
[Name] terlalu indah untuk dilewatkan, setiap inci pahatan yang tercipta terlihat begitu mengagumkan.
Kehadirannya seolah menyalurkan hasrat membara, membakar lapis pertahanan juga kewajaran untuk keduanya.
Bahkan hanya dengan tatapan saja ia berhasil membuat Michael sangat memuja, sampai lupa akan segala norma yang ada.
Berusaha terus mendekat menghapuskan segala sekat, menyatukan tubuh berbagi peluh hingga saling berbalas erangan nikmat.
Candu akan semua hal yang ada untuk menyempurnakan [Name] kerap menghilangkan isi kepala bahkan menghapuskan batasan gila, karena setiap sang wanita berusaha memberi jarak, ia akan terus mencumbu tanpa henti sampai akhirnya pujaan hati menyerahkan diri tanpa perlawanan di bawah kendali.
Michael menolak keras segala realitas, sebab, membelenggu wanita terkasih jelaslah hal yang selalu menjadi prioritas.
"[Name] ..."
Iris seindah lautan terfokus pada layar gawai menampilkan ruangan serba putih dengan sosok terindah kini sibuk mengobati pasien silih berganti, seakan tidak ingin menerima fakta semisal jauh darinya sang idaman berani bermain api tanpa diketahui.
Bersamaan dengan jemarinya beralih untuk mengusap peluh yang mengucur dari kening sampai dagu, sekalipun tidak mengalihkan pandangan meski semua rekan sekitar sudah mulai memperingatkan agar kewarasannya kembali pada jalan kebenaran.
"Kaiser, apa sisi egoismu semakin bertambah setelah bertemu dengan para bocah di pelatihan Blue Lock kemarin?"
Bibir melukiskan senyum manis, Alexis Ness terduduk bersama gawai yang diangkat sejajar dengan wajah tampannya.
"Bagaimana jika kukenalkan kau pada wanita lain?"
Layar gawai rekan di sampingnya kini tiba-tiba berada di depan kedua mata seolah menutupi segala atensi sebelumnya, membuat Michael berdecak kesal dan langsung menepis kasar benda pipih tak berdosa itu untung saja tidak sampai terbanting keras.
"Aku hanya menginginkan, [Name]."
Barangkali Ness yang harus menutup rapat kedua mata atau mendadak buta, demi mengabaikan bagaimana pemandangan rekan di sampingnya justru semakin jauh dari kata waras saja.
Secara terang-terangan mengatakan ingin sepertinya sudah biasa, tapi, jika sampai mencium layar gawai berulang kali dengan desis gairah tinggi rasanya itu sudah terlampau sakit dan harus segera diobati, iya kan?
Entah sejak kapan, Ness kesulitan berada di jalan yang sama dengan Michael apalagi hanya untuk mendukung kegilaan ini. Karena ia jelas masih memiliki otak juga nurani, akan sangat mengganggu kejiwaannya semisal terus mencoba mengerti hal yang sesungguhnya tidak ingin ia pahami.
Kendati demikian, Ness juga masih berusaha menyadarkan Michael dari pola pikir apatis yang bisa saja menenggelamkannya semakin dalam pada lautan kesesatan.
Sebagai rekan, ia hanya ingin membawa jalan hidup benar jauh dari penyimpangan.
"Tetapi, kuharap kau tidak sampai lupa,"
Tangan kanannya menepuk bahu dengan penuh tekanan, sebelum memilih segera berlalu pergi meninggalkan.
"[Name] tetaplah adikmu, Kaiser."
Kenyataan kembali menampar diri, namun untuk kesekian kalinya Michael menutup telinga masih berusaha menjadi tuli.
Diingatkan lagi, jangan pernah salahkan Michael; terutama masalah ini.
Salahkan saja sang Ayah yang bermain wanita lain di belakang Ibu tercinta dan justru menghasilkan bidadari memikat hatinya, dengan selisih satu tahun yang jelas membangkitkan gairah bercinta setiap kali mereka bersama tak ditemani hadirnya orang tua.
"Persetan. Ness. Persetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MERKURIUS : Michael Kaiser ✔
Fanfiction【 SOLAR SYSTEM #01 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © DACHAAAN, 2023