Arunika menyapa si jelita yang masih bergelung selimut tebal seolah enggan melepaskan, hingga kelopak perlahan mengerjap tatkala bias cahaya menyilaukan kedua mata berhasil membawa kesadaran jiwa akan panjangnya mimpi terasa indah semalaman.
Terduduk dengan jemari menyisir asal helai rambut berkilaunya guna mempersingkat waktu, sesaat melirik pada jam dinding yang menunjukkan jika ia harus bergegas bangkit dan melawan gravitasi ranjang agar menghindari keterlambatan ketika memulai seluruh pekerjaan jelas tak mungkin bisa ditinggalkan.
"Oh, mein Gott. Aku masih membutuhkan jam tidur tambahan." Gumamnya.
Kaki melangkah segera demi membersihkan diri, [Fullname] sesekali mengusap tengkuk dengan lenguhan malas sebab lelah masih terasa nyata melingkupi.
Faktanya, menjadi seorang Dokter jelaslah bukan hal mudah, sering kali ia melewatkan istirahat untuk dirinya sendiri karena terlalu mementingkan kesehatan para pasien yang setia membutuhkan keahliannya. Namun, semua itu tak pernah membuat hati menyesal akan segala pilihan, cukup melihat lengkungan kurva dari setiap keluarga yang merasa diutamakan pun seolah berhasil menghapuskan seluruh penat menguasai raga.
SRAASH!
Guyuran shower mulai membasahi tubuh, wajah cantiknya menengadah dengan memejamkan mata seolah menikmati setiap tetesan yang mengalir dari ujung rambut sampai ujung kaki di bawah sana. Jemari lentik menyelisik setiap helai mahkota indah diiringi senandung merdu dari bibir ranumnya, memanjakan diri sebelum kembali sibuk hingga lupa daratan sepertinya bukan masalah yang besar, kan?
Mengingat sudah terlalu lama fokus pada pekerjaan juga menetap dalam hunian rahasia hanya sendiri saja terkadang membuatnya membutuhkan kegiatan hiburan, menunggu sosok terkasih kembali pulang dari Negeri Sakura jelaslah membuatnya mulai jemu; sebab bisa saja lelaki itu menemukan pengganti yang baru.
Tetapi, untuk sekadar menerima jika semua pikiran itu benar adanya jujur saja ia selalu merasa geram, sering kali ide terlintas berniat akan menguliti bagian tatto mawar biru pada tubuh lelaki pemikat lalu digantikan dengan ukiran bunga bangkai saja.
Terlebih sudah satu bulan lamanya setiap pesan yang dikirim tak kunjung mendapat balasan, mungkinkah realitas menuliskan jika dirinya memang di duakan?
Uap air yang memenuhi sekat kaca seolah menyamarkan segala bentuk kesempurnaan sehingga hanya mampu menampilkan siluet dengan sejuta daya tarik seolah menjerat begitu kuat, meski isi kepala terasa berantakan tetapi tetap saja eksistensinya tak pernah gagal ketika menarik minat dalam hati membuat yang melihatnya pasti ingin selalu mendekap erat.
Termasuk si pemilik iris seindah lautan yang entah sejak kapan sudah memperhatikan bagaimana gerak sensual di hadapan berhasil menaikkan sudut bibirnya untuk senyum berseri-seri, astaga, berniat datang tanpa memberi kabar sebagai kejutan justru dirinyalah yang disuguhi pemandangan menakjubkan.
Cklak!
"Uh?!"
Kelopak mata semula terpejam rapat itu sontak terbuka lebar, kepala menoleh cepat tatkala shower room yang terkunci tiba-tiba saja disabotase oknum tidak bertanggung jawab yang kini berdiri tegap menampilkan wajah lelah setelah berjam-jam lamanya menahan kantuk di pesawat demi menemui sang pujaan hati ternyata menyambut dengan tubuh telanjang basah dilengkapi raut terkejut setengah mati.
Binar mata menatap penuh damba akan bidadari kini panik hingga gelapan seperti melihat penampakan, kedua tangannya sibuk memilih antara harus menutupi si kembar empuk atau lembah surgawi yang memabukkan.
"Michael?!" Pekiknya.
"Guten Morgen meine Liebe,"
Langkah semakin mendekat menjadi pilihan, lelaki yang baru saja dipikirkan ternyata benar-benar hadir bahkan mengikis jarak tak peduli jika pakaian masih melekat pada tubuh atletisnya akan ikut basah kuyup ketika berdiri dalam jarak terlampau minim bersama sang idaman.
Jemari kembali menutup shower room dan mengunci demi memastikan keamanan, perlahan beralih menangkup sebelah pipi lalu semakin menyusur pada labium penuh candu milik kekasih hati untuk mengusap lembut sebelum akhirnya disatukan demi menyalurkan kerinduan sangat lama tertahan.
"Ich vermisse dich, [Name]." Bisiknya rendah.
Seolah tak memberi peluang untuk sekadar membalas ungkapan, bibirnya sudah kembali membungkam bersamaan dengan kedua tangan sibuk melepaskan seluruh helai kain penghalang. Menjatuhkan begitu hina dan membiarkannya tergeletak di atas lantai dingin sebagai saksi bisu bagaimana lamanya pelepasan rindu, juga pelepasan yang lain pasti melupakan setiap waktu berlalu.
Memang gila.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Dokter cantik ini jelas akan mendapat hukuman karena terlambat datang akibat terlalu betah ketika basah.
Dan, semuanya hanya disebabkan oleh sang terkasih yang akhirnya kembali setelah lama dinanti.
Michael Kaiser; sosok pilihan yang sayangnya tak pernah direstui.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERKURIUS : Michael Kaiser ✔
Fanfiction【 SOLAR SYSTEM #01 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © DACHAAAN, 2023