Bagai fatamorgana yang tiba-tiba menyapa tak kenal situasi, bayangan pria mawar biru itu kerap mendatangi setiap mimpi di malam hari yang dingin setelah sesak kehidupan mengambil alih kebahagiaan tanpa permisi. Mendekap seolah menyalurkan seluruh kehangatan, memberi ketenangan walau sosoknya sampai detik ini pun tak mampu [Name] temukan apalagi untuk sekadar kembali demi menyatukan perasaan.
Jemari lentik perlahan tergerak untuk memeluk diri sendiri begitu erat, berusaha menguatkan jiwa meski sebenarnya sudah tidak memiliki sedikit pun harapan kembali melukis senyum manis seperti saat di mana mereka masih bersama dan bersikeras tetap saling mengikat.
Semesta sejak awal memang tidak pernah merestui, tetapi jujur saja [Name] baru menyadari jika kehilangan sang terkasih yang selalu berada di sisi rasanya akan sesakit ini.
Air mata pun sudah terlalu lelah untuk mengalir dan membasahi kedua pipi, netra berkilau sering kali terlihat kosong tak pernah bercahaya sebab sosok setia tak menemani seperti dulu lagi.
Punggung bersandar lalu merosot turun bersamaan dengan tetes cairan merah dari sudut bibir ranumnya, [Name] menghela napas berat dan perlahan memejamkan kedua mata ketika mencoba menenangkan hati setelah lagi-lagi kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi sejak pertama mengikat janji pernikahan yang seharusnya membawa sejuta rasa cinta.
"Michael ..." lirihnya.
Tubuh lemahnya bergetar karena kesakitan juga kedinginan, selama ini jelaslah hanya kamar mandi satu-satunya tempat teraman untuk menghindari Ness yang selalu saja ringan tangan tak kenal batasan.
Bilur yang tercetak jelas seakan menjadi corak permanen pada kulit mulusnya yang semula tak pernah memiliki satu pun memar akibat terkena siksa, disebabkan ketika bersama dengan Michael pastilah pria itu selalu menjaga sepenuh hati sehingga ia tidak rela seandainya [Name] merasa sakit apalagi terluka.
Semua yang kini dialami begitu jauh dari kehidupan saat berdua menjalin segalanya dengan sang terkasih tak pernah mendapat restu dunia, bisakah [Name] kembali merajut asmara bersama dengan Michael meski harus tenggelam di dalam gejolak api neraka seperti sebelumnya?
Namun, semua ini tentu saja hanya sekadar mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan. Seluruh hidup dan mati [Name], sangat jelas berada di genggaman Ness yang bisa melakukan apa pun termasuk membunuhnya jika berusaha melawan seperti sering kali ia coba lakukan.
BRAAKK!!!
Kelopak mata sontak terbuka tatkala suara bantingan keras terdengar memekakkan telinga, [Name] refleks menahan napas karena pikiran dipenuhi dengan segala dugaan jika itu adalah Ness yang mengurungkan niatnya pergi entah ke mana setelah menyakiti tadi dan pasti akan kembali menjadikannya pelampiasan atau sasaran empuk amukan amarah.
Terutama saat pintu kamar mandi diketuk sangat keras terkesan kasar seperti tidak sabaran, degup jantung [Name] semakin tak karuan dilengkapi keringat dingin juga wajah memucat ketakutan tidak bisa lebih lama ia sembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERKURIUS : Michael Kaiser ✔
Fanfic【 SOLAR SYSTEM #01 】━━ ❝Konstelasi rasa bersama tata surya.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © DACHAAAN, 2023